Liputan6.com, Jakarta - Masjid Agung Sunda Kelapa, yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat, adalah salah satu masjid dengan sejarah panjang. Dalam wawancara dengan Liputan6.com, Jumat, 24 Maret 2023, Ahmad Huraera Nurhani, sekretaris dewan pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa, menceritakan sejarah dan fakta-fakta masjid tersebut.
Dalam rangkumannya, Berikut enam fakta menarik Masjid Agung Sunda Kelapa yang dipaparkan.
Advertisement
Baca Juga
1. Berdiri Lebih dari 50 Tahun Lalu
Masjid Agung Sunda Kelapa berdiri atas inisiatif warga Menteng sekitar tahun 1951. Di antara para penggagasnya adalah H.B.R. Motik dan tetangganya bernama Subhan. Mereka adalah warga muslim yang tinggal di sekitar Taman Sunda Kelapa.
"Awalnya menteng ini kan daerah pemukiman Belanda, jadi memang tidak ada masjid di daerah sini," ungkap Huraera. Pembangunan kawasan Menteng sendiri selesai pada 1940-an. Kawasan ini kemudian dihuni kaum elite Belanda.
Dengan keasriannya, Menteng dikenal sebagai kota taman dengan rumah-rumah yang megah ala vila. Ketika Indonesia merdeka, Menteng dihuni kaum elite nasional.
Pada era 1950-an, warga muslim mulai merintis pembangunan masjid dan disetujui pemerintah pada 1968. Huraera menerangkan, "Sebetulnya dulu yang diharapkan itu awal-awal gedung yang sekarang gedung Bappenas. Itu kan dulu ada sekte yang dilarang pemerintah, itu gedungnya terbengkalai. Mau dibuat masjid, tapi akhirnya dipakai pemerintah jadi Bappennas.”
Akhirnya warga memutuskan memilih daerah Menteng kemudian mengumpulkan dana dan dibantu Pemda untuk pendirian masjid ini. "Masjid ini diresmikan pertama kali 31 Maret 1971 oleh gubernur DKI saat itu, Bapak Ali Sadikin,” jelas Huraera.
2. Rangkaian Program Bermanfaat Selama Ramadan
Masjid Agung Sunda Kelapa menyelenggarakan sejumlah program keagamaan dan kegiatan sosial selama Ramadan 2023. Program-program tersebut meliputi salat lima waktu, ibadah tarawih, salat Qiyamul Lail, dan tausiyah-tausiyah yang dilaksanakan sebelum tarawih dan bada zuhur.
Selain itu, Masjid Agung Sunda Kelapa juga menyelenggarakan berbagai program sosial, seperti bazar, pesantren kilat, kajian disabilitas, dan Anjangsana Social RISKA (ANSOR) ke daerah pinggiran.
Dalam rangka membantu umat Muslim berbuka puasa, masjid ini membuka donasi untuk orang yang ingin membantu masjid menyediakan paket nasi boks pada para jamaah dengan harga Rp25 ribu per satu paket. Masjid menargetkan kurang lebih seribu paket per hari yang dibagikan.
"Kita mengajak jamaah untuk bersedekah buka puasa, dan itu sangat antusias jamaah kita untuk memenuhinya," kata Huraera.
Masjid Agung Sunda Kelapa juga menghadirkan program kajian yang disiarkan melalui radio di frekuensi 1530 AM. Program lain berupa tanya jawab dengan ustaz dan kajian hadis. Kajian-kajian ini diselenggarakan setiap Senin, Kamis, dan Minggu.
3. Lakukan Kegiatan Sosial Bersama Remaja Islam Sunda Kelapa
Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga memiliki berbagai kegiatan sosial dan pendidikan untuk masyarakat sekitar. Salah satunya melalui lembaga remaja masjid yang dikenal dengan sebutan Remaja Islam Sunda Kelapa.
Kegiatannya termasuk kajian Islam, kajian perempuan bertajuk "Sister Club," dan olahraga seperti voli, basket, dan memanah setiap akhir pekan.
Remaja Islam Sunda Kelapa memiliki sekitar 200 anggota yang terdaftar. "Tapi alumninya sudah banyak. Jadi, setiap angkatan ada 200 orang. Setiap tahun buka kelas baru," ungkap Huraera. Setiap tahunnya, Remaja Islam Sunda Kelapa melakukan program sosial mengunjungi daerah-daerah yang masih marginal untuk membantu meningkatkan fasilitasnya.
"Sekarang nih mereka mau bikin sumur bor buat musala di daerah Bekasi," sebutnya.
Selain itu, Masjid Agung Sunda Kelapa juga memberi santunan pada anak yatim dan duafa yang tergabung dalam pendidikan anak asuh Sunda Kelapa (PASKA) melalui pesantren kilat selama dua minggu. "Itu ada sekitar 200 santri yang kita buat santunan seperti itu," ujar Huraera.
Selama Ramadan, kegiatan pesantren kilat diintensifkan selama dua minggu untuk memperlancar anak asuh mengaji.
Advertisement
4. Atap Bangunan Menyerupai Kapal
Masjid Sunda Kelapa memiliki arsitektur unik karena berbentuk menyerupai kapal. Huraera mengungkap ini ada kaitannya dengan riwayat bahtera Nabi Nuh. "Jadi kita kayak masuk ke perut lambung kapal untuk menuju tauhid pada Allah SWT. Makanya berpendak seperti kayak pelabuhan, naik tangga, masuk ke dalam kapal," ungkap Huraera. Ia juga mengatakan bahwa bentuk itu terinspirasi dari kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Masjid Agung Sunda Kelapa berada di atas lahan seluas satu hektare, dengan ruang ibadah utama berukuran sekitar 1.500 meter persegi. "Kita ada jalur disabilitas, yang terbaru ada lift untuk orang sepuh, yang terkenal juga ada pujasera, lapangan basket untuk anak-anak bermain, Aula Sakinah untuk orang yang ingin menyewa untuk mengadakan resepsi perkawinan," jelas Huraera.
Selama 50 tahun berdiri, struktur bangunan Masjid Sunda Kelapa masih sama, hanya mengalami perubahan secara interior dan pengkarpetan.
5. Daya Tampung Bisa Capai Tiga Ribu Orang
Terkait kapasitas Masjid Agung Sunda Kelapa, daya tampungnya mencapai sekitar 1.500 jemaah saat padat. Sedangkan pada hari biasa, terdapat sekitar 500 jamaah yang hadir untuk melaksanakan salat lima waktu di Masjid Agung Sunda Kelapa.
Ketika Salat Jumat, jumlah jemaah bisa mencapai tiga ribu orang karena area taman di sekitar masjid juga digunakan untuk tempat salat. Terkait protokol kesehatan di bulan Ramadan, pihak Masjid Agung Sunda Kelapa hanya memberikan himbauan pada jamaah untuk menggunakan masker, terutama bagi yang kurang sehat.
6. Sering Menjadi Tempat Ceramah Tokoh Publik
Masjid Agung Sunda Kelapa memiliki keunikan dalam pengelolaannya. Pengurus masjid, yaitu Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), dipilih Wali Kota Jakarta Pusat dan ditunjuk dengan Surat Keputusan (SK) untuk periode lima tahun. Awalnya, ketua pengurus masjid dipilih seumur hidup, kemudian berubah jadi dua kali periode.
Saat ini, Ketua Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa adalah Setyanto P Santosa, yang menjabat dari tahun 2021 hingga 2026. Di Masjid Agung Sunda Kelapa, imam juga berperan sebagai muazin. Terdapat enam orang rawatib di masjid ini, yang semuanya merupakan hafiz Al-Quran, yakni Ustaz Darmawan, Ustaz Amin, Ustaz Ansor, Ustaz Deden, Ustaz Bambang, dan Ustaz Afri.
Untuk kegiatan ceramah, Masjid Agung Sunda Kelapa sering dijadikan tempat berkumpulnya para tokoh agama dan politik. Beberapa tokoh yang pernah memberikan ceramah di masjid ini antara lain Ustad Abdul Somad (UAS), ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Pak Muhaimin Iskandar, dan para ulama dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Advertisement