Apa Itu Sapi Limosin yang Jadi Hewan Kurban Pilihan Jokowi?

Masjid Al Akbar Surabaya (MAS) menerima hewan kurban dari Jokowi, yakni sapi limosin seberat 1,15 ton yang dibeli dari peternak Lumajang seharga Rp 115 juta.

oleh Putu Elmira diperbarui 29 Jun 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2023, 12:00 WIB
Sapi limosin kurban Jokowi untuk Masjid Al Akbar Surabaya disambut dengan karpet merah. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Sapi limosin kurban Jokowi untuk Masjid Al Akbar Surabaya disambut dengan karpet merah. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sapi jenis limosin belakangan ramai diperbincangkan karena jadi hewan kurban pilihan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Masjid Al Akbar Surabaya (MAS) menerima hewan kurban dari Jokowi, yakni sapi limosin seberat 1,15 ton, yang dibeli dari peternak Lumajang seharga Rp 115 juta.

Lantas, apa itu sapi limosin? Dikutip dari laman Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Kaltim, Kamis (29/6/2023), sapi limosin adalah jenis sapi potong berotot yang berasal dari daerah Limosin dan Marche di Prancis. Sapi limosin bertubuh besar, berbulu halus, dan punya kerangka tulang yang kuat.

Berat sapi limosin betina dewasa rata-rata 650 kg dan jantan dewasa 1.000 kg. Kepala sapi limosin kecil dan pendek dengan dahi dan moncong yang lebar.

Warna bulunya merah keemasan dan warnanya lebih terang di bawah perut, di dalam paha, di sekitar mata dan moncong, serta di sekitar anus dan ujung ekor. Kulit sapi limosin bebas dari pigmentasi.

Menurut laman Department of Animal and Food Sciences, Oklahoma State University, sapi limosin mungkin setua benua Eropa. Sapi yang ditemukan dalam lukisan diperkirakan berusia 20 ribu tahun di Gua Lascaux dekat Montignac, Prancis, ini memiliki kemiripan mencolok dengan Limousin masa kini.

Sapi merah keemasan ini berasal dari bagian tengah selatan Prancis di wilayah Limousin dan Marche. Medan wilayah tersebut digambarkan kasar dan berbukit, dengan tanah berbatu yang keras.

Tentang Sapi Limosin

Melihat Sapi Limosin yang Dibeli Jokowi untuk Kurban
Peternak sapi melakukan perawatan sapi yang sudah dibeli Presiden Joko Widodo untuk kurban Idul Adha di Ciledug, Tangerang, Banten, Selasa (28/7/2020). Sesekali dipijit dengan Cara memukul lembut di bagian tertentu. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Akibatnya, penanaman tanaman sangat sulit dan ekonomi ditempatkan pada peternakan. Sapi limosin, sebagai hasil dari lingkungannya, berevolusi jadi ras yang memiliki kekokohan, kesehatan, dan kemampuan beradaptasi yang tidak biasa.

Kurangnya sumber daya alam juga memungkinkan wilayah tersebut relatif terisolasi dan para petani bebas mengembangkan ternak mereka dengan sedikit campur tangan genetik dari luar. Selama masa-masa awal kekuatan hewan ini, sapi limosin memperoleh reputasi yang baik sebagai hewan pekerja, selain kualitas dagingnya.

Rene Lafarge melaporkan pada 1698, "Limousin oxen secara universal terkenal dan dihargai baik sebagai hewan beban maupun sapi potong."

Di akhir masa kerja mereka, hewan-hewan ini kemudian digemukkan untuk disembelih. Secara tradisional, sapi Prancis dipelihara dalam situasi kurungan atau semi kurungan.

Namun, sapi limosin menghabiskan sebagian besar waktunya di luar ruangan dalam iklim yang keras di wilayah tersebut. Ini adalah sumber kebanggaan besar bagi para peternak. Sapi melahirkan anak sepanjang tahun untuk mendapatkan sumber pendapatan tetap.

Sejarah Sapi Limosin

Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono berkurban seekor sapi limosin seberat 1,3 ton dalam Hari Raya Idul Adha. (Foto: Humas KKP)
Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono berkurban seekor sapi limosin seberat 1,3 ton dalam Hari Raya Idul Adha. (Foto: Humas KKP)

Sapi limosin betina dibiakkan untuk melahirkan pada usia tiga tahun. Di musim dingin, seluruh kawanan berada di luar dan apa pun musimnya, ternak ditangani setiap hari

Pada 1700-an dan di pertengahan 1800-an, upaya dilakukan sejumlah kecil peternak Limousin Prancis untuk mengawinkan ternak mereka dengan harapan mendapatkan ukuran dan skala. Pada 1840, beberapa peternak menyilangkan Limousin dengan lembu dari varietas Agenaise.

Hewan yang dihasilkan lebih tinggi, memiliki lebih banyak volume otot di bagian belakangnya. Sayangnya, sapi persilangan ini terbukti tidak ekonomis karena membutuhkan jumlah pakan lebih banyak daripada yang dapat disediakan di sebagian besar wilayah.

Hanya di dekat Limoges, di mana pupuk kandang dan pupuk berlimpah dan menanam tanaman ladang tersebar luas, ternak ini berkembang biak. Peternak limosin mengakui kesalahan mereka dan berkonsentrasi untuk memperbaiki breed melalui seleksi alam. Seorang pemimpin dalam gerakan seleksi alam adalah Charles de Leobary dan gembalanya, Royer.

Menangkan Kompetisi

Sapi jenis limosin yang diserahkan Jokowi untuk kurban di Masjid Al Akbar Surabaya. (Istimewa)
Sapi jenis limosin yang diserahkan Jokowi untuk kurban di Masjid Al Akbar Surabaya. (Istimewa)

Melalui proses yang sangat sulit dan selektif, keduanya mengembangkan kawanan Limousin "murni" yang luar biasa. Dari 1854 hingga 1896 kawanan de Leobary memenangkan total 265 pita di Kompetisi Bordeaux yang bergengsi, salah satu pertunjukan ternak terbaik di Prancis. Sapi limosin membuat kesan mendalam dalam pertunjukan ternak Prancis selama 1850-an.

Kemenangan pertunjukan pertama terjadi di Pameran Bordeaux, di mana Limousin menempati posisi kedua dan ketiga. Ternak itu milik kawanan de Leobary. Selanjutnya, pada 1857, 1858, dan 1859, hewan Limousin mengungguli ras lain di beberapa kompetisi karkas pertama di Poissy, dekat Paris.

Reputasi Limousin sebagai hewan potong sudah mapan. Saat ini, sapi Limousin masih disebut sebagai "binatang jagal" di Prancis. Meluasnya seleksi alam jadi penting untuk mencatat garis keturunan sapi jantan dan betina Limousin yang luar biasa.

Selama akhir 1800-an dan awal 1900-an, peternak sapi limosin sangat memperhatikan karakteristik morfologis saat hewan tersebut berkembang biak. 

Infografis Sapi 1 Ton Kurban Presiden
Infografis Sapi 1 Ton Kurban Presiden
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya