Liputan6.com, Jakarta - Tidak sekadar ada, orang sekarang punya definisi masing-masing akan rumah estetis. Selain bersumber dari media sosial, inspirasinya juga sarat akan preferensi pribadi. Namun, karena ingin indah dilihat, jangan sampai rumah jadi tidak ramah anak.
Menurut CEO, sekaligus co-founder @parentalk.id, Nucha Bachri, rumah keluarga muda sekarang kurang ramah anak. "Terutama area tangga yang ngeri untuk anak-anak karena terlalu curam," katanya dalam jumpa pers di bilangan Jakarta Selatan, Kamis, 8 Desember 2022.
Advertisement
Baca Juga
Sementara, founder Biroe Architecture & Interior, Rubi Roesli, mengungkap bahwa rumah ramah anak juga tentang pemilihan perabot. "Area-area tajam itu harus dilindungi," ia mengatakan pada Liputan6.com usai jumpa pers. "Sekarang sudah banyak barang dengan fitur pelindung. Meja misalnya, siku-sikunya bisa ditutupi."
Di samping itu, Rubi juga menyarankan untuk mengindari produk kaca di dekat area main anak. "Kalau sampai tertabrak (produk kaca) bisa bahaya. Jadi, misalnya mau meja makan kaca, pastikan itu tidak berada di dekat area main anak," imbuhnya.
Sementara soal furnitur, Nucha lebih memilih yang "bisa diakses anak dengan mudah." "Jadi, mereka bisa mengambil segala kebutuhannya sendiri," ia mengatakan. "Ini termasuk pintu, mudah atau tidak mereka membukanya."
Secara lebih spefisik, ibu dua anak ini punya tiga pertimbangan dalam menentukan desain kamar anak. Pertama, ia dan suami sangat mempertimbangkan faktor keamanan.
"Posisi jendela dan pintu itu harus diperhatikan. Jangan sampai anak nanti ambil bangku, naik, bisa lompat keluar jendela, bahaya kalau begitu. Sekarang ada fitur di jendela yang membuat mereka tidak bisa membukanya. Perhatikan juga di luar jendela kamar anak itu ada apa. Ada sesuatu yang bisa membahayakan mereka atau tidak," paparnya.
Pilih Warna Pastel
Lebih lanjut Nucha mengatakan, ia pun memilih tempat tidur yang tidak terlalu tinggi, berjaga-jaga si kecil jatuh. Juga, tempat tidur anaknya tidak terlalu kecil, sehingga bisa dipakai dalam waktu lebih lama.
Pertimbangan selanjutnya adalah kenyamanan, supaya anak betah di dalam kamar. "Biar ada sense of belonging. Saya punya dua anak, jaraknya (usia) dekat, maunya mereka bisa akrab. Selain, mereka juga bisa nyaman saat belajar di kamar," katanya.
Terakhir, estetika. "Pewarnaan kamar anak ini penting," Nucha menyebut. "Daripada terlalu warna-warni, saya memilih warna yang timeless, furnitur pun demikian. Jadi, saya memilih warna-warna lebih pastel supaya relevan dalam jangka panjang."
Rubi menyambung, bila kamar anak anak di lantai dua, batas tangga di atas sebaiknya ditutup dengan pagar. "Area ketinggian memang harus diperhatikan karena anak, terutama anak balita, suka coba-coba, seperti menurunkan kaki untuk mengukur (kakinya) sampai atau tidak," ujarnya.
Terkait itu, Nucha juga memastikan terali pagar di lantai dua tidak terlalu jauh jaraknya. "Kalau agak jauh, anak takutnya bisa muat masuk di antara sela-selanya," ia menyambung.
Advertisement
3 Siklus Renovasi
Rubi mengatakan, desain rumah sejatinya tidak bisa langsung merespons ke anak. "Kecuali yang awalnya memang didesain untuk anak, seperti sekolah atau taman kanak-kanak," katanya. "Rumah cenderung berkembang, dan anak-anak nantinya juga akan besar. Karena itu, barang-barang di dalam rumah yang bisa menjadikan tempat itu ramah anak."
Menurut pengamatannya, orang cenderung melakukan revonasi rumah dalam tiga siklus. "Pertama, saat masih jadi keluarga baru. Tahap ini bahkan mungkin bikin rumah," Rubi mengatakan. "Lalu, orangtua akan renovasi rumah setelah anaknya usia SMA atau kuliah."
"Dari sifat warna-warni anak-anak, jadi lebih nongkrong, karena mereka mungkin sudah mulai bawa teman ke rumah. Ada juga orangtua yang menyediakan ruang itu untuk anak-anak mereka," ucapnya. "Terakhir, renovasi lagi setelah tua, anak sudah keluar dari rumah."
Dalam tahap ini, biasanya ada dua tipe revonasi, apakah memperbesar rumah untuk nanti cucu-cucu mereka berkunjung atau malah memperkecilnya.
Terlepas dari renovasinya, pemilihan lantai masih terus jadi satu faktor krusial. Nocha menganggap, penting untuk memilih lantai yang nyaman diinjak, tidak licin, terlebih ia sekarang masih punya dua anak kecil, dan mudah dibersihkan. Pendapat ini pun disepakati Rubi.
Mengenal Laminate Flooring
Merespons itu, ACE memperkenalkan laminate flooring rilisan merek Quickstep produksi Belgia. Merchandising Manager ACE Indonesia, Ricky Sukono, menjelaskan bahwa produk ini memungkin setiap orang punya lantai serupa kayu solid dengan "perawatan lebih mudah dan harga jauh lebih murah."
Selain itu, laminate flooring juga dijelaskan dilengkapi teknologi hydro seal yang tahan air, sehingga "minim perawatan dan tahan lama." "Daya tahannya bisa sampai 25 tahun," Ricky mengatakan.
Lalu, produk ini pun punya teknologi scratch guard, sehingga diklaim 10 kali lebih kuat terhadap goresan. Terdapat pula teknologi UNICLIC untuk sistem pemasangan yang lebih mudah, cepat, dan tidak menggores lantai di bawahnya.
"Produk ini juga ramah lingkungan, telah tersertifikasi EU Ecolabel, yang mana proses pembuatannya tercatat rendah emisi," ia menyambung.
Laminate floor pihaknya hadir dalam tiga seri: Majestic, Impressive, dan Classic. Majestic, yang merupakan seri tertinggi, memastikan tampilan mewah dan terasa luas. Sementara Impressive siap memboyong nuansa alam ke rumah, Classic akan memberi kesan modern, namun tetap hangat.
Tidak hanya di kamar tidur dan ruang keluarga, laminate flooring ini juga dinilai cocok untuk dipasang di dapur, bahkan kamar mandi. "Warna cokelat itu memang masih jadi favorit, tapi kalau secara tren global, abu muda dan putih juga diminati," katanya.
Produk ini telah tersedia di seluruh toko ACE yang tersebar di 53 kota di Indonesia, selain juga online platform mereka. "Pemasangannya nanti bisa dibantu partner kami," tandas Ricky.
Advertisement