Awas, Informasi Nomor Kontak Sejumlah Maskapai Penerbangan di Google Maps Ternyata Palsu

Google sedang berusaha memperbaiki data kontak palsu yang terdapat di Google Maps untuk beberapa maskapai besar setelah seorang pengguna Twitter menemukan bahwa nomor telepon yang tertera menghubungkan penelepon kepada scammers atau penipu.

oleh Farel Gerald diperbarui 21 Jul 2023, 09:02 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2023, 09:02 WIB
Aksi Peretasan Hacker Bjorka Serang Indonesia, Apa Motifnya?
Ilustrasi peretasan. (Copyright foto:Pexels.com/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Google sedang berusaha memperbaiki data kontak beberapa maskapai penerbangan besar yang tercantum di Google Maps yang ternyata palsu. Hal itu dilakukan setelah seorang pengguna Twitter mendapati bahwa nomor telepon yang tertera menghubungkan penelepon kepada penipu.

Beberapa lokasi maskapai penerbangan di bandara John F. Kennedy dan LaGuardia di New York tampaknya memiliki nomor telepon yang telah diubah pada daftar Google Maps. Pengguna yang mengunggah ini di Twitter menyatakan bahwa maskapai yang terdampak mencakup Delta, American, Southwest, dan Qantas. Unggahannya seketika menarik perhatian luas.

Dilansir dari CNN pada Kamis, 20 Juli 2023, seorang pengguna Twitter berbagi pengalamannya ketika mencoba menghubungi Delta setelah layanan pelanggan menyuruhnya mencari saluran bantuan untuk memesan ulang penerbangan yang dibatalkan melalui Google. Setelah menelepon nomor kontak yang terdaftar, dia menerima panggilan balik dari apa yang tampaknya adalah agen layanan pelanggan Delta, tetapi dengan kode negara Prancis.

Pengguna Twitter bernama Shmuli Evers menjelaskan bahwa setelah memberikan nomor konfirmasi dan namanya, agen tersebut dapat mencari informasi perjalanan dari Delta, menemukan penerbangan alternatif dari Newark yang berangkat sore hari. Namun, dia merasa ada yang tidak beres, sehingga memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan. Setelah itu, penipu tersebut berusaha mengirim pesan dan mencoba membujuknya untuk membayar lima kali lipat dari harga tiket asli.

Praktik penipuan semacam ini melibatkan pengeditan nomor telepon pada daftar bisnis lokal perusahaan besar di hasil Google. Seorang juru bicara dari Google menyatakan bahwa mereka tidak menoleransi aktivitas menyesatkan seperti ini dan terus memantau serta mengembangkan platform mereka untuk melawan penipuan dan menciptakan lingkungan yang aman bagi pengguna dan bisnis.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Google Bisa Mengambil Tindakan Hukum

Cara Mudah Translate File PDF ke Bahasa Indonesia
Ilustrasi Google / Sumber: Pixabay

Tim Google telah memulai upaya untuk memulihkan ketepatan informasi, menangguhkan akun-akun jahat yang terlibat, dan menerapkan perlindungan tambahan untuk mencegah penyalahgunaan lebih lanjut. Menggunakan kombinasi moderator manusia dan teknologi, Google terus memantau konten yang dikontribusikan untuk menemukan dan menghapus informasi palsu, menerapkan kebijakan yang menyatakan bahwa semua kontribusi harus didasarkan pada pengalaman dan informasi nyata.

Akun yang ditemukan mengunggah data palsu atau menyesatkan dapat ditangguhkan atau bahkan menghadapi litigasi, menurut perusahaan, seperti gugatan yang diajukan pada Juni 2023 terhadap penjahat yang mengunggah ulasan palsu pada bisnis kecil. Bisnis yang terkena dampak seperti maskapai penerbangan dapat melaporkan kekhawatiran kepada Google dan penegak hukum atas dugaan penipu.

"Setiap kali kami mengetahui dugaan penipuan yang menargetkan pelanggan kami, termasuk dalam situasi ini, kami segera menyelidiki. Dengan menggunakan fakta-fakta yang diperoleh dari penyelidikan, jika memungkinkan, kami kemudian dapat menangani setiap situasi sesuai dengan sarana hukum yang kami miliki," kata juru bicara Delta kepada CNN.

Delta juga menyarankan pelanggan untuk menghubungi maskapai hanya melalui saluran yang dikenal seperti nomor yang tercantum di situs web mereka atau opsi perpesanan online mereka.


Modus Penipuan Lewat Facebook

Ilustrasi Facebook
Ilustrasi tentang Facebook. (Sumber Pixabay/geralt via Creative Commons)

Melansir kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 31 Mei 2023, kasus pencurian data melalui media sosial banyak terjadi di masyarakat. Kini pelaku scam melakukan modus dengan cara mengirimkan link yang mengabarkan kematian teman atau kerabat di Facebook.

Dilansir dari NZHerald, kasus ini dilaporkan oleh pengguna Facebook di Australia. Modusnya diawali dari pesan langsung (DM) dari hacker kepada para pemilik akun.

Di dalam pesan langsung tersebut berjudul "Lihat siapa yang mati" disertai dengan link yang menyerupai artikel berita dan juga emoticon menangis. Link tersebut juga disertai narasi "Sangat menyedihkan" dan "Saya tahu kamu mengenalnya" untuk menjebak pemilik akun agar tergoda membuka link tersebut.

Jika link tersebut dibuka, pelaku scam itu bisa mencuri data yang terkait dengan akun Facebook, seperti alamat email, nomor telepon, dan tanggal lahir yang bisa digunakan untuk menjebol akun pribadi lain. Kejadian terburuknya adalah uang pribadi kita bisa diambil jika ada data terkait bank atau informasi finansial lain yang terhubung dengan akun kita. Selain melalui Facebook, pengamat menyebut modus ini bisa juga menyebar melalui aplikasi percakapan dan email.


Pencurian Data Gunakan AI

Dilarang main facebook
Ilustrasi Facebook (Sumber: Pixabay)

Dilansir dari The Sun pada 20 April 2023, para ahli di firma keamanan Trend Micro memberi peringatan kepada pengguna produk Android atau Apple yang ingin mengakses aplikasi mereka agar pengguna lebih berhati-hati dengan unduhan yang mereka lakukan. Dalam unggahan blog terbaru, Trend Micro menjelaskan bahwa mereka telah menemukan peretasan yang menggunakan aplikasi palsu bernama ChatGPT untuk mencuri detail login dari pengguna yang mencoba mengunduhnya.

Peretasan ini menjadi viral di media sosial dengan tagar #LilyCollinsHack karena peretas mengubah nama dan gambar profil akun Facebook yang diretas agar menyerupai aktris Lily Collins. Lebih dari empat juta akun dikabarkan telah menjadi korban dari aplikasi palsu ini. Aplikasi tersebut diduga menyamar sebagai ekstensi Chrome.

Trend Micro mencatat bahwa taktik mencuri kredensial pribadi menggunakan aplikasi palsu seperti ChatGPT adalah strategi baru yang kini sering digunakan oleh peretas dan penjahat dunia maya. Para ahli merekomendasikan agar pengguna selalu berhati-hati dan menghindari mengunduh aplikasi atau ekstensi dari sumber yang tidak tepercaya.

Mereka menegaskan bahwa lebih baik mengakses ChatGPT melalui platform resmi seperti OpenAI. Jika pengguna melihat perubahan mencurigakan pada profil Facebook teman mereka, mereka diharapkan melaporkannya kepada layanan bantuan di aplikasi tersebut. Selain itu, jika ada aktivitas aneh pada akun pribadi kita, segera laporkan dan segera ubah kata sandi untuk mengamankan akun kita.

Banner Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos
Banner Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya