1,35 Ton Sampah Sungai Ciliwung Terkumpul dalam Sejam, Masih PD dengan Target Zero Waste 2030?

1,35 ton sampah di Sungai Ciliwung didominasi oleh plastik sekali pakai dan sampah tekstil.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 17 Jan 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2023, 07:00 WIB
1,35 Ton Sampah Sungai Ciliwung Terkumpul dalam Sehari, Bagaimana Nasib Target Zero Waste 2030?
Aksi bersih sampah di Sungai Ciliwung pada Sabtu, 14 Januari 2023. (dok. WCD Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Sampah masih jadi masalah besar di mana-mana. Lewat Aksi Bersih Sampah Sungai Ciliwung yang digelar World Clean-up Day Indonesia (WCD Indonesia) pada Sabtu, 14 Januari 2023 lalu, 1,35 ton sampah berhasil dipungut oleh sejumlah kreator konten dan 127 peserta lain.

Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Senin, 16 Januari 2023, jenis sampah yang terkumpul didominasi oleh sampah plastik sekali pakai dan sampah tekstil. Selain akibat aktivitas rumah tangga, Sungai Ciliwung juga tercemar berbagai limbah industri dan pembuangan sampah yang tidak bertanggung jawab.

Sampah yang terkumpul selanjutnya akan dipilah ulang dan didaur ulang oleh Waste4Change di Rumah Pemulihan Material Waste4Change. Di antara sampah yang terkumpul, tidak semua bisa didaur ulang. Sampah residu atau sampah yang sulit didaur ulang akan diproses oleh mitra Waste4Change untuk menjadi bahan RDF (semacam bahan bakar seperti batu bara) untuk pembuatan semen.

"Masalah sampah di Indonesia sudah sampai pada taraf yang mengkhawatirkan. Setiap hari, warga Jakarta menghasilkan hampir 7.500 ton sampah. Dalam dua hari, jumlah ini setara dengan Candi Borobudur. Jika tidak dikelola dengan baik, TPA akan penuh sampah dan berpotensi membahayakan ribuan nyawa," kata Mohamad Bijaksana Junerosano, CEO dan pendiri Waste4Change dan Greeneration Foundation.

Sampah yang mencemari lingkungan juga mengancam ekosistem yang hidup di sekitar Sungai Ciliwung. Aksi bersih-bersih sungai yang dilakoni itu, kata dia, penting untuk tidak dijadikan kebiasaan, melainkan motivasi untuk mengurangi sampah. 

Itu pula diamini oleh Andy Bahari selaku leader WCD Indonesia. "Meskipun bukan solusi jangka panjang, aksi bersih sampah ini diharapkan mampu memantik kesadaran tentang dampak dari sampah yang kita hasilkan," ujarnya seraya meminta masyarakat mengurangi sampah dan mencegahnya mencemari lingkungan.

Ajak Kreator Konten

1,35 Ton Sampah Sungai Ciliwung Terkumpul dalam Sehari, Bagaimana Nasib Target Zero Waste 2030?
Aksi bersih sampah di Sungai Ciliwung pada Sabtu, 14 Januari 2023. (dok. WCD Indonesia)

Kegiatan bersih-bersih Sungai Ciliwung pada akhir pekan lalu juga mengajak serta sejumlah kreator konten, seperti Leonardo Edwin, Turah Parthayana, Jehian Sijabat, Dennis Kho, Erika Richardo, Vania Herlambang, Rian Farhadi “Presiden Gen Z’, Pandawara Group, Bima ‘BackpackerTinggi’, dan Rinaldi Nur Ibrahim.

"Khusus yang kemarin kita memang hanya mengajak content creator dan 10 orang relawan terpilih untuk melakukan aksi, mereka membuat konten edukasi tentang kepedulian," kata Andy.

Aksi itu diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda, tentang persoalan sampahyang tidak hanya terbatas pada perilaku buruk membuang sampah sembarangan. Diperlukan peran aktif berbagai pihak untuk memastikan sampah tidak mencemari lingkungan.

Salah satu elemen terpenting dalam menanggulangi masalah lingkungan adalah ketersediaan dana. Greeneration pun membuat program Green Philanthropy Fund 10.10.10 untukmenghadapi tantangan krisis iklim. Melalui program ini, Greeneration akan mendorong perubahan oleh 10 juta warga negara Indonesia agar berdonasi sebesar minimal Rp10 ribu per bulan selama 10 tahun.

