Liputan6.com, Jakarta - Sebagaimana orang dewasa, kesehatan mental juga berperan krusial bagi anak. Psikolog Andria Charles menjelaskan bahwa kesehatan mental lebih dari sekadar tidak adanya gangguan atau cacat mental.
Gangguan mental pada anak, kata Andria, bisa menimbulkan perubahan serius dalam cara mereka belajar, berperilaku, atau menangani emosi. "Ini kemudian bisa menyebabkan tekanan dan masalah dalam menjalani keseharian," urainya dalam webinar Sampoerna Academy X Halodoc "Gen-Z Mental Health Issue," Jumat, 30 April 2021.
Ia menyebut setidaknya empat kebutuhan kunci yang menunjang kesehatan mental anak dan perkembangannya secara umum. Pertama, connect, anak butuh merasa terkoneksi dan merasa bahwa "ia berada di tempat yang tepat."
Advertisement
"Kalau terhubung dengan baik, anak akan mudah berteman dan lebih kooperatif dengan orangtua. Tapi, kalau sebaliknya, anak akan merasa tertekan dan akhirnya mencari perhatian dengan cara tidak tepat," paparnya.
Baca Juga
Lalu, capable. Anak harus meyakini bahwa ia sanggup melakukan sesuatu, sehingga nantinya bisa bertanggung jawab dan mengendalikan diri sendiri. "Kalau selalu diyakinkan ia tidak bisa apa-apa, tidak melakukan sesuatu dengan baik, ada dua respons yang mungkin diberikan. Terlalu membantah atau terlalu tergantung," papar Andria.
Ketiga, count. "Bila terpenuhi, anak akan bisa berkontribusi dan melihat sisi positif dari suatu hal. Tapi, kalau sebaliknya, mereka cenderung menunjukkan kebiasaan mengganggu atau memperlihatkan ketidakberdayaan," ungkapnya.
Terakhir, courage. Ini mesti dipenuhi sehingga anak punya keberanian untuk menjawab tantangan dan paham menerima kegagalan. "Jika tidak terpenuhi, anak cenderung menyerah atau menghindar dari tantangan," kata Andria terkait kebutuhan penunjang kesehatan mental anak.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Apa yang Bisa Dilakukan Orangtua?
Dalam memenuhi kebutuhan kunci yang menunjang kesehatan mental anak, Andria menjabarkan bahwa orangtua bisa berperan sesuai usia anak. Dimulai pada anak usia bayi yang mengimbau orangtua peka terhadap kebutuhan fisik dan emosional anak agar dapat mengembangkan pola terhubung yang aman.
Kemudian, bagi anak balita, orangtua sebaiknya peka pada kebutuhan mereka. "Berikan stimulus sesuai aspek tumbuh kembang anak. Bisa juga mengenalkan kemandirian dasar untuk menumbuhkan keinginan anak dan rasa aman saat bereksplorasi," papar Andria.
Pada anak usia sekolah, orangtua sebaiknya memberi stimulus sesuai kebutuhan pertumbuhan kognitif anak, meningkatkan kemandirian, memberi kesempatan eksplorasi secara lebih luas, dan membiarkannya bersosialisasi untuk menumbuhkan kepercayaan diri.
Terakhir, saat anak memasuki usia remaja, upayakan ada interaksi dan komunikasi positif, di samping orangtua juga mengenali, sekaligus memahami kebutuhan anak. "Penting juga untuk memberi aturan secara konsisten dan jadi role model bagi anak," tandasnya.
Advertisement