Tim UNESCO dan IUCN Kembali Kunjungi Taman Nasional Komodo, Apa Temuannya?

Tim UNESCO dan IUCN mengunjungi Taman Nasional Komodo pada 3--6 Maret 2022. Apa saja yang dimonitor?

oleh Dinny Mutiah diperbarui 07 Mar 2022, 19:03 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2022, 19:03 WIB
Melihat Interaksi Komodo dengan Manusia di Pulau Rinca
Komodo berkeliaran di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, NTT, Minggu (14/10). Pulau Rinca dapat dijangkau selama dua jam dari Labuan Bajo dengan menggunakan perahu kayu. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - UNESCO kembali menerjunkan tim International Union for Conservation and Nature (IUCN) ke Taman Nasional Komodo pada awal Maret 2022. Mereka juga sempat mengunjungi Resort Loh Buaya yang disebut sebagai lokasi proyek 'Jurassic Park' untuk mendukung Labuan Bajo sebagai destinasi wisata super premium.

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno mengonfirmasi kehadirn tim IUCN UNESCO tersebut. Ia menjelaskan bahwa kunjungan itu dalam rangka reactive monitoring mission (RMM) ke Resort Loh Buaya di Taman Nasional Komodo.  

Tim UNESCO yang datang meninjau Resort Loh Buaya adalah  Mohammed Djelid (Director of the Regional Bureau for Sciences in Asia and the Pasific) dan Hans Dencker Thulstrup (Senior Programme Specialist UNESCO Office Jakarta). Sementara, tim IUCN yang diterjukan adalah Amran bin Hamzah (profesor dengan bidang keahlian pariwisata berkelanjutan dan pembangunan berkelanjutan) dan Katherine Zisckha (World Heritage Conservation Officer).

"Kegiatan RMM merupakan pelaksanaan system pemantauan dan pelaporan yang dilakukan oleh World Heritage Centre dan beberapa bidang sektor dalam organisasi UNESCO," kata Wiratno dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Senin (7/3/2022).

Ia menyatakan tim UNESCO dan IUCN mengunjungi Taman Nasional Komodo pada 3--6 Maret 2022. Mereka tiba di Labuan Bajo pada 3 Maret 2022 dan mengunjungi kawasan Taman Nasional Komodo keesokan harinya, yakni 4 Maret 2022. Ada beberapa lokasi yang dikunjungi, seperti Resort Loh Buaya di Pulau Rinca, Resort Padar Selatan di Pulau Padar, dan Resort Loh Liang di Pulau Komodo.

"Tim UNESCO dan IUCN berkesempatan mengobservasi langsung penataan infrastruktur wisata alam yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR di Resort Loh Buaya. Tim UNESCO dan IUCN menyatakan bahwa sebelumnya tidak memahami terminologi “Resort” yang digunakan untuk menggambarkan pos jaga para ranger," ujar Wiratno.

Ia menyebut tim UNESCO dan IUCN berprasangka resor yang dimaksud adalah resort mewah dari sebuah usaha pariwisata di alam. "Merujuk kepada tuduhan yang disampaikan oleh pihak ketiga," sambung dia tanpa menyebut pihak dimaksud.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penjelasan Indonesia

Melihat Interaksi Komodo dengan Manusia di Pulau Rinca
Guide taman nasional memantau komodo di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, NTT, Minggu (14/10). Pulau Rinca yang merupakan zona inti Taman Nasional Komodo. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Wiratno menegaskan bahwa Resort Loh Buaya yang mengundang polemik saat dibangun ulang itu adalah pos jaga ranger yang didesain kuat agar bisa difungsikan secara berkelanjutan.

"Tidak hanya untuk aktivitas ekowisata namun juga untuk mendukung implementasi resort-based management dalam rangka pengumpulan data ilmiah melalui berbagai kegiatan monitoring yang dilakukan oleh para ranger Balai Taman Nasional Komodo," sambung dia.

Tim ahli EIA yang diwakili Prof. Lilik Budi Prasetyo menjelaskan detail penilaian dampak lingkungan kepada tim UNESCO dan IUCN di Resort Loh Buaya. Wiratno menyebut tim itu menilai positif penataan sarana dan prasarana wisata alam di tempat itu dan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pengerjaannya.

"Tim ahli EIA menyampaikan tidak ada dampak kerusakan lingkungan signifikan baik pada ekosistem daratan maupun perairan seperti yang dituduhkan oleh pihak ketiga. Tim UNESCO dan IUCN bahkan menyampaikan apresiasi mengenai kualitas dokumen Environmental Impact Assessment (EIA) dan Environmental Management Plan (EMP) yang disusun oleh tim ahli EIA secara terstruktur dan berbasiskan data ilmiah merujuk kepada IUCN Guidelines," sambung Wiratno.

 

Berdialog dengan Penjual Suvenir

Pink Beach
Jika Yunani punya Balos Lagoon sebagai pantai berpasir merah jambu, maka Indonesia memiliki Pink Beach yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. (Liputan6.com/ Ahmad Ibo).

Selain berdiskusi dengan tima ahli dan pihak Balai Taman Nasional Komodo, tim UNESCO dan IUCN disebut juga berdialog dengan warga Kampung Komodo di Resort Loh Liang, yang berprofesi sebagai penjual suvenir dan penjaga warung. Kunjungan ke warga itu disebut sebagai pembuktian kepada tim asesor bahwa kegiatan ekonomi dan akses terhadap ruang usaha di dalam kawasan TN Komodo turut difasilitasi pihak Balai.

Mereka juga sempat berdiskusi dengan berbagai pihak untuk membahas informasi pihak ketiga terkait pembangunan Resort Loh Buaya. Pihak Balai TN Komodo juga menampik tudingan reduksi luasan zona rimba menjadi zona pemanfaatan yang mencapai 2/3 dari total luasan sebelumnya.

Kepala Balai TN Komodo, Lukita Awang menyatakan tidak terdapat perubahan pada zona pemanfaatan berdasarkan peta zonasi tahun 2012 dan 2020. "Adapun perubahan luas zona rimba pada tahun 2020 adalah menjadi zona khusus yang digunakan untuk pemasangan alat deteksi gempa bumi dan tsunami oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan penyediaan jaringan telekomunikasi oleh PT. Telkomsel," ucapnya.

Klaim Pemerintah

Melihat Interaksi Komodo dengan Manusia di Pulau Rinca
Guide taman nasional memantau komodo di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, NTT, Minggu (14/10). Pulau Rinca dapat dijangkau selama dua jam dari Labuan Bajo dengan menggunakan perahu kayu. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Lukita mengklaim tim IUCN dan UNESCO menanggapi positif informasi yang disampaikan olehnya. Ia juga menyebut tim mengapresiasi keterbukaan informasi dan data, khususnya terkait dengan tuduhan konsesi pariwisata seperti yang dinyatakan oleh pihak ketiga.

Berdasarkan keterangan Lukita, tim IUCN dan UNESCO menyebut proses perizinan telah dilakukan dengan sangat cermat. Namun, ada sejumlah catatan dari hasil kunjungan tersebut, yakni menekankan pentingnya perusahaan untuk mengkaji Environmental Impact Assessment (EIA) dan Environmental Management Plan (EMP) guna mengetahui dampak langsung dan tidak langsung, serta dampak kumulatif dari pengerjaan pembangunan.

Tim IUCN dan UNESCO juga meminta agar perencanaan pengusahaan pariwisata alam di Taman Nasional Komodo ditambahkan dalam dokumen ITMP agar menjadi satu kesatuan perencanaan yang saling melengkapi satu sama lain. "Tim IUCN menyampaikan bahwa hasil peninjauan lapangan akan dianalisis selama kurang lebih enam minggu ke depan dan akan menghasilkan beberapa poin rekomendasi bagi Pemerintah Indonesia melalui Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU)," kata dia.

Proyek Jurassic Park di TN Komodo

Infografis Komodo dan Proyek Jurassic Park. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Komodo dan Proyek Jurassic Park. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya