Membaca Buku Bersama Bantu Atasi Ketergantungan Anak pada Gawai Selama Pandemi

Para orangtua perlu tertarik dulu pada membaca buku sebelum mengajak anak-anak bersama-sama membacanya.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 25 Apr 2021, 12:32 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2021, 12:32 WIB
Membaca Buku Bersama Bantu Atasi Ketergantungan Anak pada Gawai Selama Pandemi
Ilustrasi membaca buku bersama anak. (dok. Olia danilevich/Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Membaca buku, aktivitas yang sederhana tapi mungkin sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian orang. Padahal, manfaatnya segudang, termasuk bagi orangtua yang ingin membangun kedekatan emosional dengan anak.

Momen membaca buku bersama dapat dimanfaatkan untuk mengajari sekaligus menanam nilai kehidupan yang baik pada anak. Psikolog klinis dari Tigagenerasi, Fathya Artha, M.Psi, bahkan berpendapat membaca buku bisa menjadi solusi untuk beragam masalah anak yang dikhawatirkan ibu di masa pandemi, terutama soal penggunaan gawai berlebihan.

"Caranya adalah dengan memasukkan membaca buku bersama dalam aktivitas harian anak," kata dia dalam peluncuran virtual Program Baca kerja sama Danone Indonesia dan Tentang Anak, Jumat, 23 April 2021.

Membaca buku yang dimaksudnya adalah dalam bentuk fisik. Lewat aktivitas itu, tidak hanya keterampilan berpikir dan mengendalikan emosi saja yang bisa terasah, tetapi juga keterampilan motorik dan sensorik lewat sentuhan stimulus.

Namun, ia mengingatkan agar orangtua tidak terlalu ambisius dalam menerapkan aktivitas tersebut. Yang pertama dan terpenting agar momen membaca buku bersama bisa mengalihkan perhatian anak kepada gawai adalah membuat momen itu menyenangkan. Maka, para orangtua diminta untuk menyesuaikan ekspektasi dengan kemampuan anak.

Fathya menerangkan anak usia 1--2 tahun biasanya merespons dengan sangat sederhana, misalnya menunjuk-nunjuk gambar pada buku. Pada tahap ini, orangtua perlu merespons dengan memberi senyuman atau penjelasan yang sederhana berulang-ulang. Memasuki usia 2--3 tahun, anak biasanya akan merespons dengan kalimat lebih kompleks. 

"Orangtua perlu sabar-sabar karena anak-anak biasanya suka dengan buku yang itu-itu saja," kata Fathya.

Sementara, anak usia 3--4 tahun mulai bisa diajak berdiskusi tentang isi cerita. Misalnya, meminta ia menebak apa yang akan terjadi pada tokoh di buku atau mengajari mereka bentuk angka dan huruf hingga memperkenalkan cara membaca.

Begitu menginjak usia 4--6 tahun, anak-anak lebih memahami konteks cerita. Maka, orangtua bisa meminta dia menceritakan ulang cerita yang dia baca atau menggambarkan apa yang dia baca.

"Lama waktu membaca nggak ada minimum dan maksimum, sesuaikan saja dengan kemampaun anak, tapi harus asosiasikan dengan kegiatan yang tidak dipaksakan," Fathya mengingatkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Harus Lebih Seru

Membaca Buku Bersama Bantu Atasi Ketergantungan Anak pada Gawai Selama Pandemi
Psikolog Fathya Artha dari Tigagenerasi. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Fathya juga mengingatkan karena saingannya adalah tontonan di gawai, kegiatan membaca bersama semestinya dibuat lebih seru dari itu. Orangtua juga diminta untuk peka terhadap pergerakan anak-anaknya. Jika memang anak berlari-lari selama orangtua membaca, orangtua bisa menggunakan gerakan pula untuk mengimbanginya.

Bila hanya betah beberapa menit, tidak apa-apa. Tapi, perlahan-lahan durasinya bisa ditambah bila anak sudah tertarik. Orangtua pun harus harus meyakinkan diri sendiri dulu sebelum bisa mengajak anak-anaknya membaca bersama.

"Kalau orangtua enggak suka baca, ini challenge orangtua untuk pelan-pelan suka baca buku. Karena jika pengen anak kita suka membaca, paling mudah adalah mencontoh," ucapnya.

Membangkitkan minat membaca tidak harus dimulai dari buku yang 'berat'. Fathya bahkan merekomendasikan orangtua untuk membaca buku anak terlebih dulu.

"Banyak pelajaran sebagai orang dewasa ketika baca buku anak-anak," ujar dia.

Terkait membangkitkan minat baca tersebut, Tentang Anak membuka kesempatan untuk berdonasi buku. Targetnya program itu bisa mengumpulkan 5.000 buku yang akan disumbangkan ke fasilitas kesehatan, panti asuhan, dan PAUD-PAUD.

"Ini project yang menyenangkan sekali buat anak, untuk berikan sedikit hiburan. Anak-anak di rumah sakit memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi. Dan, hal itu bisa lewat terapi bermain, salah satunya dengan membaca," jelas Mesty Ariotedjo selaku pendiri Tentang Anak.

Beda Buku Nikah dan Kartu Nikah

Infografis Bedanya Kartu Nikah dengan Buku Nikah
Infografis Bedanya Kartu Nikah dengan Buku Nikah. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya