Liputan6.com, Jakarta - "Saya tak tahu di mana ibu saya sekarang. Setelah ia pergi, adik saya sering tiba-tiba bangun tengah malam dan ingat bahwa ibu kami sudah pergi, lalu menangis," kata salah seorang anak asuh perempuan Tiongkok bernama Duan Huiying.
Mengutip laman video South China Morning Post, Sabtu (9/5/2020), Duan mengungkap, anak perempuan yang ditinggal ibu mereka untuk bekerja di kota umumnya lebih sensitif. "Mereka lebih sulit membuka diri, jadi membutuhkan orang lain untuk menemani," ucapnya.
Advertisement
Baca Juga
Duan sekarang jadi ibu bagi lebih dari 100 anak yang ditinggalkan di desanya. Ia dulunya merupakan seorang guru TK dan sempat bekerja di kota besar juga. Tapi, karena tak ingin meninggalkan putranya, Duan memutuskan pulang.
Ia mengatakan, setiap hari bermain dengan anak-anak yang ditinggalkan ibu mereka bekerja. Kunjungan rutin ini dilakukan khususnya pada anak-anak berusia di bawah 18 tahun yang lahir dari keluarga kurang mampu.
Duan menuturkan, setidaknya ada 300 anak berusia 0--18 tahun di desanya, di mana 100 di antara adalah mereka ditinggalkan orangtua, baik ibu, ayah, maupun keduanya, untuk bekerja di kota. Anak-anak ini umumnya ditinggalkan untuk hidup bersama kakek-nenek mereka.
Pertemuan di Masa Pandemi
Namun, pemandangan berbeda tampak beberapa bulan belakangan seiring penyebaran corona COVID-19. Pandemi memaksa sekian banyak orangtua untuk pulang ke desa dan kembali berkumpul dengan anak mereka.
Beberapa tampak makan bersama dan membantu putra-putri mereka belajar. "Saya harap akan lebih banyak orangtua menghabiskan waktu bersama anak mereka. Karena apa yang saya lakukan tentu tak bisa menggantikan orangtua kandung anak-anak tersebut," ungkap Duan.
Saat kondisi kembali kondusif dan para orangtua kembali ke kota untuk bekerja, Duan berharap mereka bisa tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak. "Telepon atau video chat saja sudah cukup untuk membuat anak-anak merasa diperhatikan," tandasnya.
Advertisement