Alasan Makanan Sehat Olahan Harganya Mahal dan Cara Menyiasatinya

Ada cara lain untuk mensiasati masalah makanan sehat yang harganya dianggap mahal.

oleh Henry diperbarui 08 Jan 2022, 14:30 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2022, 13:31 WIB
Makanan sehat
Ilustrasi makanan sehat (Photo by Brooke Lark on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini makin banya orang yang menjalankan pola hidup sehat, termasuk dengan mengonsumsi makanan sehat. Namun ada anggapan yang mengatakan bahwa sehat itu mahal.

Begitu juga dengan makanan sehat olahan cenderung lebih lebih mahal dibanding makanan olahan siap saji lainnya.  Anggapan ini sudah berkembang sejak lama dan dinilai masih relevan sampai saat ini.

Hal ini pun dibenarkan oleh produsen makanan. Menurut Angelique Dewi, Head of Corporate Communication, Nutrifood bahwa makanan sehat olahan yang dikemas dalam paket atau merek khusus memang cenderung lebih mahal.

Tapi Angelique mengatakan ada peran penelitian di dalamnya, yang membuat harga makanan sehat olahan lebih mahal. "Jadi untuk menciptakan produk sehat yang inovatif itu memerlukan penelitian yang memang tidak mudah dan tidak murah. Tapi dampaknya tentu bakal lebih menyehatkan," ucap Angelique dalam acara webinar NRC Talk, Kamis, 6 Januari 2022.

Angelique menjelaskan dalam pembuatan produk makanan sehat olahan ini, butuh proses yang panjang termasuk melakukan uji klinis yang bisa berlangsung berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun. Usai uji klinis dinyatakan berhasil dan mendapatkan efek yang diinginkan seperti biskuit rendah lemak, mi tanpa bahan gluten dan sebagainya, barulah produk tersebut bisa diproduksi secara massal.

"Jadi produk sehat olahan yang demikian, alasannya lebih mahal karena hal tersebut," jelas Angelique.  Meski begitu, ada cara lain untuk menyiasati masalah harga mahal tersebut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tempe Jadi Favorit

Peneliti Muda Hasilkan Inovasi Pangan untuk Indonesia Sehat dan Berkelanjutan
Peneliti Muda Hasilkan Inovasi Pangan untuk Indonesia Sehat dan Berkelanjutan. (Liputan6.com/Henry)

Ada makanan lain yang alami sekaligus menyehatkan. Kata Angelique, makanan sehat tapi murah sangat mudah ditemukan di Indonesia.

Misalnya, sayur dan buah yang ditanam petani sangat mudah dijangkau dari sisi harga dan menyehatkan. "Kita beruntung tinggal di Indonesia dengan pilihan makanan sehat seperti sayuran buahan, dan tempe, tahu sangat terjangkau, sehat dan sangat terjangkau," ucap Angelique.

Tempe memang identik sebagai salah satu lauk favorit orang Indonesia. Pangan berbasis nabati atau plant-based ini bahkan tak hanya kaya nutrisi yang berguna untuk kesehatan, tapi juga bermanfaat dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup.

Lebih Ramah Lingkungan

ilustrasi tempe/pixabay
ilustrasi tempe/pixabay

"Selain sehat dan enak, makanan yang baik juga harus mempertimbangkan dari segi keberlanjutan dan ramah lingkungan di balik proses pembuatannya, dari hulu hingga hilir," jelas Guru Besar FMIPA IPB Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto, M.Sc.

Tempe yang terbuat dari kacang kedelai juga menyimpan keunggulan dalam segi lingkungan kalau dibandingkan dengan daging sapi.

Menurut data dari Our World in Data pada 2018, untuk menghasilkan 1.000 kilokalori daging sapi, setidaknya bisa menghabiskan lahan seluas 119,49 meter persegi. Sedangkan 1.000 kilokalori kacang-kacangan hanya membutuhkan lahan 2,11 meter persegi.

Selain itu, makanan berbasis hewani lebih banyak memberikan emisi gas rumah kaca dibandingkan makanan nabati seperti tempe. "Jadi, kita harus melihat makanan dari segi prosesnya. Harus memperhatikan proses supply chain-nya hingga sampai ke meja makan kita," tutup Anton.

Kiat Makan Sehat Kala Lebaran

Infografis Kiat Makan Sehat Kala Lebaran
Infografis Kiat Makan Sehat Kala Lebaran (Liputan6.com/M. Iqbal)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya