Liputan6.com, Jakarta - Kabar membanggakan untuk bangsa Indonesia yang kembali menunjukkan prestasi di kancah internasional. Pertunjukan seni dari Minangkabau, Sumatera Barat tampil di ajang Asia Folk 2023 yang berlangsung di Mongolia pada 15 Juni 2023. Â
"Bismillahirrohmanirrohim..halo semuanya, kami @lab.artproject, kami dari Indonesia dan akan berpartisipasi dalam Asian Championship of Folklore, Asia Folk 2023 pada 15-20 Juni di Ulaanbaator Mongolia....... @eaff.eu," tulis akun @lab.artproject di Instagram resminya, dikutip Kamis, 15 Juni 2023.
Sekelompok anak muda yang tergabung dalam Lab Art Project tersebut akan mempersembahkan perpaduan seni yang terinspirasi dari seni pertunjukan tradisi Minangkabau dari Sumatera Barat. Disebutkan pula, pertunjukan ini diciptakan dengan sentuhan inovasi dan kreasi baru tanpa menghilangkan semangat tradisi aslinya.
Advertisement
"Lab Art Project sendiri merupakan komunitas seni yang terbentuk sejak 2019 oleh dua orang seniman asal Minangkabau. Mereka adalah Agung Perdana yang biasa dipanggil Jaguank dan Lovia Triyuliani," ungkap Lovia yang juga merupakan koreografer Lab Art Project melalui sambungan telepon kepada Liputan6.com, Kamis, 16 Juni 2023.
Mengenai cerita awal bagaimana pertunjukan seni Minangkabau bisa tampil di Mongolia, Lovia Triyuliani atau yang akrab disapa Uli mengatakan hal itu telah berlangsung sejak 2020. Ketika itu Lab Art Project ikut kompetisi Asia Folk 2020 yang diadakan secara daring karena masih pandemi Covid-19.
Mereka menjadi pemenang, sehingga diundang untuk tampil namun pada 2021 ajang Asia Folk masih digelar daring. Kemudian pada 2023 ketika pandemi mereda, Lab Art Project diundang kembali sebagai penampil lalu setelah diskusi panjang mereka dengan jumlah tim sebanyak empat orang terbang ke Mongolia untuk mewakili Indonesia.Â
Â
Â
Inisiatif dari Komunitas Kesenian di Minangkabau
Keikutsertaan Lab Art Project yang merupakan inisiatif komunitas, saat itu belum mendapat dukungan siapapun termasuk pemerintah daerah setempat. Bahkan keberangkatan tim mereka justru sebagian dibiayai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikristek).Â
"Karena kita sudah ada reputasi lalu bikin proposal ke Kemendikbudristek, tapi ngga sepenuhnya (biayanya) cuma itu sudah membantu banyak untuk bisa berangkat ke sini," sambung Uli yang merupakan lulusan pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang untuk minat penciptaan tari.
Tentu ada rasa bangga, sebagai warga daerah asli Minangkabau dapat memopulerkan kesenian dan budayanya. Meskipun keberangkatan mereka tidak sepenuhnya ditanggung, tapi setidaknya nama Indonesia bisa menggaung dan seni kebudayaannya bisa dilirik bangsa lain.
Pada ajang Asia Folk 2023, diungkapkan Uli sekitar 20 negara yang berpartisipasi. Untuk ikut ajang tersebut mereka mendaftar sekitar 300 Euro atau setara Rp4,8 juta per orang. Saat ditanya mengenai berapa besar bantuan dari Kemendikbudristek, ia hanya mengatakan sudah banyak membantu meski tak sepenuhnya tanpa menyebutkan nominal.Â
Â
Advertisement
Bangga Wakili Indonesia
Adapun mengenai pertunjukan seni dari Minangkabau yang Lab Art Project bawakan, Uli menyebut konsepnya menggabungkan berbagai elemen dari musik tari, musik dan antar-disiplin ilmu yang dipelajari saat menuntut ilmu seni di jenjang universitas. "Kita meracik seni jadi satu kesatuan yang utuh, alat musik perkusi dan tambua, fokus juga pada vokal dan suara dari tubuh kita sendiri seperti pukulan tangan yang di mixed dengan tarian termasuk tari piring," paparnya lagi.
Lebih jauh pertunjukan seni yang mereka kreasikan juga diambil dari teori perkuliahan dalam perwujudan inovasi, agar terasa lebih segar, namun tanpa meninggalkan seni budaya asli Minangkabau. Sebagai lulusan kampus seni, Uli mengaku bangga bisa terjun ke bidang yang ia sukai.Â
Ia pun berharap perjuangan Lab Art Project bisa jadi penyemangat anak muda lainnya untuk berkarya di bidang seni. "Lulusan seni tidak selalu menjadi guru, tapi bisa lebih luas lagi," kata Uli.
Talempong, Alat Musik Kebanggaan Masyarakat Minangkabau
Mengutip dari kanal Regional Liputan6.com, kekayaan seni nusantara sangatlah besar, termasuk yang ada di Sumatera Barat (Sumbar) yang menjadi rumah bagi masyarakat Minangkabau. Tak hanya terkenal dari seni tarinya, seni musiknya pun demikian. Salah satu alat musik yang legendaris khas Minangkabau adalah talempong.
Alat musik ini biasanya dimainkan dengan berbagai acara atau peringatan hari besar untuk meriuhkan suasana. Saat pementasannya, talempong biasanya dimainkan bersama dengan berbagai alat musik lain, seperti seluang, gandang, sarunai, termasuk akordeon.
Secara bentuk, talempong sekilas mirip dengan bonang, yaitu salah satu instrumen dalam alat musik gamelan. Tetapi, perbedaannya terletak pada bunyi yang dihasilkan talempong dengan bonang. Selanjutnya, bonang dibuat dengan cara ditempa maka talempong ini dibuat dengan menggunakan cetakan yang diisi dengan logam cair.
Talempong ada sejak masa awal penyebaran Islam di Indonesia pada akhir abad ke-13. Sesuai cerita Tambo, karya sastra sejarah dan legenda Minangkabau, talempong ini asalnya dari Pariangan, daerah yang menjadi tempat asal masyarakat Minangkabau. Bahkan cikal bakal alat musik ini sudah ada sejak era kebudayaan Dongson.
Di akhir masa kekuasaan Raja Melayu Adityawarman, talempong menjadi sebuah perlambangan kebanggaan bagi orang-orang yang berada dalam lingkungan kerajaan. Pada masa ini pula talempong semakin berkembang dan kerap dimainkan masyarakat.Â
Advertisement