Cerita Pasang Surut 3 Pengusaha Muda dalam Berbisnis

Salah satu pengusaha muda ini mengaku sempat 12 kali gagal sebelum menemukan bisnis paling cocok untuknya.

oleh Komarudin diperbarui 17 Sep 2021, 18:02 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2021, 18:02 WIB
ShopeePay Talk tentang pasang surut berbisnis
ShopeePay Talk tentang pasang surut berbisnis yang menghadirkan tiga pengusaha muda diselenggarakan pada Kamis, 16 September 2021 (Liputan6.com/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Membangun bisnis tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak sedikit pengusaha yang kini sukses lebih dulu menanggung kegagalan dalam berbisnis.

"Saya sempat gagal 12 kali. Kegagalan itu terjadi saat saya menjadi seorang karyawan dan berbisnis, seperti bisnis refleksi, tambang, minuman, beras, dan lain-lain," ungkap CMO PT Harapan Bangsa Kita dan co-founder Sang Pisang dan Ternakopi, Ansari Kadir, dalam ShopeePay Talk secara daring, Kamis, 16 September 2021.

Lelaki yang akrab disapa Ari itu menjelaskan, kegagalan berbisnis itu disebabkan dirinya tidak fokus. Dilema membesarkan perusahaan orang atau bisnis sendiri pun sempat melandanya.

Dari situ, Ari memutuskan banting setir. Ia keluar dari pekerjaannya sebagai senior marketing dan memilih bisnis pisang goreng.

"Ternyata pisang goreng itulah yang mengantarkan hidup saya seperti sekarang ini. Pisang goreng yang mempertemukan saya dengan Mas Kaesang," tutur Ari.

Dari situ pula ia bekerja sama dengan sebuah perusahaan GK dan merger. Mereka kemudian membuat akselerator "UMKM Naik Kelas."

"Dengan bermodal (Rp)500 ribu saya berdagang pisang goreng. Sekarang, Tuhan berkata lain bahwa saatnya saya melampau diri saya lebih jauh lagi dengan apa yang saya kerjakan sekarang," kata Ari.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Alasan Pilih Pisang Goreng

Ilustrasi pisang
Ilustrasi pisang (dok. unsplash/ Priscilla Du Preez)

Ari mengungkap  ia memilih pisang goreng karena pisang tidak pernah ada musimnya. Artinya, pisang selalu ada dan mudah didapat.

"Saya melihat nilai pisang itu kalau hanya pisang biasa, harganya Rp10 ribu. Namun, kalau kita kreatif dan inovatif dengan mengkreasikan berubah menjadi nugget pisang, brownies pisang, ice banana, keripik pisang, tentu harganya akan berbeda," papar Ari.

Dari pengembangan yang terus-menerus itu, Ari mengaku sudah mempunyai 70 cabang di Indonesia dan 10 cabang di Malaysia. "Pisang itu diterima semua negara, dari bayi hingga nenek-nenek juga makan pisang," ucapnya.


Ikut-Ikutan

Ilustrasi kentang goreng
Ilustrasi kentang goreng (dok.unsplash)

Kegagalan juga sempat dirasakan founder dan owner Panama Sandals, Anton Hermawan Sugondo. Ia sempat lima kali mengalami kegagalan karena berbisnis hanya ikut-ikutan saja.

"Saya sempat bisnis kentang goreng Belgia. Karena hanya ikut-ikutan saja, usaha saya mati. Bisnis itu perlu riset dan tidak ikut-ikutan," ungkap Anton.

Hal senada diungkapkan CEO, sekaligus co-founder Ternak Uang, Raymond Chin. Ia mengatakan bahwa pengusaha pemula harus menyiapkan strategi menghadapi risiko bisnis. Para pebisnis bisa membuat perencanaan yang sederhana, tapi solid dengan fokus pada tiga hal utama yaitu produk, pemasaran, dan operasional.

"Jadi, manajemen risiko itu penting, apalagi untuk enterpreneur. Kegagalan itu selalu akan ditemui. Oleh karena itu perlu perencanaan," tegas Raymond yang mengaku sempat membangun agensi dan memiliki cabang di Singapura, tapi gagal hingga akhirnya membangun Ternak Uang.

 


Infografis Nasib Dunia Usaha Diterpa Corona

Infografis Nasib Dunia Usaha Diterpa Corona
Infografis Nasib Dunia Usaha Diterpa Corona (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya