2 Rumah Komunitas untuk Mengembangkan Ekosistem Tenun Batak

Dorongan mengembangkan ekosistem tenun Batak oleh Tobatenun ini dilakukan dengan mengedepankan proses produksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

oleh Asnida Riani diperbarui 17 Jul 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2022, 16:00 WIB
Tobatenun
COO Tobatenun, Chairwoman W20, Dirut Air Asia Indonesia, dan Tim BPODT, mencoba melakukan pewarnaan alami benang di Jabu Borna. (dok. Tobatenun)

Liputan6.com, Jakarta - Upaya memperkuat ekosistem tenun Batak dan para pelaku usaha di dalamnya dilanjutkan PT Toba Tenun Sejahtra (Tobatenun). Dorongan ini dilakukan dengan mengedepankan proses produksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, menurut keterangan pada Liputan6.com, Jumat, 15 Juli 2022.

Realisasinya kali ini berupa peresmian dua rumah komunitas: Jabu Bonang dan Jabu Borna. Melalui dua rumah komunitas ini, pihaknya menyelenggarakan berbagai program pemberdayaan, kegiatan riset dan pengembangan produk, serta peningkatan kompetensi kelompok.

Diharapkan rangkaian kegiatannya dapat memberi perubahan terhadap masyarakat, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Sebagai subsektor ekonomi kreatif, Tobatenun ingin berkontribusi dalam peningkatan industri mode lokal dengan memperhatikan sinergi dan ekosistem hulu ke hilir.

Sederet upaya pengembangan komunitas terus dilakukan menyangkut proses pembuatan, fungsi, dan nilai ekonomi, sehingga memungkinkan kelompok tenun Batak semakin produktif. Dengan prinsip equitable trader, Tobatenun mengklaim memastikan para perajin mendapat kompensasi yang adil.

COO PT Toba Tenun Sejahtra, Melvi Tampubolon, berkata, "Kami memulai semuanya dengan langkah kecil untuk mimpi yang besar. Tidak hanya bernilai ekonomi, tenun adalah sebuah karya seni dengan nilai-nilai dan identitas lokal yang sangat kuat."

"Dalam pembuatan tenun Batak terdiri dari 11 tahapan pengerjaan, di mana masing-masing tahapan melibatkan perajin dengan kompetensi berbeda. Karena itu, Tobatenun harus dapat menjaga keberlanjutan ekosistem ini dan mempertahankan siklus (lingkungan, perajin, UMKM, budaya, dan adat istiadat)," ia menyambung. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Produk yang Relevan

Tobatenun
Sebagian Benang hasil pewarnaan dengan pewarna alami yang seluruhnya dilakukan di Jabu Borna. (dok. Tobatenun)

Melvi juga mengatakan, "Dengan program yang telah dan akan dilakukan, Tobatenun berusaha menciptakan peluang dan berusaha meningkatkan standar kesejahteraan perajin di desa-desa tenun tradisional di Sumatra Utara. Membantu pelaku usaha tenun dengan mendirikan rumah komunitas atau rumah latihan Jabu Bonang dan Jabu Borna."

Dengan optimisme bahwa produk mode berbasis budaya relevan dengan kebutuhan saat ini, pihaknya melakukan pendampingan dengan memfasilitasi komunitas tenun Batak untuk peningkatan kompetensi (desain) dan standarisasi (kualitas). Lebih dari sekadar menjual produk tenun Batak, mereka juga ingin mengembalikan kebanggaan profesi perajin bahwa mereka adalah aktor utama dari subsektor ekonomi kreatif ini.

Dua rumah komunitas yang didirikan juga secara khusus menyasar pemberdayaan perempuan, kendati tidak dijelaskan lebih lanjut aksi apa yang dilakukan terkait ini. Rumah komunitas Jabu Bonang telah melakukan berbagai pelatihan dan lokakarya bagi perajin. Sedangkan di Jabu Borna, fokus pengembangannya adalah riset pewarna alami, serat alami, penyediaan benang celup bagi ekosistem tenun, serta pengolahan limbah yang tepat dan ramah lingkungan. 


29 Warna dari Bahan Alami

Tobatenun
Kegiatan pewarnaan alami benang kain tenun Batak di Jabu Borna. (dok. Tobatenun)

Hingga saat ini, tim riset Jabu Borna berhasil menemukan 29 koleksi varian warna dari materi alam, seperti daun ketapang, kulit pohon mahoni, kayu jior, dan getah daun pisang. Ini kemudian digunakan pada benang sebagai bahan dasar untuk tenun Batak.

"Saat ini kami bermitra dengan 200 perajin di Sumatra Utara yang tersebar di dua kota dan lima kabupaten antara lain Medan, Siantar, Toba, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Utara, Samosir, dan Dairi. Kami menilai rumah komunitas dan latihan ini penting keberadaannya bagi komunitas," ungkap Melvi.

Rumah komunitas ini, ia melanjutkan, menstimulasi para perajin untuk terus berinovasi dan meningkatkan keterampilan profesional sebagai pelaku usaha, juga artisan. Jabu Bonang dan Jabu Borna menginisiasi perubahan dengan memberi ruang dan kesempatan pada mitra melalui pendidikan informal.

Ke depan, Tobatenun berencana memperluas kemitraan dan membangun hubungan jangka panjang dengan pelaku hulu hingga hilir tenun Batak. Juga, membina ekosistem yang lebih sehat bagi para perajin di Sumatra Utara secara umum.


Perluas Pengembangan Tenun Batak

Tobatenun
Melvi Tampubolon dan Jimmy Bernado Panjaitan memulai komitmen kerja sama melalui penandatangan MoU dalam memperkuat ekosistem tenun Batak. (dok. Tobatenun)

Memperluas pengembangan tenun Batak dan jangkauan distribusi UMKM sebagai pelaku usaha, Tobatenun menjalin kerja sama dengan Badan Otorita Danau Toba (BPODT), di mana BPODT merupakan badan pelaksana yang merupakan satuan kerja di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Kerja sama ini merupakan sinergi program pengembangan ekonomi kreatif ekosistem tenun Batak dan kriya di wilayah sekitar Danau Toba. Jimmy Bernando Panjaitan, Direktur Utama BPODT, menyampaikan, "Kerja sama BPODT melalui Jabu Bonang dan Jabu Borna merupakan kontribusi dan langkah nyata kami dalam memajukan industri pariwisata yang berkualitas dan terstandarisasi melalui karya kreatif tenun."

"Hal ini tentu perlu dilakukan untuk pengembangan ekonomi kreatif, khususnya membangkitkan perekonomian dan penciptaan lapangan kerja, terutama di kawasan Danau Toba. Kami akan berkolaborasi dengan Tobatenun, bagaimana tenun Batak dapat populer dan tidak hanya untuk market dalam negeri, tapi juga global," ia menyambung.

Jimmy juga mengatakan bahwa ekosistem tenun Batak seharusnya tidak hanya mengedepankan hasil karya yang bagus, tapi juga memastikan perajin jadi profesional sebagai pelaku usaha. Lebih lanjut, kerja sama ini akan melakukan berbagai program terkait pendampingan kreatif berbasis kriya melalui Jabu Bonang dan Jabu Borna.

Bekerja sama dalam kegiatan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam untuk program pengembangan tenun Batak dan kriya di wilayah Sumatra Utara pun akan dilakukan. Juga, tentang penyerapan dan pemasaran produk-produk tenun Batak dan kriya yang sudah terkurasi.

Infografis Desainer Indonesia di Pentas Fesyen Dunia
Infografis desainer Indonesia di pentas fesyen dunia (Liputan6.com/Trie Yasni))
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya