Masa Depan Industri Kecantikan Mewah Makin Bergantung pada Keberlanjutan Lingkungan

Konsumen yang makin teredukasi menjadi salah satu pemicu produsen produk kecantikan makin mementingkan elemen keberlanjutan lingkungan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 18 Okt 2022, 11:03 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2022, 11:03 WIB
[Fimela] klinik kecantikan
ilustrasi klinik kecantikan | pexels.com/@cottonbro

Liputan6.com, Jakarta - Lanskap industri kecantikan mewah terus berkembang merespons zaman. Salah dua dari para pemainnya adalah Michelle Pfeiffer yang mendirikan gerai wewangian Henry Rose, dan desainer fesyen Stella McCartney.

Keduanya mengungkap keterkaitan antara transparansi, keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial di industri kecantikan saat berbicara di acara Vogue's Forces of Fashion pada Jumat, 14 Oktober 2022. Stella memulainya dengan mengatakan bahwa, "Kami mengatur diri sendiri di Stella McCartney selama 25 tahun."

Dikutip dari Vogue, Senin (17/10/2022), putri Paul McCartney itu sejak mendirikan label fesyennya pada 2001 sudah mempraktikan tentang keberlanjutan pada diri sendiri. Ia besar dalam pertanian organik dan juga penganut vegetarian. Sejak itu pula, ia dikenal berada di garis depan fesyen sadar lingkungan.

Saat ini, ia melanjutkan standar etika yang sama dan teknologi inovatif untuk rangkaian perawatan kulit yang diluncurkannya, Stella. Rangkaian produknya meliputi serum menutrisi kulit, krim pelembab reparatif, dan pembersih krim multi-tugas dengan setidaknya 99 persen bahan-bahan alami dan sistem isi ulang yang dapat didaur ulang mutakhir.

Meski banyak yang menyebut brand skin care-nya sebagai 'clean beauty', aktivis lingkungan itu skeptis dengan pelabelan itu yang bahkan ia menyebutnya sebagai 'omong kosong'. Ia lebih suka menyebut brand-nya sebagai 'clean of conscience' alias 'bersih hati nurani'.

Pandangan yang serupa juga dimiliki Pfeiffer yang memproduksi lini produk parfum pertama yang memperoleh label dari Environmental Working Group. Mereka berbagi kesamaan fokus, yakni membangun brand dengan penuh kesadaran dengan tujuan dan integritas. Keduanya setuju bahan-bahan yang etis dan bersumber berkelanjutan lebih baik untuk planet dan kesehatan kita. 

 

Konsumen Kritis

Bahaya Menggunakan Kosmetik yang Mengandung Merkuri
Ilustrasi Menggunakan Produk Kecantikan Credit: pexels.com/Feyy

Baik Pfeiffer maupun Stella menyadari tak mudah untuk mengubah lanskap industri kecantikan mewah. Namun, mereka sudah melihat perubahan nyata terjadi di sektor tersebut. Kemajuan telah tercipta yang didukung peluncuran bahan terobosan hingga kemajuan bioteknologi yang mengubah permainan.

Peran konsumen juga tak kalah penting. Keduanya menyebut konsumen saat ini lebih terdidik dan sadar sosial dibandingkan sebelumnya.

"Orang menjadi lebih pintar, orang menjadi lebih terdidik, orang memilih dengan dompet mereka," kata Pfeiffer.

"Ketika perusahaan besar melihat bahwa ada permintaan konsumen dan profitabilitas, saat itulah Anda benar-benar melihat jarum bergerak."

Dengan semakin banyak selebriti yang meluncurkan label kosmetik sendiri, Pfeiffer dan McCartney sepakat bahwa label yang mereka bangun hanya akan bertahan jika mampu menaklukkan beragam tantangan seiring waktu. Mereka juga mengaku hal itu masih jauh dari kata selesai, terutama menghadapi krisis iklim di depan mata.

"Kami belum selesai, kami baru saja mulai," ucap McCartney.

 

Sains dan Teknologi

Mengumpulkan Berbagai Informasi Seputar Kosmetik secara Akurat
Ilustrasi Kosmetik Credit: pexels.com/cottonbro

Lagi-lagi McCartney mengingatkan pentingnya peran konsumen dalam mengubah industri kecantikan ke arah yang berkelanjutan secara holistik. Sebagai produsen, mereka memiliki prinsip bisnis yang dipegang. Tapi, hal itu akan bermakna bila konsumen meresponsnya secara aktif.

"Kami tidak akan membuat Anda berkompromi, tapi ini ada di tangan Anda... Kita semua dalam hal ini (prinsip berkelanjutan) bersama-sama," ucapnya.

Soal berkelanjutan juga sempat disinggung Presiden Direktur L'Oreal Indonesia, Junaid Murtaza saat menghadiri diskusi bertajuk 'L'Oreal Beauty Tech: Inventing the Beauty of The Future' di Jakarta, 11 Oktober 2022. Ia mengatakan konsumen saat ini menuntut lebih banyak porsi keberlanjutan mengingat begitu kritisnya perubahan iklim.

"Konsumen ingin tahu lebih banyak tentang produk kecantikan," katanya.

Dengan pasar kecantikan di Indonesia yang semakin dinamis, L'Oreal mendorong transformasi digital yang besar melalui penggabungan sains dan teknologi untuk memungkinkan lebih banyak personalisasi.

"L’Oréal membayangkan masa depan dimana dunia kecantikan semakin inklusif terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat yang beragam; dunia kecantikan yang semakin bertanggung jawab dan transparan; dunia di mana tim kami semakin gesit dan kreatif. Itulah tiga pilar yang kami usung dalam L’Oréal Beauty Tech," ucap Junaid.

Berbagai Teknologi

Masa Depan Industri Kecantikan Mewah Makin Bergantung pada Keberlanjutan Lingkungan
Salah satu teknologi dari L'Oreal yang dipamerkan di Indonesia Milenial Summit, beberapa waktu lalu. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

L'oreal menciptakan beragam inovasi yang mengawinkan teknologi dan kecantikan lewat berbagai fitur. Salah satunya adalah La Roche-Posay Spotscan. Fungsi alat itu untuk membantu konsumen menganalisa tingkat keparahan jerawat melalui teknologi Artificial Intelligence (AI) yang dibangun berdasarkan data ilmiah yang luas untuk mendapatkan personalisasi diagnosa pada jerawat.

Untuk membangun algoritma yang paling akurat dan inovatif, keakuratan Spotscan telah divalidasi secara klinis oleh sekumpulan pakar kulit dari berbagai belahan dunia untuk menganalisa sebanyak lebih dari 6.000 foto individu yang mewakili berbagai etnis, jenis kulit dan tingkat keparahan jerawat.

Ada lagi Kiehl’s Derma Reader Pro, yakni perangkat yang bisa menganalisis empat isu di permukaan kulit secara langsung, yaitu kerutan dan garis halus, tekstur, noda dan pori-pori membesar; serta empat isu di sub-permukaan kulit, yaitu kemerahan, noda kecoklatan, kerusakan akibat sinar UV dan pori-pori tersumbat. Konsumen akan dipandu untuk mengidentifikasi kebutuhan kulit dan perawatan yang dibutuhkan untuk mendapatkan kulit sehat.

Teranyar,  L’Oréal meluncurkan Yves Saint Laurent Rouge Sur Mesure, perangkat portable peracik pewarna bibir pertama di dunia yang dapat menghasilkan sampai dengan 4000 warna lipstik kapan saja dan dimana saja. Perangkat ini menggabungkan inovasi fisik berupa perangkat pengkoneksi dan cartridge lipstik cair dengan inovasi digital berupa try-on virtual dan algoritma warna berbasis AI.

Di Indonesia, L'Oreal melihat konsumen sangat adaptif akan teknologi baru. Sejak meluncurkan Maybelline Virtual Try On sebagai beauty tech pertama pada 2019, total 17 Beauty Tech saat ini diluncurkan di Indonesia dalam berbagai teknologi dan kategori yang bervariasi

"Sejak awal tahun ini kami pun telah mencatat hampir 1 juta try-on telah dilakukan oleh konsumen, yang menempatkan Indonesia sebagai pasar dengan adoption rate penggunaan Beauty Tech tertinggi di Grup L’Oréal," ujar Junaid.

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya