Liputan6.com, Jakarta - Najwa Shihab baru-baru ini bepergian ke Temanggung, Jawa Tengah. Ketika berada di sana, pembawa acara Mata Najwa itu menyempatkan diri mengunjungi Pasar Papringan.
Nana, begitu ia akrab disapa, mengabadikan momen saat bertandang ke Pasar Papringan. Ia mengunggah sebuah potret sedang duduk di atas bebatuan dengan latar jejeran pohon bambu di belakangnya.
Ia tampil kasual berbalut kaus hitam polos dipadu bawahan batik dan sneakers. Rambut sebahunya diikat rapi dan tampak pula ia mengenakan beberapa aksesori seperti jam tangan dan gelang tangan.
Advertisement
"Minggu Wage di @pasarpapringan Temanggung," tulis Najwa Shihab dalam kolom keterangan potret yang dibagikan pada 17 Juli 2022 sembari menyertakan lokasinya di Pasar Papringan.
Tak hanya itu, ada pula video singkat yang mengabadikan keseruan Nana mengelilingi Pasar Papringan sembari membawa tas anyaman bambu. Video dibuka dengan tampah bambu yang dijadikan sebagai tanda dan arahan menuju pasar.
"Pasar Papringan Ngadiprono," demikian keterangan tertulis disertai dengan gambar petunjuk arah di bagian bawahnya.
Terlihat pula area untuk penukaran uang yang di sana menggunakan "uang keping bambu". Penukaran dibagi menjadi tiga, yakni kelipatan Rp2 ribu, kelipatan Rp20 ribu, dan kelipatan Rp50 ribu.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasar Papringan
Area ini tertata rapi dengan tali sebagai penyekat di masing-masing tempat penukaran. Ada pula petunjuk yang masih terbuat dari tampah bambu menyertakan keterangan tempat registrasi dan tukar uang.
Kisaran harga produk juga tertera di petunjuk tersebut dengan satu keping pring senilai Rp2 ribu. Makanan ringan dijual 1--2 pring, makanan berat 3--7 pring, minuman 2--9 pring, kerajinan 2--15 pring, dan hasil tani 1--6 pring
Klip selanjutnya menunjukkan para penjual menjajakan dagangan, termasuk beragam sajian tradisional.Terlihat dagangan yang disuguhkan mulai dari ragam godhogan, telur asin, kleyem, ndas borok, tape singkong, cucur, serabu, hingga lapis beras.
Tersedia juga makanan berat seperti lontong dengan mangut iwak kali, lontong dengan serunderung iwak kali, serta lontong dengan sambal goreng iwak kali. Nana pun tak dapat menutupi antusiasmenya dapat mengunjungi Pasar Papringan.
"Pasar Papringan @pasarpapringan di Temanggung ini digelar di bawah rimbunnya rumpun bambu, alat tukarnya "uang keping bambu" dan hanya menjual produk kuliner khas dan souvenir dengan bahan utama bambu. Mau ke sini? Jadwal buka tiap Minggu Wage dan Minggu Pon mulai pukul 06 - 12 WIB. Sempatkan bertandang ya teman2, suasananya menyenangkan sekali!" tulis Najwa Shihab.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Ramah Lingkungan
Dikutip dari Regional Liputan6.com, Pasar Papringan terletak di pinggir Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung. Pasar ini digelar di bawah rimbun pepohonan bambu di tengah dusun.
Menariknya yang dilakukan para pedagang di Pasar Papringan, untuk dicontoh para pengunjung, yakni dalam menyajikan makanan mereka tidak menggunakan bahan dari plastik sehingga ramah lingkungan. Para pedagang menggelar makanan yang dijualnya dengan alas daun pisang.
Begitu pula ketika melayani pembeli, mereka membungkusnya dengan daun pisang atau menggunakan piring anyaman lidi dengan alas daun pisang. Di pasar ini juga ada penjual tas berbentuk keranjang kecil untuk membawa barang bawaan berupa jajanan tradisional tersebut. Pengunjung cukup menyediakan dua hingga tiga keping pring untuk mendapatkan tas keranjang tersebut.
Pasar Papringan mulai beroperasi pada 14 Mei 2017. Beberapa rumah di sekitar pasar itu kini sudah dibuka sebagai homestay bagi pengunjung dari luar daerah yang ingin menikmati suasana desa pada malam hari.
Berdayakan Warga Lokal
Menurut dia, konsep Pasar Papringan ini untuk memberdayakan masyarakat lokal, karena sejak mulai perencanaan, pembangunan, hingga pelaksanaannya melibatkan masyarakat sekitar.
"Sekitar 90 persen warga Dusun Ngadiprono terlibat dalam Pasar Papringan ini. Selain itu juga melibatkan tetangga dusun untuk petugas parkir, membuat kerajinan, dan lainnya," katanya.
Ia menyampaikan khusus untuk kuliner dari warga Dusun Ngadiprono, tetapi dusun-dusun lain juga menyuplai bahan baku, seperti hasil bumi dan daun pisang untuk bungkus makanan. Selain itu, Imam menyebut ada sembilan rumah yang digunakan untuk homestay dengan kapasitas 40 orang dan tarif Rp200 ribu per orang dengan mendapatkan makan malam dan sarapan pagi.
"Homestay tersebut selalu penuh menjelang hari pasaran, terutama dari pengunjung luar kota yang ingin menikmati suasana kota dan tidak ingin ketinggalan momentum Pasar Papringan yang buku enam pukul 06.00--12.00 WIB," katanya. Ia mengatakan pengunjung Pasar Papringan 60 persen dari luar kota dan 40 persen orang Temanggung.
Advertisement