Liputan6.com, Jakarta - Puasa banyak manfaatnya, baik untuk kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Tapi, kapan sebaiknya anak mulai belajar puasa?
dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, menjelaskan tidak ada usia pasti seorang anak belajar berpuasa. Namun, ia menyebut usia 4 tahun sebagai waktu yang ideal untuk memperkenalkan puasa kepada anak.
Advertisement
Baca Juga
"Sekitar usia empat tahun, perut anak mulai kosong dan merasa lapar itu terjadi dalam rentang waktu empat jam. Jadi kalau mau mulai berpuasa, empat jam terlebih dulu, enggak mulai dari sahur sampai maghrib," jelas Mesty dalam webinar dan peluncuran program BACA, Jumat, 23 April 2021.
Sembari belajar, kebutuhan gizi anak juga harus diperhatikan orangtua. Yang diperlukan mereka adalah nutrisi yang lengkap dan seimbang, baik makronutrien maupun mikronutrien. Makronutrien itu mencakup karbohidrat, protein, lemak dan serat. Sementara, mikronutrien meliputi beragam vitamin dan mineral.
Makronutrien pada anak diperlukan utamanya untuk pembentukan energi. "Saat sahur, pilih yang berglikemik rendah karena tidak mudah merangsang rasa lapar. Tetapi saat buka, pilih yang berindeks glikemik tinggi untuk mempercepat peningkatan kadar gula darah," ia menerangkan.
Sedangkan, mikronutrien utamanya diperlukan untuk memastikan berbagai organ tubuh berfungsi dengan baik. Seng, misalnya, diperlukan dalam membentuk kekebalan tubuh. Lalu, zat besi berperan dalam perkembangan saraf di otak.
"Kalau vitamin A, selain cegah kerabunan, juga mampu mencegah kematian dini pada anak. Vitamin C, D, dan lain-lain, penting untuk imunitas," imbuhnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Perhatikan Kadar Hidrasi
Selain makanan, hal lain yang tak boleh dilupakan adalah asupan cairan anak-anak selama berpuasa. Mesty menerangkan, hidrasi cukup penting untuk mencegah konstipasi.
"Orangtua suka takut anaknya kebanyakan minum, nanti kembung, kenyang, enggak mau makan. Padahal, air yang cukup penting untuk cegah konstipasi. Kalau konstipasi, anak juga enggak mau makan karena perutnya enggak nyaman.
Kebutuhan air untuk anak usia 4--8 tahun sekitar 1.700 ml per hari. Air ini tidak semata air putih, tetapi juga bisa dari cairan dari susu, makanan berkuah, hingga jus buah. Orangtua perlu mengingatkan anak untuk rutin minum karena mereka umumnya kurang sensitif perihal dehidrasi.
"Mereka suka enggak merasakan haus. Tugas orangtua ingatkan anaknya haus atau tidak," sambung Mesty.
Orangtua juga perlu jeli melihat apakah anak mereka dehidrasi. Cirinya meliputi pucat, lelah, kulitnya kering, serta produksi urine berkurang dan warna kuning pekat. Jika itu terjadi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menambah asupan cairan.
"Kalau sudah diminumkan tapi masih sama, perlu dievaluasi lagi apa perlu puasa secara penuh. Usia anak sebelum akil baligh kan belum wajib," ucap dia.
Advertisement