"Dana terkumpul akan digunakan untuk membiayai dan mempercepat kegiatan penyelamatan lingkungan," kata Sano.

Target Ambisius KLHK

1,35 Ton Sampah Sungai Ciliwung Terkumpul dalam Sejam, Bagaimana Nasib Target Zero Waste 2030?
Aksi bersih sampah di Sungai Ciliwung pada Sabtu, 14 Januari 2023. (dok. WCD Indonesia)

Secara umum, sampah di Indonesia belum sepenuhnya terkelola dengan baik. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat setidaknya 23 juta ton timbulan sampah belum dikelola pemerintah daerah di 514 kabupaten/kota di Indonesia.

Artinya, sekitar 35 persen dari total timbulan sampah di Indonesia masih tidak terkelola dengan baik. Jumlah ini berpotensi mencemari lingkungan, termasuk sungai dan lautan.

Padahal, Indonesia berambisi menurunkan jumlah sampah plastik di laut hingga 70 persen pada akhir 2025 yang tersisa kurang dari dua tahun lagi. Hal itu tertuang dalam Peraturan Presiden No 83 Tahun 2018 tentang penanggung jawab pelaksanaan gerakan nasional bersih pantai dan laut.

Di dalamnya terdapat rencana aksi nasional penanganan sampah laut tahun 2018 hingga 2025 yang memberikan arahan-arahan strategis bagi 20 kementerian lembaga terkait untuk menangani permasalahan laut. Hal itu bertujuan untuk mengurangi sampah, khususnya mikroplastik, yang bisa dikonsumsi ikan dan akhirnya dimakan manusia dan menimbulkan penyakit pada manusia.

Selain soal pengurangan sampah plastik ke laut 70 persen, Indonesia juga berambisi mewujudkan zero waste pada 2030. Target ambisius itu rupanya tidak berbanding lurus dengan jumlah produksi sampah tahunan. KLHK menyebut jumlah sampah yang dihasilkan per 2021 mencapai 68 juta ton dan diperkirakan naik menjadi 70 juta ton pada 2022. 

Sampah dapur menjadi salah satu penyumbang terbesar. Jumlah tersebut, kata dia, bisa ditekan bila setiap rumah tangga memilah sampah di rumahnya masing-masing.

Tetap Optimistis

Ilustrasi sampah plastik (pexels)
Prancis akan malarang penggunakan kemasan plastik untuk mayoritas jenis buah dan sayur demi mengurangi sampah plastik.

Meski begitu, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar optimistis target Zero Waste itu tetap bisa dicapai. Ia menyatakan KLHK akan terus berlatih untuk mewujudkan emisi nol dengan memperkuat kolaborasi multipihak sesuai peran dan tanggung jawab masing-masing untuk menyelesaikan persoalan sampah dari hulu ke hilir.

"Tentu saja berbagai dinamika di lapangan masih menantang, dan kita akan bekerja keras untuk menyempurnakan semuanya. Optimis bisa," ucapnya dalam rilis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu. 

Optimisme itu muncul setelah mengunjungi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Mengwitani Kabupaten Badung dan TPST TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat), Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, Rabu, 11 Januari 2023. Siti menyebut proses pengolahan sampah di Provinsi Bali cukup maju.

"Peran Pemerintah Daerah Kabupaten cukup menonjol didukung oleh Pemerintah Pusat, Asosiasi Pengusaha Sampah dan juga dukungan swasta secara terbatas," ujarnya.

Di TPST tersebut, sampah yang masuk tercatat 17 ton per hari dengan komposisi 64 persenorganik. Hasil olahan sampah di TPST tersebut di antaranya menghasilkan kompos untuk keperluan keseharian pupuk dan tanaman, bahan bricket RDF yang dikerjasamakan dengan PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB), sebagai co-firing batubara.

"Masih ada residu ke TPA sekitar 10 persen. Ini bagian yang harus diintevensi dalam konsepsi penyelesaian sampah secara tuntas," imbuh Menteri Siti.

Bahaya Sampah Plastik di Laut
Infografis bahaya sampah plastik di laut. (dok. TKN PSL)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya