Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021, Sampah Plastik Masih Jadi Pekerjaan Rumah Bersama

Masih banyak pekerjaan rumah terkait pengelolaan sampah plastik yang belum terkendali. Solusi di atas kertas sudah ada, eksekusi di lapangannya masih lemah.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 04 Jun 2021, 09:31 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2021, 09:31 WIB
Pengelolaan Sampah dengan 3R
Ilustrasi Daur Ulang Sampah Plastik Credit: pexels.com/mali

Liputan6.com, Jakarta - Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh setiap 5 Juni menjadi pengingat bahwa manusia wajib berdampingan hidup dengan sekitarnya. Pasalnya, sikap abai pada kondisi lingkungan akan berimbas kepada manusia sendiri. Salah satu contohnya adalah tumpukan sampah plastik.

Pada awalnya, plastik dimaksudkan untuk membantu lingkungan karena eksploitasi bahan kertas sebagai pembungkus berdampak pada penebangan jutaan pohon. Dalam perkembangnnya, solusi ini memicu masalah lingkungan yang bakal bertahan ratusan tahun. Jutaan ton sampah plastik telah mencemari tanah, udara, dan laut, akibat penggunaannya secara tidak bijak.

Solusi pun dirumuskan agar masalah tersebut bisa teratasi. Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Kamis, 5 Juni 2021, Direktur Jenderal PLSB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Rosa Vivien menyebut ada tiga pendekatan yang dilakukan pemerintah, yaitu pendekatan zero waste melalui perubahan perilaku, pendekatan teknologi, dan pendekatan ekonomi sirkular.

"Prinsip 3R yaitu reduce, reuse, recycle, dan ekonomi sirkular sudah menjadi kerangka kerja dalam kebijakan nasional dan strategi pengelolaan sampah di darat maupun laut," ungkapnya.

Berkaitan dengan pendekatan ekonomi sirkular, dia menilai sebagai kerja sama saling menguntungkan. Pasalnya, sampah plastik diolah sedemikian rupa agar mendatangkan nilai ekonomi baru sekaligus mengurangi timbunan sampah yang akhirnya berdampak positif pada lingkungan.   

"Ini solusi yang baik dalam soal penanganan limbah plastik. Selain mengurangi pencemaran lingkungan, keberadaan industri daur ulang limbah plastik juga bisa mendatangkan nafkah bagi masyarakat pengepul. Sebuah win-win solution," katanya.

Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Christine Halim, sependapat jika kegiatan daur ulang limbah plastik adalah salah satu penggerak kegiatan ekonomi berbasis sirkular. Terlebih, beberapa jenis plastik bernilai ekonomi tinggi.

"Salah satunya adalah plastik jenis PET yang memiliki demand yang tinggi di industri daur ulang. Penggunaan bahan ini sejalan dengan visi KLHK mengenai peta penanganan sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali dengan prinsip sirkulasi ekonomi," katanya.

Bisnis daur ulang plastik, jelasnya, berpotensi besar. Itu terlihat dari konsumsi plastik sekitar 3-4 juta ton per tahun, bisnis daur ulang di ADUPI saja bisa mencapai 400.000 ton per tahun. Dengan potensi yang terus berkembang, industri daur ulang sampah botol plastik juga berperan menumbuhkan lapangan pekerjaan dalam platform ekonomi sirkular.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Dari Hulu ke Hilir

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021, Sampah Plastik Masih Jadi Pekerjaan Rumah Bersama
Ilustrasi sampah plastik. (dok. Nick Fewings/Unsplash)

Model ekonomi sirkulasi, lanjutnya, bertujuan untuk memperpanjang masa pakai sampah menjadi sesuatu yang berdaya guna untuk dimanfaatkan kembali. Juga sebagai alternatif bahan baku atau didaur ulang menjadi produk baru, sehingga dapat menghemat biaya produksi atau menjadi produk baru yang laku jual.

Christine menyebutkan, saat ini ADUPI berkolaborasi dengan Le Minerale dalam upaya proses daur ulang botol PET melalui Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional. Empat program GESN, ungkapnya, meliputi membangun model ekonomi untuk meningkatkan recycling rate daur ulang plastik (DUP), membangun sistem pusat data dan informasi DUP Indonesia, membuat standardisasi dan edukasi DUP Indonesia, dan mengedukasi pelaku DUP agar berbadan hukum.

"Kolaborasi ini diharapkan dapat mengembangkan rantai kegiatan daur ulang limbah plastik mulai dari pengepul hingga industri pengolahnya," katanya. 

Ronald Atmadja, Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya pada kesempatan yang sama mengatakan, sebagai salah satu produsen air minum yang mengunakan plastik sebagai kemasan produk, mengaku berkomitmen tinggi dalam hal pengelolaan sampah plastik meski penggunaan plastik sekali pakai tetap tinggi.

Untuk itu, perusahaan tersebut mengajak masyarakat terlibat aktif proses pendaurulangan sampah plastik, setidaknya dengan mengurangi, memilah, dan mendistribusikan sampah plastik ke pihak yang tepat.

"Upaya bersama, mulai dari individu, rumah tangga, masyarakat, organisasi, produsen, dan pemerintah dalam mengelola dan daur ulang sampah plastik akan menjadi kekuatan besar dalam menjaga pelestarian lingkungan. Mulai dari diri sendiri, mulai dari rumah sendiri," ujar Ronald.

Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya