Liputan6.com, Jakarta - Seorang perempuan asal Surabaya, Indonesia, memilih hidup tak biasa. Bukan di rumah atau apartemen, ia memutuskan untuk hidup nomaden di perairan Eropa. Nama perempuan itu Ika Permatasari Olsen.
Ia tinggal di kapal yacht bersama suaminya, seorang warga negara Norwegia, sejak 2018. Ia membagikan pengalaman hidupnya di akun Instagram VOA Indonesia pada Jumat, 16 Juli 2021.
Advertisement
Baca Juga
"Kita terjebak badai itu bukan sekali atau dua kali, yang bikin aku mikir mau tidak mau harus belajar untuk nyetir karena kita cuman berdua di kapal, menunggu bantuan itu tidak bisa menyalamatkan nyawa," kata Ika dalam video tersebut.
Ika tinggal di kapal berukuran 17x5 meter. Kapalnya dilengkapi empat kabin dengan desain minimalis. Terdapat ruang tamu, ruang televisi, ruang mesin kapal, dan ruang mesin cuci untuk mendukung kebutuhan sehari-hari.
Ada pula dapur yang dilengkapi kompor dan oven yang bergoyang mengikuti pergerakan kapal. Selain itu, kabin utama juga digunakan sebagai kamar tidur untuk dua orang yang dilengkapi lampu untuk pencahayaan di malam hari.
Selama 2,5 tahun, ia hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain di perairan Eropa. "Biasanya kita jalan berlayar dari satu teluk, kemudian menikmati matahari terbenam. Terus 2--3 hari kemudian berlayar lagi ke tempat lain," sambung dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tak Berawal Baik
Menurut Ika, perjalanan yang dilakukannya tak ubahnya seperti liburan. Ia dan suami tak mematok target khusus. "Ya jalan aja, renang, memancing, dan enjoy sunset," ujarnya santai.
Ika mengaku bahwa awalnya kapok untuk berlayar karena kerap alami mabuk laut. Bahkan saat kapal bergoyang karena ombak kecil, ia bisa langsung mabuk laut.
"Saat kita berlayar dari Mallorca ke Barcelona, dia tidak menyukai sama sekali, bahkan dia mau terbang pulang ke kotanya," jelas Oyvind Olsen, sang suami.
Bukan itu saja pengalaman buruk yang dialami Ika dan suami. Ada suatu momen ketika menuju Prancis dari utara Spanyol di tengah-tengah pelayaran mengalami pompa rusak. Mereka terombang-ambing di perairan itu lebih dari 36 jam. Selama itu, mereka tidak makan dan minum.
Dengan pengalaman itu, Ika dan suami justru tak berhenti berlayar. Mereka terus hidup di kapal mengarungi perairan Eropa. Saat kapal angkat jangkar, ia menggunakan waktunya untuk bekerja jarak jauh untuk perusahaan di piranti lunak di kota asalnya, Surabaya.
Advertisement
Membersihkan Pantai Norwegia
Di masa pandemi, mereka terpaksa kapalnya harus turun jangkar di Norwegia lantara perbatasan beberapa negara ditutup. Di masa itu, ia berkenalan dengan “In the Same Boat”, sebuah LSM yang membersihkan limbah di pulau dan pantai Nowergia.
"Kita belayar dari satu tepi ke tepi lainnya di Nowergia untuk bersih-bersih sampah, karena banyak area di sana apalagi pulau-pulau terluar tidak ada jangkuan jalan dari darat. Satu-satunya akses yaitu menggunakan kapal," jelas Ika.
Bersama dengan relawan mancanegara lain, Ika pernah mengumpulkan 1,7 ton sampah dalam dua hari di Tromso. Karena pandemi, mereka sementara menetap di perairan Nowergia sembari aktif bersihkan pantai dari limbah plastik. Ke depan, ia berencana untuk berlayar hingga ke Indonesia. (Muhammad Thoifur)
Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi
Advertisement