Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria baru-baru ini viral setelah menemukan "cara yang benar" untuk memakai handuk. Alih-alih menyelipkan di tepi, pengguna TikTok @sidneyraz membagikan video dirinya menggulung handuk ke bawah.
Setelah "dipakai dengan cara yang benar," ia tampak berlarian untuk membuktikan bahwa handuk itu tidak jatuh. Ini merupakan salah satu klip dari seri video "Hal-Hal yang Saya Harap Ketahui Sebelum Berusia 30-an."
Di kolom komentar, banyak pengguna yang berbagi bahwa ini adalah pertama kalinya mereka melihat metode memakai handuk semacam itu. "Saya melihat video ini sekitar 10 kali dan masih terheran-heran," komentar seorang pengguna TikTok.
Advertisement
Baca Juga
Namun demikian, bagi warganet Asia, terutama Asia Tenggara, metode itu bukanlah satu cara asing. Beberapa menjelaskan bagaimana mereka telah menggunakan "cara memakai handuk yang benar" selama bertahun-tahun.
Lipatan ini terutama digunakan untuk memakai sarung. "Itu mah sarung bro. Selamat datang di Asia," tulis salah satunya, sementara yang lain menyambung, "Tertawa sambil memakai sarung."
Komentar-komentar ini kemudian membuat tidak sedikit warganet mencatat bahwa sesuatu yang umum di suatu tempat, bisa jadi pengalaman baru di belahan dunia lain. "Senang sekali bisa belajar sesuatu yang baru," katanya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tidak Hanya Jadi Pakaian Ibadah
Berbicara sarung, busana ini sangat identik dengan pria di Indonesia. Sarung merupakan kain lebar yang pada umumnya dipakai dengan cara dibebatkan pada pinggang. Kendati lekat dengan citra sebagai busana yang dipakai saat beribadah, sarung sebenarnya punya kegunaan lebih dari itu.
Sarung pertama kali muncul di Indonesia pada abad ke-14, dibawa pedagang Arab dan India. Potongan busana ini terbuat dari berbagai macam bahan, seperti katun, poliester, bahkan sutera. Sarung juga dikenal punya berbagai jenis motif, beberapa di antaranya jadi ciri khas daerah tertentu.Â
"Dulu sarung digunakan sebagai busana sehari-hari oleh banyak orang," kata desainer kenamaan Ali Charisma pada Liputan6.com, 10 Maret 2021. Ali menjelaskan, sarung sudah jadi ciri khas budaya Indonesia yang lekat dengan histori dan tradisi.
Advertisement
Pakaian Minoritas
Ali mengaku bahwa sarung di kalangan masyarakat masih jadi "pakaian minoritas." Artinya, sarung hanya dipakai kalangan santri maupun orang-orang tua di desa. Anggapannya masih berputar pada sarung merupakan busana kuno, tidak modis, dan tidak resmi jika dipakai ke berbagai acara.
"Sarung harus jadi tren fesyen Indonesia, bahkan dunia. Memang banyak challenge-nya agar bisa jadi busana yang modern dan diterima, khususnya di kalangan anak muda. Tapi, kita harus tetap mengembangkan sarung sebagai busana yang modis dan trendi," imbuh Ali.
Sarung sebenarnya tak hanya bisa dibuat dari katun bermotif kotak-kotak atau garis, tapi juga memanfaatkan jenis kain lain. Masuk dalam alternatifnya adalah kain tenun gedukan dan TDM yang diproduksi di daerah-daerah.
Hari Sarung Nasional bahkan diperingati setiap 3 Maret, setelah ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2019 lalu. Hari Sarung Nasional bermakna sebagai pengingat kekayaan budaya yang tidak dimiliki negara lain.
Infografis Kesalahan Ketika Gunakan Masker Cegah COVID-19
Advertisement