Fenomena Sushi Terorisme Resahkan Masyarakat Jepang dan Bikin Saham Restoran Anjlok

Perilaku iseng pelanggan dengan mengotak-atik sushi di rantai konveyor meresahkan masyarakat Jepang dan menurunkan saham restoran hingga 4,8 persen.

oleh Geiska Vatikan diperbarui 18 Feb 2023, 02:02 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2023, 02:02 WIB
Makan sushi bisa liburan ke Jepang
Berikut pengalaman makan sushi di Sushigroove yang bisa bikin Anda liburan ke Jepang. (Foto: Dok. Sushigrooove)

Liputan6.com, Jakarta - Di Jepang belakangan terdapat perilaku meresahkan dari pengunjung yang melakukan lelucon di restoran sushi. Salah satunya terekam dalam video pengunjung menjilati botol kecap dan mengotak-atik piring makanan di konveyor sushi berjalan.

Perilaku tersebut dikenal dengan istilah sushi tero atau sushi terorisme. Melansir dari CNN pada Jumat, 10 Februari 2023 restoran sushi yang menerapkan penggunaan ban berjalan mendorong kritik masyarakat yang mempertanyakan kebersihan, terlebih lagi pasca Covid-19.

Sebuah video yang diambil di Sushiro, salah satu restoran di Jepang menjadi viral dengan memperlihatkan seorang pelanggan pria menjilati jarinya dan menyentuh makanan saat lewat di konveyer sushi yang berjalan. Dia juga terlihat menjilati botol bumbu dan cangkir yang kemudian ditempatkan kembali ke tumpukan semula.

Perusahaan restoran makanan Jepang itu menganggap dengan serius. Food & Life Companies, pemegang saham Sushiro mengatakan telah mengajukan laporan polisi terhadap pelanggan dengan tuduhan kerusakan.

Selain itu, perusahaan juga mengatakan telah menerima permintaan maaf dari orang terkait. Kemudian, pihaknya membuat aturan baru, yaitu menyediakan peralatan atau wadah bumbu yang telah disterilkan secara khusus pada setiap pelanggan.

Sushiro ternyata bukan satu-satunya perusahaan yang menghadapi masalah tersebut. Dua restoran sushi terkemuka lainnya, yaitu Kura Sushi dan Hamazushi menyebutkan bahwa mereka juga mengalami gangguan serupa.

Mereka memilih menindak lanjuti kepada polisi atas salah satu video dari seorang pelanggan yang mengambil makanan dengan tangannya dan mengembalikan ke rantai berjalan untuk dimakan orang lain. Menurut Kura Sushi, sebenarnya video tersebut sudah terjadi sejak empat tahun lalu tetapi baru belakangan ini muncul kembali.

Tindakan Serupa

Ilustrasi Sushi (AFP)
Sushi (AFP)

Hamazushi juga angkat bicara terhadap hal ini, minggu lalu pihak restoran melaporkan insiden yang sama ke polisi. Menurut pantauan dari video yang beredar luas di Twitter, terlihat salah satu pelanggan sedang menjatuhkan wasabi ke sushi saat sedang meluncur pada rantai.

"Hal ini menyimpang secara signifikan dari aturan perusahaan kami dan tidak dapat diterima," kata pihak restoran.

Lebih lanjut Nobuo Yonekawa, seorang kritikus restoran sushi yang berbasis di Tokyo menjelaskan keresahannya dengan sushi tero dapat terjadi karena memiliki staf di toko untuk mengawasi pelanggan.

"Restoran baru-baru ini mengurangi tenaga kerja untuk mengatasi kenaikan biaya lainnya," jelasnya.

Jepang memiliki reputasi sebagai salah satu tempat terbersih di dunia. Masyarakat di Jepang menggunakan masker wajah secara rutin bahkan sebelum pandemi untuk mencegah penyebaran penyakit.

"Di masa Covid dan mengingat insiden ini, rantai sushi konveyor perlu mengevaluasi kembali standar kebersihan dan keamanan pangan mereka," katanya. Yonekawa menyebut restoran harus memberikan solusi kepada pelanggam untuk mendapatkan kembali kepercayaan seperti sebelumnya.

Beban Untuk Restoran

Ilustrasi
Ilustrasi sushi. (dok. pexels/Ryutaro Tsukata)

Daiki Kobayashi, seorang analisis ritel Jepang untuk Nomura memperkirakan tren sushi tero tersebut dapat membebani penjualan restoran sushi selama setidaknya setengah tahun ke depan.

"(Mengingat) betapa kritisnya konsumen Jepang terhadap insiden yang melibatkan keamanan pangan, menurut kamu dampak negarif terhadap penjualan dapat berlangsung selama enam bulan atau lebih,” jelasnya.

Video yang beredar kemudian memicu perdebatan secara daring. Beberapa pengguna media sosial Jepang mempertanyakan peran restoran dalam hal kebersihan.

"Saat ini di mana semakin banyak orang bertujuan untuk viral di media sosial dan virus corona telah membuat orang peka terhadap kebersihan, model bisnis yang didasarkan pada keyakinan bahwa orang akan berperilaku, seperti restoran sushi sabuk konveyor, mungkin tidak lagi layak," tulis salah satu warganet di Twitter.

Tren ini juga memberi dampak pada investor. Minat saham pada Food & Life Companies telah merosot hingga 4,8 persen.

Kobayashi menuturkan, sebelumnya Jepang juga memiliki masalah serupa pada tahun 2013. Polisi sering menemukan laporan lelucon dan perilaku mengganggu di restoran juga merusak penjualan.

Langkah Ekstrim

Jepang Ciptakan Sushi Khusus untuk Ibu Hamil
Jepang Ciptakan Sushi Khusus untuk Ibu Hamil (Tangkapan Layar Twitter/kanetsu_sushi)

Saat ini restoran makanan Jepang tersebut mengambil langkah ekstrim untuk meredakan kekhawatiran masyarakat. Pada kasus Sushiro, pihaknya berhenti menyajikan makanan yang disediakan di rantai sushi konveyor dengan harapan mencegah orang menyentuh makanan orang lain.

Alih-alih membiarkan pelanggan mengambil piring sesuai keinginan mereka, perusahaan sekarang menempatkan foto sushi di atas piring kosong yang menunjukkan kepada orang orang apa yang dapat mereka pesan.

Selain itu, Sushiro juga akan memasang papan akrilik di antara rantai konveyor dan kursi pengunjung untuk membatasi kontak mereka dengan makanan yang lewat. Adapun Kura Sushi akan mencoba menggunakan teknologi kamera AI untuk menangkap pelaku.

Rantai konveyor sejak 2019 telah menggunakan teknologi AI untuk mengumpulkan data tentang jenis sushi yang dipilih pelanggan dan berapa banyak piring yang dikonsumsi setiap meja. "Kami yakin kami akan dapat mengingkatkan sistem yang sudah kami miliki untuk menangani perilaku semacam ini," ucap juru bicara Kura Sushi. 

Infografis Diplomasi Lewat Jalur Kuliner
Infografis Diplomasi Lewat Jalur Kuliner (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya