Liputan6.com, Jakarta - Gunung Fuji mengalami krisis akibat banyaknya wisatawan yang memadati gunung setelah Jepang mencabut semua pembatasan terkait Covid-19. Wisatawan yang tidak menaati peraturan dan meremehkan pendakian memperparah kondisi gunung tersebut.
Dilansir dari Japan Today, Selasa, 19 September 2023, seorang pendaki bahkan berada dalam bahaya karena menggunakan pakaian yang tidak sesuai saat mendaki Gunung Fuji. Ia terpaksa harus berlindung dari hawa dingin di sebuah penginapan ketika mencoba mendaki puncak tertinggi di Jepang tersebut.Â
Baca Juga
Para ahli mengungkapkan bahwa perlu adanya koordinasi yang lebih baik antara pemerintah daerah dan pusat, agar kondisi Gunung Fuji dapat membaik di tahun depan. Kepadatan yang berlebihan telah diperkirakan bahkan sebelum musim pendakian dimulai, sehingga hal tersebut menyulitkan pihak berwenang di Prefektur Shizuoka dan Yamanashi yang perbatasan wilayahnya melintasi gunung tersebut.
Advertisement
Petugas dari Prefektur Yamanashi mengatakan bahwa jumlah pendaki yang melewati stasiun ke-6 gunung tersebut meningkat dua kali lipat pada Juli 2023, dibandingkan dengan 2019. Karena itu, petugas akan membatasi jumlah pendaki yang akan melalui rute tersebut saat menuju ke stasiun ke-6, dikarenakan puncak akan menjadi berbahaya karena kepadatan yang berlebihan.
Sementara itu, pemerintah dari prefektur Shizuoka mengedukasi calon pendaki dengan membuat video edukasi pendakian dalam bahasa Jepang dan Inggris. Video tersebut menjelaskan tentang peraturan pendakian yang juga diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa yang berbeda.
Kurangnya Ketegasan Peraturan
Sebelum musim berakhir pada 10 September 2023, bus-bus yang penuh dengan pendaki terlihat berdatangan dan memadati area sekitar alun-alun di stasiun ke-5 gunung tersebut pada awal bulan ini. "Seperti yang saya lihat di televisi, sangat ramai," kata salah seorang warga Tokyo, Yasukazu Ito, yang bermalam di sebuah penginapan di gunung tersebut untuk menyaksikan matahari terbit.
Karena tidak adanya aturan yang secara eksplisit mengatur para pendaki, beberapa pendaki yang kelelahan dan tidak mendapatkan akomodasi penginapan nekat beristirahat di jalur pendakian. Hal ini memperburuk masalah kemacetan saat mendaki Gunung Fuji.
Salah satu kasus adalah dua mahasiswa laki-laki yang terdiri dari seorang warga negara Amerika dan seorang warga negara Meksiko. Mereka harus diselamatkan pada awal September 2023, setelah mencoba mencapai puncak dan turun di hari yang sama.
Tak satu pun dari mereka yang membawa makanan atau air yang cukup. "Mereka juga berpakaian seolah-olah akan pergi piknik," kata polisi Yamanashi.
Advertisement
Cuaca Ekstrem di Gunung Fuji
Sebuah situs web yang dioperasikan oleh Divisi Warisan Dunia Gunung Fuji dari pemerintah prefektur Shizuoka mencatat bahwa suhu di puncak gunung tersebut dapat turun di bawah titik beku, bahkan di pertengahan musim panas.
Yuhei Akaike, seorang pegawai penginapan berusia 41 tahun di stasiun ke-7 Gunung Fuji, mengatakan bahwa sekelompok orang asing berpakaian tipis masuk tanpa izin ke area yang berisi generator listrik untuk menghangatkan diri. Sementara di titik lain, sekelompok orang berjumlah sekitar 20 hingga 30 orang, yang terdiri dari orang Jepang dan non-Jepang, berlindung dari angin dan hujan di bilik toilet penginapan tersebut.
Akaike menceritakan bahwa dirinya diprotes ketika berusaha memperingatkan kelompok-kelompok tersebut. Mereka berpendapat bahwa tidak ada tanda-tanda yang melarang perilaku mereka dan hal itu tidak dapat dihindari karena cuaca yang dingin.
"Ketidaksiapan bisa menyusahkan. Saya ingin (pihak berwenang) berhenti mengizinkan orang (berpakaian tipis) keluar dari stasiun ke-5, dan juga meminta mereka menyewa peralatan," kata Akaike.
Sementara itu, Juni 2023 merupakan peringatan 10 tahun terdaftarnya Gunung Fuji sebagai situs Warisan Dunia. Dewan Internasional untuk Monumen dan Situs telah memperingatkan untuk mengendalikan jumlah pendaki agar dapat melindungi lingkungan di gunung tersebut.
Berpotensi Dihapus dari Warisan Dunia
Gubernur Yamanashi Kotaro Nagasaki mengungkapkan kekhawatirannya akan krisis yang dialami Gunung Fuji pada akhir Agustus 2023. Ia mengatakan pada konferensi pers bahwa gunung tersebut dapat dicabut dari status Warisan Dunia sebagai skenario terburuk.
Selain memberlakukan peraturan yang melarang pendakian peluru, pemerintah prefektur Yamanashi juga berencana membangun layanan angkutan kereta ringan dari kaki gunung menuju stasiun ke-5 untuk menggantikan penggunaan mobil.
Gubernur Shizuoka Heita Kawakatsu mengatakan pada konferensi pers bahwa "penanggulangan terhadap pendakian yang tidak mengikuti etika adalah masalah yang mendesak," dan selain peraturan masuk gunung, pemerintah prefektur akan mempertimbangkan untuk menaikkan biaya pendakian Gunung Fuji, yang menelan biaya sebesar 1.000 yen atau sekitar Rp104 ribu.Â
"Situasi di Gunung Fuji saat ini tidak normal, karena lebih banyak orang yang mendakinya daripada yang bisa melakukannya dengan aman," kata Masanori Take, profesor di Departemen Manajemen Pariwisata Internasional Universitas Toyo.
"Apa pun tindakan yang diambil (tahun depan), penting bagi Yamanashi, Shizuoka, dan pemerintah pusat untuk bekerja sama," tambahnya.
Advertisement