Gaza Selatan Dibombardir Israel dan Nasib Keluarganya Belum Jelas, Reporter TV Laporkan Berita Sambil Terisak

Suara sang reporter TV terdengar seperti terisak menahan tangis saat menjelaskan bahwa keluarganya yaitu suami dan anak-anaknya tinggal di kawasan Khan Younis, Gaza Selatan yang dibombardir tentara Israel dan masih belum diketahui nasibnya.

oleh Henry diperbarui 05 Des 2023, 04:23 WIB
Diterbitkan 05 Des 2023, 04:03 WIB
Gaza Selatan Dibombardir Israel dan Nasib Keluarganya Belum Jelas, Reporter TV Turki Laporkan Berita Sambil Terisak
Gaza Selatan Dibombardir Israel dan Nasib Keluarganya Belum Jelas, Reporter TV Turki Laporkan Berita Sambil Terisak.  foto: Youtube TRT World 

Liputan6.com, Jakarta - Usai gencatan senjata tentara Israel kembali melancarkan serangan terhadap Hamas di wilayah Gaza, Palestina. Pasukan Israel kini mulai membombardir Khan Younis di Gaza selatan.  Videoi aksi militer Israel di Khan Younis yang mengebom dan menyerbu kawasan tersebut beredar di media sosial. Salah satunya di kanal Youtube TRT World lewat video singkat atau Shorts pada Senin, 4 Desember 2023.

TRT World merupakan stasun TV dari Turki yang menggunakan Bahasa Arab,  Dalam video yang itu terlihat sebuah kawasan perumaham padat penduduk di Khan Younis hancur dibom dan asap masih membubung tinggi. Lalu ada beberapa buah mobil ,masih terparkir di sana.

Kemudian terdengar suara reporter TV yang menerangkan bahwa kawasan yang terrkena serangan tentara Israel itu banyak ditinggali penduduk sehingga diperkirakan cukup banyak korban tewas. Suara sang reporter kemudian terdengar seperti terisak menahan tangis saat menjelaskan bahwa keluarganya yaitu suami dan anak-anaknya tinggal di kawasan tersebut dan saat itu masih belum diketahui nasibnya.

Video itu kemudian memperlihatkan wajah reporter wanita tersebut . Ia mengenakan hijab warna biru, baju biru dan abu-abu sambil memegang mic warna hitam. Terdengar suara rekannya sesama penyiar TV yang kemungkinan berada di studio sedang berusaha memberi semangat pada reporter yang diketahui bernama Ruba Al-Ajrami itu agar tidak terlallu bersedih dan mendoakan agar keluarganya selamat.

Sebelumnya diberitakan bahwa pasukan darat Israel bergerak maju ke Gaza Selatan, setelah tiga hari pengeboman besar-besaran pasca berakhirnya gencatan senjata pada Jumat, 1 Desember 2023. 

Israel Terus Memperluas Serangan

Gaza Selatan Dibombardir Israel dan Nasib Keluarganya Belum Jelas, Reporter TV Turki Laporkan Berita Sambil Terisak.  foto: Youtube TRT World
Gaza Selatan Dibombardir Israel dan Nasib Keluarganya Belum Jelas, Reporter TV Turki Laporkan Berita Sambil Terisak. foto: Youtube TRT World

 

Laporan awal dari radio tentara Israel mengonfirmasi bahwa Israel melancarkan operasi darat di utara Khan Younis.BBC memverifikasi gambar tank-tank Israel yang beroperasi di dekat kota tersebut.

Seperti dilansir BBC, Senin, 4 Desember 2023, Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan kepada pasukan cadangan dari divisi Gaza, "Kita bertempur dengan penuh kekuatan dan total di Gaza Utara dan sekarang kita juga akan melakukannya di Gaza Selatan."

Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, juru bicara IDF mengonfirmasi pula bahwa Israel terus memperluas serangan darat di seluruh Gaza, termasuk melakukan pertempuran langsung dengan kelompok Hamas. Sejak gencatan senjata berakhir, Israel tanpa mengulur waktu melanjutkan pengeboman skala besar di Gaza, yang oleh warga Khan Younis digambarkan sebagai gelombang serangan terberat sejauh ini.

Gencatan senjata tujuh hari telah berhasil membuat Hamas membebaskan 110 sandera yang ditahan di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan 240 warga Palestina dari penjara-penjara Israel. 

 

Pengungsian ke Gaza Selatan

Militer Israel Kembali Bombardir Jalur Gaza
Warga Palestina memeriksa kerusakan di sekitar bangunan tempat tinggal setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Rafah di Jalur Gaza Selatan pada 1 Desember 2023, (SAID KHATIB/AFP)

 

Pada Minggu pagi, 3 Desember 2023i, tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi di beberapa distrik Khan Younis, mendesak masyarakat untuk segera pergi.  Pihak berwenang Israel yakin para pemimpin Hamas bersembunyi di kota yang menjadi tempat ratusan ribu orang berlindung setelah melarikan diri dari pertempuran di Gaza Utara pada tahap awal perang.

Pengungsian ke Gaza Selatan juga merupakan rekomendasi Israel. Seorang pejabat PBB menggambarkan "tingkat kepanikan" yang belum pernah dilihatnya sebelumnya di sebuah rumah sakit di Gaza, setelah militer Israel mengalihkan fokus serangannya ke selatan.

James Elder, dari UNICEF, menggambarkan Rumah Sakit Nasser di Khan Younis sebagai zona perang. Elder mengatakan kepada BBC bahwa dia mendengar ledakan besar terus-menerus di dekat Rumah Sakit Nasser dan anak-anak datang dengan luka di kepala, luka bakar parah, dan pecahan peluru akibat ledakan.

"Ini adalah rumah sakit yang sering saya kunjungi ... Orang-orang memegang tangan saya atau memegang baju saya dan berkata 'tolong bawa kami ke tempat yang aman. Di mana yang aman?'"

70 Persen Korban Tewas adalah Perempuan dan Anak-anak

Perang Israel - Hamas
Menurut petugas medis dan saksi mata, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (2/12), pengeboman Israel pada Jumat paling intens terjadi di wilayah Khan Younis dan Rafah yang terletak di selatan Gaza. Sejumlah titik di Gaza tengah dan utara dilaporkan juga menjadi sasaran. (AP Photo/Ariel Schalit)

 

"Menyedihkan sekali mereka mengajukan pertanyaan yang satu-satunya jawabannya adalah tidak ada tempat yang aman. Dan itu termasuk, seperti yang mereka tahu, rumah sakit itu," tutur Elder.

Juru bicara otoritas kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra mengatakan lebih dari 500 warga Palestina tewas di Jalur Gaza sejak pengeboman kembali terjadi, menambah total korban tewas menjadi setidaknya 15.523 orang sejak perang Hamas Vs Israel terbaru dimulai pada 7 Oktober. Dari belasan ribu orang tewas, 70 persennya menurut Qudra adalah perempuan dan anak-anak.

Mohammed Ghalayini, seorang warga Inggris-Palestina yang tinggal di Gaza, mengatakan situasi di kota itu sangat buruk."Orang-orang, selama 50 hari atau lebih, telah bertahan dari serangan brutal Israel dan sangat kekurangan sumber daya – makanan, air, listrik dan sanitasi serta layanan limbah," kata Ghalayini kepada BBC melalui telepon, sebelum sambungan terputus.

Pakar polusi udara, yang biasanya tinggal di Manchester, itu tiba di Gaza untuk kunjungan tiga bulan menemui ibunya tidak lama sebelum serangan 7 Oktober.

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya