Liputan6.com, Jakarta - Beberapa tahun belakangan, Singapura gencar menyuarakan gerakan ramah lingkungan. Data Badan Lingkungan Nasional (NEA) setempat menunjukkan, pada 2019, terdapat sekitar 7,23 juta ton limbah di Singapura. Angka itu lebih sedikit enam persen dibanding tahun sebelumnya.
Dari angka total tersebut, Singapura berhasil mendaur ulang 4,25 juta ton limbah padat. NEA menyebutnya sebagai langkah positif dalam perjalanan Singapura jadi negara tanpa limbah atau Zero Waste Nation. Tahun ini, pihaknya kembali bergerak dalam pembangunan pabrik pengolahan air dan limbah padat, Tuas Nexus.
NEA dan Dewan Utilitas Umum (PUB) yang mengelola kebutuhan air di Singapura, mengumumkan bahwa tahap pertama pembangunan telah dimulai. Proyek ini ditargetkan selesai secara bertahap mulai 2025.
Advertisement
Baca Juga
Pembangunannya dinilai sebagai fasilitas pengolahan air dan limbah terintegrasi pertama di dunia yang dikonsepkan dan direncanakan sejak awal. Tuas Nexus juga disebut sebagai solusi inovatif dan berkelanjutan untuk memenuhi pengelolaan air, serta limbah padat jangka panjang di Singapura.
”Ini akan membantu membentuk Singapura yang lebih berkelanjutan dengan mengoptimalkan penggunaan lahan dan memaksimalkan pemulihan energi, juga sumber daya,” tulis NEA dan PUB dalam rilis, pekan lalu.
Proyek ini merupakan integrasi dari fasilitas Pabrik Reklamasi Air Tuas PUB da Fasilitas Pengelolaan Limbah Terpadu NEA yang berdekatan. Hal ini berdampak pada penghematan lahan hingga 2,6 hektare, setara dengan empat lapangan sepak bola, dibanding membangun dua fasilitas mandiri.
Tuas Nexus disebut dapat mengurangi lebih dari 200 ribu ton karbon dioksida setiap tahun, setara dengan menghilangkan 42,5 ribu mobil dari jalanan Singapura.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sistem Pengelolaan Limbah Berkelanjutan
"Kami membangun Tuas Nexus karena itu adalah hal yang cerdas untuk dilakukan. Jumlahnya akan jauh lebih besar daripada dua bagiannya (pabrik PUB dan NEA)," kata Kepala Eksekutif PUB Ng Joo Hee.
"Saya yakin Tuas Nexus akan memajukan seni dalam pengelolaan limbah perkotaan berkelanjutan dan pemulihan sumber daya, serta menetapkan tolak ukur baru dalam skala internasional untuk bidang tersebut," tambahnya.
Melansir Strait Times, Rabu, 9 September 2020, pabrik limbah ini adalah komponen kunci fase kedua dari sistem saluran air terowongan dalam yang akan mengalirkan air bekas pakai dari bagian barat Singapura ke pabrik Tuas untuk diolah.
Dengan kapasitas pengolahan awal sekitar 800 ribu meter kubik per hari, cukup untuk mengisi 320 kolam renang ukuran kejuaran olimpiade. Pabrik ini memiliki kemampuan menerima aliran air bekas rumah tangga dan industri dari dua terowongan dalam yang terpisah untuk diolah jadi keperluan industri nantinya.
Sementara itu, Fasilitas Pengelolaan Limbah Terpadu NEA ditetapkan untuk jadi pabrik pembakaran limbah terbesar di Singapura, serta yang paling hemat energi. Tak hanya mengolah limbah yang tidak dapat dibakar, tapi juga dapat memilah sampah rumah tangga untuk didaur ulang dan mengolah limbah makanan.
"Fasilitas ini memberi jalan untuk pendekatan lebih dalam soal pengelolaan sumber daya dan membawa kita selangkah lebih dekat untuk mewujudkan visi negara tanpa limbah," ujar Kepala Eksekutif NEA, Tan Meng Dui. (Brigitta Valencia Bellion)
Advertisement