Liputan6.com, Jakarta - Seorang perempuan Ekuador yang sebelumnya bangkit dari kematian dinyatakan meninggal dunia seminggu kemudian. Bella Montoya yang berusia 76 tahun diberitakan meninggal pada Jumat sore, 16 Juni 2023.
Dikutip dari CNN, Senin (19/6/2023), Montoya meninggal dunia setelah dirawat seminggu di rumah sakit dalam kondisi kritis di kota pesisir Babahoyo, menurut penutusan anak lelakinya, Gilbert Barberan. Montoya segera dilarikan ke Rumah Sakit Umum Martin Icaza setelah dia terbangun dan mengetuk dari dalam peti matinya sendiri.
"Selama dirawat di rumah sakit, dia menerima perawatan medis yang komprehensif dan evaluasi secara periodik dari dokter spesialis rumah sakit. Demikian pula, audit medis masing-masing dilakukan untuk kasus ini," kata Kementerian Kesehatan Masyarakat Ekuador dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
Montoya awalnya masuk rumah sakit karena stroke dan dilaporkan meninggal sebelumnya. Setelah kematiannya, Barberán mengatakan kepada CNN bahwa dia harus mendaftarkan kematian ibunya di catatan sipil untuk kedua kalinya.
Putri Montoya, Zeneida Leal, mengatakan kondisi ibunya semakin memburuk. "Dokter mengatakan bahwa ibu saya sakit, dia sangat rapuh, dia menderita gagal ginjal. Dia tidak dapat diselamatkan karena semuanya menjadi rumit dan dia mengalami henti napas," kata Leal.
Kementerian Kesehatan Masyarakat Ekuador mengatakan penyelidikan sedang dilakukan atas kejadian yang mengarah pada penyebab kematiannya.
Sebelumnya, mengutip India Times, Montoya disebutkan mengetuk peti mati dengan tangan kirinya setelah berada di dalamnya selama lima jam. Pihak rumah sakit bahkan telah memberikan surat kematian ibunya. Peti mati itu merupakan hasil sumbangan karena keluarga Montoya tidak mampu membayarnya.
Bukan Kasus Pertama
Kasus bangkit dari kematian bukan hanya dialami Montoya. Sebelumnya, keluarga besar Watson Franklin Mandujano Doroteo, seorang pemuda asal Peru yang dinyatakan meninggal dunia beberapa waktu lalu, dibuat kaget dengan penampakan tak biasa dari jasad salah satu anggota keluarganya.
Saat upacara pemakaman akan dimulai dan jasad Doroteo sudah dimasukkan ke dalam peti, tiba-tiba otot perut jasad bergerak. Dikutip dari laman Independent.co.uk, tulang rusuk Doroteo seakan-akan naik turun menunjukkan bahwa pria tersebut masih menghela napas.
Doroteo sebelumnya dinyatakan meninggal dunia oleh dokter setelah mengalami demam dan menggigil pasca-operasi pencabutan akar gigi pada 21 Oktober 2017. Ketika melihat adanya tanda-tanda kehidupan, keluarga Doroteo langsung menelepon tim medis untuk kembali menjalani pemeriksaan.
Menurut laporan dari surat kabar Argentina Los Andes, dokter yang telah tiba di kediaman Doroteo percaya bahwa jasad pria itu menunjukkan tanda-tanda kehidupan nyata. Tak lama setelah melihat tanda-tanda keajaiban tersebut, Doroteo langsung dikeluarkan dari peti dan dipindahkan ke rumah sakit.
Namun, belum lama setelah dibawa ke rumah sakit, pria itu kembali dinyatakan meninggal dunia. Kerabat terdekat dari Doroteo menyebut pria itu sebenarnya masih hidup tapi telah lama terbius oleh obat-obatan yang diberikan oleh dokter saat menjalani operasi gigi.
Advertisement
Peti Mati Ratu Elizabeth II
Sementara, kematian Ratu Elizabeth II masih lekat di ingatan. Upacara pemakaman yang panjang mengiringi kepergian pemegang takhta Kerajaan Inggris terlama itu setelah meninggal di Kastil Balmoral, Skotlandia pada Kamis 8 September 2022.
Pada Senin, 19 September 2022, jutaan atau bahkan miliaran orang di seluruh dunia telah menyaksikan pemakaman Ratu Elizabeth II. Banyak simbolisme dari berbagai benda dan tradisi yang dijalani. Salah satunya perihal buket bunga berwarna merah muda yang mencuri perhatian.
Menyertai buket itu ada kartu dengan tulisan tangan dari Raja Charles III yang dilaporkan oleh Editor Kerajaan ITV news, Chris Ship, berbunyi, "Dalam kenangan penuh kasih dan pengabdian. Charles R"
Meskipun bunga di pemakaman adalah pemandangan yang umum, sebenarnya ada makna yang sangat istimewa di balik mengapa bunga-bunga ini dipilih untuk pemakaman Ratu Elizabeth II. Dikutip dari Cosmopolitan, Kamis, 22 September 2022, buket yang dipilih untuk pemakaman Yang Mulia mencakup penghormatan yang menyentuh untuk mendiang suaminya, Pangeran Philip, yang meninggal tahun lalu.
Seperti tradisi kerajaan, buket pernikahan Ratu pada 1947 dilengkapi dengan setangkai bunga myrtle yang juga terlihat dalam buket di atas peti matinya pada upacara pemakamannya. Bunga-bunga lain dalam rangkaian bunga ini termasuk bunga lili asiatik, gladioli, alstroemeria, eustoma dan dedaunan pohon oak Inggris dan pohon weeping birch.
"Atas permintaan Raja, karangan bunga berisi dedaunan rosemary, oak Inggris, dan myrtle (dipotong dari tanaman yang ditanam dari myrtle dalam buket pernikahan Ratu) dan bunga-bunga, dalam nuansa emas, merah muda, dan deep burgundy dengan sentuhan warna putih, yang dipotong dari taman-taman di kerajaan Inggris," sebuah cuitan dari Keluarga Kerajaan mengkonfirmasi.
Mahkota Ratu Elizabeth II
Hal lain yang menarik perhatian publik dalam acara pemakaman Ratu Elizabeth II adalah mahkota yang diletakkan di atas petinya. Dilansir BBC, Selasa (20/9/2022), mahkota berkilau tersebut terdiri dari hampir 3.000 batu - termasuk 2.868 berlian, 273 mutiara, 17 safir, 11 zamrud, dan lima rubi.
"Kadang-kadang bisa sangat sulit untuk dilihat karena cahaya tipis yang keluar darinya. Ini benar-benar mempesona ... secara visual sangat kuat," kata sejarawan dan penulis The Crown Jewels, Anna Keay.
Dia mengatakan secara historis, kembali ke Abad Pertengahan, mahkota dipandang sebagai ekspresi kekayaan dan status. "Itu menandakan keagungan, itu menandakan kedaulatan."
Dibuat pada 1937 untuk penobatan ayah Ratu, Raja George VI, Mahkota Negara Bagian dirancang agar lebih ringan, dan lebih pas, daripada mahkota yang diganti yang berasal dari Ratu Victoria. Namun, Mahkota Kekaisaran masih memiliki berat 2,3 lbs (1,06kg).
Selama masa pemerintahannya, Ratu Elizabeth II akan memakainya setiap tahun untuk Pembukaan Parlemen Negara saat dia duduk di atas takhta emas membacakan rencana legislatif utama pemerintah untuk tahun depan. Pada 2018, Ratu bercanda tentang betapa beratnya mahkota yang dikenakan.
"Anda tidak boleh melihat ke bawah untuk membaca pidato, Anda harus mengangkat pidato itu, karena jika Anda melakukannya, leher Anda akan patah," jelas Yang Mulia.
Advertisement