Liputan6.com, Jakarta - Yayoi Kusama dan Louis Vuitton kembali menjalin kolaborasi. Menyusul kesepakatan kerja sama itu, sejumlah toko Louis Vuitton di kota-kota besar dunia bersolek.
Aktivasi itu juga berlaku di Jepang. Brand fesyen asal Prancis itu mengambil alih billboard raksasa yang berada di persimpangan jalan Shinjuku, Tokyo, yang sibuk dengan iklan mereka. Mereka juga membuka pop-up store yang berwarna berkat motif polkadot kuning berlatar warna hitam.
Advertisement
Baca Juga
Di belahan dunia lain, toko flagship Louis Vuitton di Maison Champs-Elysees, Paris, menghadirkan tampilan lebih meriah. Titik-titik polkadot berwarna Kusama melintasi teras bersisik di dinding luar bangunan art deco yang dibangun oleh Georges Vuitton pada 1912.
Dikutip dari Hypebeast, Sabtu (14/1/2023), patung raksasa seniman Jepang itu terlihat seperti sedang memasang bintik-bintik yang menghiasi fasad bangunan. Sementara di permukaan tanah, balon logam melayang-layang di atas aula masuk dan detail bola yang lebih berwarna-warni menghiasi jendela pamer dari lantai hingga ke langit-langit.
Butik Louis Vuitton di New York juga tak mau kalah semarak. Melansir dari NY Post, mereka menaruh robot Yayoi Kusama dalam ukuran aslinya di jendela pamer. Menarik perhatian sekaligus menghibur para pelintas jalan lewat aksi robot Kusama yang seolah-olah menggambar polkadot di kaca.
"Menampilkan savoir-faire Louis Vuitton, teknik serigrafi yang inovatif mereproduksi sapuan kuas Kusama, memberikan efek 3D lukisan tangan yang sangat realistis. Diaplikasikan dengan tangan, satu per satu, berbagai ukuran setengah bola logam meramaikan pilihan koleksi dengan efek cermin perak yang menakjubkan," demikian penjelasan Louis Vuitton di situsnya.
Â
Â
400 Item
Kolaborasi dengan Yayoi Kusama tahun ini menjadi kedua kalinya setelah 2012. Koleksi Yayoi Kusama x Louis Vuitton pun sudah tersedia di toko-toko LV di seluruh dunia, dengan total sekitar 400 item menurut The Art Newspaper.
Dikutip dari koreaherald.com, pakaian pria, pakaian wanita, tas, sepatu, aksesori dan parfum adalah bagian dari koleksi kolaborasi itu yang menggambarkan objek khas seniman berusia 93 tahun dan motif inti yang tidak terbatas. Selain lini pakaian dan aksesori, tiga jenis parfum Louis Vuitton telah dinterpretasi ulang dalam kolaborasi Kusama. Mereka dikemas dalam paket, botol, dan kotak perjalanan baru yang terinspirasi dari pola titik, bunga, dan objek labu khas Yayoi.
Beberapa produk ikonis Louis Vuitton juga dirombak dengan memasukkan elemen khas Kusama. Di antaranya adalah sepatu kets trainer LV bercat pola titik dan gelang rantai monogram. Louis Vuitton akan merilis koleksi kedua pada 31 Maret 2023.
Namun, kreasi itu rupanya tak bisa diterima seluruh publik. Sebagian warganet menumpahkan kekecewaan mereka di kolom komentar akun Instagram resmi Louis Vuitton.Â
Â
Advertisement
Respons Terbelah
"Mengapa Louis Vuitton terus membuat desain aneh karena mereka kehabisan ide? Bila kamu tak punya sesuatu yang 'bagus' untuk desain, maka teruslah mencoba dengan yang ini sampai kamu menemukan yang baru," kata salah satu warganet.
"Terrible, LV are seriously loosing their ability to keep up, loosing ideas. (Mengerikan, LV benar-benar kehilangan kemampuan untuk mengikuti zaman, kehilangan ide)," imbuh yang lain. Sementara, warganet yang pro dengan koleksi tersebut mempertanyakan apakah mereka yang mengeluh adalah benar-benar pembeli. "Produk-produk ini sebenarnya sangat diminati," kata warganet tersebut.
Yang pasti, kolaborasi Louis Vuitton dan Yayoi Kusama menarik kembali Gisele Bundchen ke dunia model setelah memutuskan berpisah dari Tom Brady setelah 13 tahun menikah. Pada Jumat, 6 Januari 2023, merek mewah Prancis itu membagikan video Bundchen di Instagram yang memeragakan model tas-tas baru diiringi lagu Rolling Stones 'She's Like a Rainbow'.
Dalam klip itu, ibu dua anak tersebut berpose tanpa atasa dengan menjinjing tas jinjing di dadanya. Ia hanya mengenakan celana jins biru. Saat Bündchen tersenyum ke arah kamera, titik warna-warni berputar di sekelilingnya. Dikutip dari Page Six, kampanye ini juga menampilkan sesama model Natalia Vodianova, Bella Hadid, Liya Kebede, Christy Turlington, Devon Aoki dan Karlie Kloss.Â
"Memadukan kreativitas Yayoi Kusama dan savoir-faire dari Louis Vuitton, koleksi baru ini menginterpretasikan ulang karya ikonik Maison, diresapi dengan motif khas sang seniman," bunyi siaran pers Louis Vuitton.
Â
Seniman Nyentrik
Yayoi Kusama tumbuh besar di keluarga konservatif di Jepang sehingga ia harus menahan ambisinya menjadi seorang seniman. Sejak kecil ia mengalami gangguan mental. Penyakit Rijinsho membuat alam bawah sadarnya selalu penuh halusinasi. Dalam benaknya, kerap tergambar aura di seputar objek yang dilihatnya dan dirinya selalu mendapati binatang yang berbicara.
Memanfaatkan keriuhan dalam halusinasinya, Yayoi Kusama merekamnya melalui gambar. Dengan cara itu, berkesenian menurut Yayoi menjadi sangat menyenangkan, selain juga menjadi terapi tersendiri bagi kondisi mentalnya.
Perkenalannya dengan dunia seni bermula saat ia mempelajari nihonga, yaitu seni lukis khas negara matahari terbit. Seiring berjalannya waktu dan anggapan dirinya bahwa nihonga membatasi kreasinya, Yayoi memutuskan untuk berpaling pada gaya avant garde.
Meski menolak dikategorikan pada aliran seni rupa tertentu, Yayoi Kusama mengakui dan tertarik pada karya-karya seniman yang mengeksplorasi kencederungan mistis, seperti karya perupa Amerika Georgia O’Keefe. Hubungan dirinya dengan O’Keefe membuat Yayoi hijrah ke Amerika Serikat pada 1950an untuk belajar lebih jauh tentang pengkaryaan.Â
Dia menganggap, Amerika Serikat adalah kiblat utama bagi seni rupa dunia. Pada Oktober 1959 dalam pameran tunggalnya di Amerika, Yayoi Kusama menampilkan lima lukisan putih di atas hitam. Pendekatan ini membawa arah baru yang berbeda dari Ekspresionisme Abstrak, serta menjadi antisipasi bagi perkembangan aliran pop.
Setelah kembali ke Jepang, pasca-reformasi ekonomi domestik dan masuknya industrialisasi yang mengubah wajah negara tersebut, Kusama melihat perubahan sangat besar di Jepang. Namun,apresiasi yang diharapkannya justru tak terwujud. Pada 1977, Yayoi Kusuma pindah secara permanen ke sebuah rumah sakit jiwa di Tokyo dan membangun studionya sendiri.Â
Advertisement