Jadi Prioritas demi Pulihkan Pariwisata, Bagaimana Kelanjutan Rencana Travel Bubble Bali?

Kemenparekraf sudah melakukan pendekatan ke Australia dan New Zealand sejak tahun lalu untuk pelaksanaan travel bubble dengan Bali.

oleh Henry diperbarui 28 Jan 2021, 16:52 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2021, 07:30 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi wisata Bali. (dok. pexels.com/Aditya Agarwal)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno beberapa waktu lalu mengatakan, pihaknya bersama sejumlah Kementerian dalam Kabinet Indonesia maju telah menyusun travel bubble atau gelembung perjalanan. Prioritas utama travel bubble akan dilakukan di Bali, karena paling terdampak pandemi.

Anjloknya perekonomian Bali, kata Sandiaga Uno, karena lebih dari 80 persen masyarakat di Pulau Dewata itu bergantung kepada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Pemerintah provinsi Bali juga mendukung langkah tersebut. Travel bubble sendiri merupakan kesepakatan sejumlah negara untuk memulai kembali perjalanan lintas negara di tengah pandemi corona Covid-19.

Namun rencana membuat travel bubble Bali dengan negara lain sepertinya belum bisa terealisasi dalan waktu dekat ini, karena tingginya angka kurva wabah Covid-19.

Direktur Pemasaran Regional I Kemenparekraf Vinsensius Jemadu mengatakan, Bali menjadi ibu kotanya pariwisata Indonesia dan selalu menjadi magnet turis. Karena itu perlu dipantau semaksimal mungkin, termasuk dalam hal membuat gelembung perjalanan.

"Pak Wayan Koster (Gubernur Bali) menunda dulu, kita lihat dulu negara lain border-nya untuk Indonesia. Dari hasil survei pasar luar negeri mereka betapa ingin pegi ke Bali. Lalu Pemda Bali mempertimbangkan kesehatan masyarakat Bali itu nomor satu, dan untuk sementara ini pembukaan travel border Bali itu ditunda," terang Vinsensius dalam webinar bertema Inovasi Berbasis Teknologi dan Prediksi Tren Perjalanan Traveloka 2021, Selasa, 26 Januari 2021.

Vinsensius menambahkan, Kemenparekraf sebelumnya sudah melakukan pendekatan ke Australia dan New Zealand sejak tahun lalu. Menurutnya, penanganan manajemen Covid-19 di New Zealand sana cukup bagus dan sudah hampir capai kesepakatan. Tapi begitu ada empat orang positif Covid-19, mereka langsung menerapkan lockdown.

"Artinya, betapa concern New Zealand terhadap masalah ini, jadi kita belum bisa bikin travel bubble, apalagi di Bali, yang saat itu pasien Covid-19 jumlahnya sangat signifikan," terangnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Berkantor di Bali

Menparekraf  Sandiaga Uno
Menparekraf Sandiaga Uno. foto: screenshot konferensi pers virtual Traveloka.

Meski begitu, Kemenparekraf akan terus memantau perkembangan di Bali untuk bisa menerapkan travel bubble, salah satunya adalah Sandiaga Uno akan berkantor di Bali dalam waktu dekat. Ia ingin fokus memantau perkembangan pariwisata Bali sebelum membuka travel border.

"Mengambil kebijakan seperti ini dengan re-okupansi menerima wisatawan dalam negeri atau luar negeri, Jadi harus dicermati perkembangannya, karena itu pak Sandi akan berkantor di Bali," lanjut Vinsensius.

Sementara dalam kesempatan yang sama, Sandiaga Uno mengatakan sampai saat ini, pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman nyata. Protokol kesehatan tetap menjadi prioritas utama di tengah upaya untuk memulihkan sektor pariwisata, dan upaya ini membutuhkan dukungan semua pihak.

"Sebagai perusahaan teknologi dengan jumlah pengguna dan mitra yang sangat besar dan luas, Traveloka dapat berpartisipasi untuk membantu memastikan dijalankannya protokol kesehatan dengan baik oleh wisatawan maupun para pelaku wisata sehingga membantu mempercepat proses pemulihan ekonomi, khususnya di sektor pariwisata," tutur Sandiaga Uno.

Infografis 5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi

Infografis 5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya