Liputan6.com, Jakarta - Periode mudik Tahun Baru Imlek di China telah dimulai. Pada Senin, 16 Januari 2023, penumpang yang membawa barang bawaan berbondong-bondong ke stasiun kereta api dan bandara di kota-kota besar China.
Melansir The Guardian, Selasa (17/1/2023), perjalanan di periode ini ini telah dikhawatirkan dapat meningkatkan wabah COVID-19 di Negeri Tirai Bambu oleh para ahli kesehatan. Setelah tiga tahun kontrol anti-virus yang ketat, China pada awal Desember 2022 tiba-tiba meninggalkan kebijakan nol-COVID.
Advertisement
Baca Juga
Pihak berwenang negara itu pada Sabtu, 14 Januari 2023, mengatakan bahwa hampir 60 ribu orang meninggal dunia akibat COVID-19 di rumah sakit antara 8 Desember 2022 dan 12 Januari 2023. Catatan ini meningkat drastis dari angka sebelumnya yang dikritik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak mencerminkan skala dan tingkat keparahan wabah di negara tersebut.
Bahkan, angka-angka itu kemungkinan besar mengecualikan banyak orang yang meninggal di rumah, terutama di daerah pedesaan dengan sistem medis yang lebih lemah, kata seorang pakar kesehatan. Beberapa ahli memperkirakan lebih dari 1 juta orang di China akan meninggal dunia akibat penyakit tersebut tahun ini.
Menjelang liburan Tahun Baru Imlek, media pemerintah Tiongkok dipenuhi berita tentang rumah sakit dan klinik pedesaan yang memperkuat pasokan obat dan peralatan mereka.
"Puncak infeksi COVID di desa kami telah berlalu, tapi festival musim semi (musim liburan Imlek) sudah dekat dan masih ada warga desa, terutama orang lanjut usia, yang berisiko terkena infeksi sekunder," kata seorang dokter di Provinsi Shaanxi dalam sebuah artikel di outlet Red Star News. "Kalau anti-virus dan obat lain lebih banyak, saya akan lebih percaya diri (bisa menekan infeksi COVID-19)."
Kereta Tambahan
Selain obat demam dan persediaan oksigen, Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan akan melengkapi setiap klinik desa dengan oksimeter denyut, alat ujung jari yang biasa digunakan selama pandemi COVID-19 untuk memeriksa kadar oksigen dengan cepat.
Stasiun kereta api utama Beijing telah dipadati penumpang yang meninggalkan ibu kota dalam beberapa hari terakhir. Di kota terpadat di China, Shanghai, jadwal perjalanan kereta malam sementara telah ditambah untuk memenuhi permintaan para pelancong yang menuju Provinsi Anhui timur, lapor kantor berita resmi China Xinhua.
Sementara itu, kedatangan harian di Makau tercatat melebihi 55 ribu orang pada Sabtu, 14 Januari 2023, angka harian tertinggi sejak pandemi. Di Hong Kong, pemerintah mengatakan akan meningkatkan jumlah orang yang dapat melewati titik kontrol perbatasan darat jadi 65 ribu orang per hari dari 50 ribu antara 18 Januari dan 21 Januari 2023.
Kementerian transportasi China mengatakan, pihaknya memperkirakan lebih dari 2 miliar perjalanan dalam minggu-minggu sekitar liburan Imlek 2023. Kebangkitan kembali perjalanan di China telah mengangkat ekspektasi pemulihan ekonomi yang mengalami tingkat pertumbuhan terendah dalam hampir setengah abad.
Advertisement
Enggan Mudik
Kendati demikian, bukan berarti kekhawatiran hilang sama sekali. Dora Wang, bukan nama sebenarnya, dalam laporan The Guardian, dikutip 9 Januari 2023, ingin sekali bertemu keluarganya selama Imlek 2023. Meski pembatasan perjalanan akibat COVID-19 telah dicabut di seluruh China kemarin, Minggu, 8 Januari 2023, ia memutuskan tidak melakukan perjalanan sejauh 461 km dari Beijing ke kota asalnya, Dalian.
"Saya sangat khawatir karena stasiun akan penuh sesak," kata ilustrator berusia 31 tahun yang sedang hamil lima bulan ini. Karena tidak divaksinasi, si calon ibu khawatir akan tertular COVID-19 selama perjalanan jauh.
Ia menyambung, "Walau orangtua saya sudah sembuh dari COVID-19, sekarang variannya banyak sekali di luar sana, saya khawatir saya akan tertular."
Setelah China secara efektif meninggalkan kebijakan nol-COVID di tengah lonjakan jumlah kasus, ada kekhawatiran yang meluas bahwa serbuan perjalanan jelang Imlek dapat memicu penularan virus yang lebih cepat. Ini terutama di daerah pedesaan di mana fasilitas kesehatannya lebih terbatas.
Kecemasan Tertular COVID-19
Sentimen Wang disepakati banyak penduduk Tiongkok, menurut The Guardian. Setelah bertahun-tahun keluarga berpisah di bawah penguncian dan pembatasan perjalanan internal yang ketat, banyak orang sangat ingin bersatu kembali dengan orang yang mereka cintai, tapi juga cemas akan tertular COVID-19.
"Tahun baru akan segera datang dan banyak yang mudik, tapi kami justru bersiap untuk lebih banyak kekacauan. Banyak yang demam. Rumah sakit dan apotek kewalahan. Para ahli mengatakan semua orang bisa pulang untuk tahun baru, tapi bagaimana kita bisa tidak bersiap menghadapi wabah besar lainnya?" satu orang menulis online.
Mereka yang tinggal di luar China daratan dilaporkan enggan pulang. Sementara, ekspatriat yang tinggal di Tiongkok menghindari mudik karena takut menyebarkan COVID-19 di kampung halaman mereka.
"Ada wabah besar di (China) daratan sekarang dan jika saya terinfeksi saat kembali ke rumah, saya tidak akan dapat kembali untuk semester baru," kata seorang mahasiswa China yang belajar di Hong Kong.
Advertisement