Fakta-Fakta Houthi dari Yaman yang Jadi Incaran Bom AS dan Inggris karena Membalas Serangan Bom Israel di Gaza

Houthi adalah kelompok sekutu Iran yang berbasis di Yaman, dan mengatakan serangan mereka adalah respons terhadap pemboman Israel di Gaza, dan kegagalan komunitas internasional untuk mengakhirinya.

oleh Asnida Riani diperbarui 13 Jan 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2024, 13:00 WIB
Houthi
Warga Yaman meneriakkan slogan-slogan dan mengibarkan bendera Palestina selama pawai solidaritas dengan rakyat Gaza pada 24 November 2023, di ibu kota Sanaa yang dikuasai Houthi. (MOHAMMED HUWAIS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Berminggu-minggu setelah Houthi melakukan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah, Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan militer di Yaman sebagai tanggapan, yang oleh Houthi digambarkan sebagai "tindakan biadab."

Melansir Al Jazeera, Sabtu (13/1/2024), Houthi adalah kelompok sekutu Iran yang berbasis di Yaman, dan mengatakan serangan mereka adalah respons terhadap pemboman Israel di Gaza, dan kegagalan komunitas internasional untuk mengakhirinya.

Kelompok Houthi terutama menargetkan kapal-kapal terkait Israel, mereka mengklaim. Pada Desember 2023, AS membentuk koalisi multilateral untuk melindungi lalu lintas komersial dari serangan. Pasukan tersebut sekarang memiliki lebih dari 20 negara pendukung, menurut Pentagon.

Siapa sebenarnya pejuang Yaman yang jadi jantung dari eskalasi ini? Berikut fakta-fakta seputar Houthi yang dirangkum outlet berita tersebut.

1. Kemunculan Houthi

Houthi, juga dikenal sebagai Ansar Allah, adalah kelompok bersenjata yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman, termasuk ibu kota, Sanaa, dan beberapa wilayah barat dan utara yang dekat dengan Arab Saudi.

Houthi muncul pada 1990-an, namun jadi terkenal tahun 2014, ketika kelompok tersebut memberontak melawan pemerintah Yaman, menyebabkan pemerintah mundur dan memicu krisis kemanusiaan. Kelompok ini kemudian menghabiskan waktu bertahun-tahun, dengan dukungan Iran, melawan koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi.

Kedua pihak yang bertikai juga berulang kali berupaya mengadakan perundingan damai. Namun, para analis mengatakan, kelompok Syiah ini tidak boleh dilihat sebagai wakil Iran. Negara ini mempunyai basisnya sendiri, kepentingannya sendiri, dan ambisinya sendiri.

2. Perang Saudara di Yaman

Salah seorang anggota pasukan militan Houthi yang berperang dengan pemerintah Yaman (AFP Photo)
Salah seorang anggota pasukan militan Houthi yang berperang dengan pemerintah Yaman (AFP Photo)

Yaman telah dilanda perang saudara selama satu dekade ketika Houthi mempertahankan kendali atas beberapa wilayah negara tersebut. Kelompok ini telah melakukan pembicaraan gencatan senjata dengan Arab Saudi, sementara pemerintah resmi Yaman bermarkas di Aden dan dipimpin Presiden Rashad al-Alimi.

Al-Alimi mulai menjabat pada 2022 setelah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diasingkan menyerahkan kekuasaan padanya. Hubungan antara Hadi dan Houthi sangat buruk, sebut publikasi itu.

Perang saudara di Yaman telah menjerumuskan negara itu ke dalam apa yang disebut PBB sebagai "krisis kemanusiaan terburuk di dunia," pada Maret 2023. Diperkirakan 21,6 juta orang atau dua pertiga penduduk Yaman "sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan dan layanan perlindungan," menurut PBB.

Namun, pertempuran antara Houthi dan koalisi militer sebagian besar mereda tahun lalu. Pada 2023, pemberontak Yaman dan pasukan pemerintah menukar sekitar 800 tahanan selama tiga hari.

Houthi juga terlibat dalam pembicaraan yang dimediasi Oman dengan para pejabat Saudi untuk merundingkan gencatan senjata permanen. Arab Saudi pun memulihkan hubungan dengan Iran pada 2023, meningkatkan harapan bagi proses perdamaian di Yaman.

3. Serangan ke Laut Merah

Houthi di Yaman. (AFP)
Houthi di Yaman. (AFP)

Houthi mengatakan, serangan mereka terhadap kapal komersial dan militer yang berpotensi memiliki hubungan dengan Israel terutama ditujukan untuk menekan Tel Aviv agar mengakhiri perang di Gaza. Pada 18 November 2023, kelompok tersebut mengambil alih sebuah kapal kargo bernama Galaxy Leader, yang mereka ubah jadi objek wisata bagi warga Yaman.

"Kami telah menekankan pada semua orang bahwa operasi (Houthi) adalah untuk mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza, dan bahwa kami tidak bisa berpangku tangan dalam menghadapi agresi dan pengepungan," kata kepala perunding dan juru bicara Houthi, Mohammed Abdulsalam, pada Al Jazeera, Desember 2023.

Houthi juga mengatakan, mereka akan terus menyerang kapal-kapal terkait Israel, bahkan setelah serangan AS dan Inggris di Yaman pada Kamis, 11 Januari 2024. "Mereka salah jika mengira (serangan itu) akan menghalangi Yaman mendukung Palestina dan Gaza," tulis Abdulsalam secara online.

Ia menyambung, "Penargetan kelompok ini akan terus memengaruhi kapal-kapal Israel atau mereka yang menuju pelabuhan Palestina yang diduduki." Kelompok ini juga menuntut agar Israel mengizinkan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

 

4. Tanggapan Para Analis

Militan Houthi menguasai Hodeidah yang menjadi pelabuhan utama di Yaman (AP Photo)
Militan Houthi menguasai Hodeidah yang menjadi pelabuhan utama di Yaman (AP Photo)

Para analis mengatakan bahwa serangan ini sebenarnya menguntungkan Houthi dengan cara lain. Di dalam negeri di Yaman, kelompok ini mengalami peningkatan tajam dalam perekrutan, berkat dukungan masyarakat terhadap warga Gaza.

Serangan-serangan tersebut, dan tanggapan dari negara-negara besar seperti AS, juga memaksa negara-negara dan pemerintah-pemerintah lain bernegosiasi dengan mereka, sehingga memberi mereka legitimasi de facto saat mereka tidak secara resmi diakui secara internasional sebagai pemerintah Yaman.

Laut Merah dan Terusan Suez menyumbang 30 persen lalu lintas kapal kontainer dunia dan sejak terjadinya serangan, beberapa perusahaan pelayaran mengatakan mereka akan mengalihkan kapal melintasi Afrika.

Di sisi lain, para analis mengatakan bahwa serangan Houthi terhadap kapal-kapal Laut Merah dapat mengancam perdamaian di Yaman. PBB mengumumkan pada akhir Desember 2023 bahwa kemajuan serius telah dicapai dalam negosiasi, namun para ahli memperingatkan, aktivitas Houthi di Laut Merah dapat menggagalkan kesepakatan akhir.

Mereka menjelaskan bahwa serangan dapat memicu respons militer AS yang pada gilirannya dapat "mengurai potensi gencatan senjata yang rapuh." Beberapa analis juga khawatir Houthi mungkin tergoda menggunakan jumlah mereka yang besar untuk memperluas ambisi mereka.

Dalam beberapa pekan terakhir, Houthi telah mengerahkan 50 ribu tentara di sekitar Marib, benteng terakhir pemerintah Yaman yang diakui secara internasional. Namun, analis lain berpendapat bahwa Houthi mungkin juga ingin menjalin hubungan lebih dekat dengan Arab Saudi, yang dapat menghambat meningkatnya ketegangan di Yaman.

Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan
Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya