Pesona Fan Bingbing Berkebaya Nyonya Saat Bertugas Jadi Duta Pariwisata Melaka Malaysia

Fan Bingbing tiba di Dutch Square, Melaka, dengan mengenakan atasan kebaya Nyonya berwarna merah muda dan kain batik berwarna biru. Ratusan orang berkerumun untuk menemuinya, bersorak dan memanggil namanya.

oleh Putri Astrian Surahman diperbarui 15 Jun 2024, 14:31 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2024, 14:31 WIB
Tampil dengan Kebaya Nyonya, Fan Bingbing Kunjungi Dutch Square Malaysia Sebagai Duta Pariwisata Melaka
Tampil dengan Kebaya Nyonya, Fan Bingbing Kunjungi Dutch Square Malaysia Sebagai Duta Pariwisata Melaka. (dok. @abraufyusoh/Instagram/https://www.instagram.com/p/C8LvVNJJr-6/?igsh=MW8zczVkNzRoNHNpNA==/Putri Astrian Surahman)

Liputan6.com, Jakarta - Bintang asal Tiongkok, Fan Bingbing, ditunjuk sebagai duta pariwisata Melaka, Malaysia, untuk 2024. Dalam video yang diunggah ke media sosial pada Jumat, 14 Juni 2024, wanita berusia 42 tahun itu bertemu dengan Ketua Menteri Melaka, Datuk Seri Utama Ab Rauf Yusoh, di kantornya di kompleks Seri Negeri, Ayer Keroh, Malaysia.

Mereka dikabarkan mendiskusikan mengenai langkah-langkah yang akan diambil untuk meningkatkan pariwisata di Melaka. Acara tersebut diikuti dengan upacara penandatanganan kesepakatan yang dilanjutkan dengan berfoto bersama. 

"Dengan jumlah pengikut lebih 65 juta orang pengikut di pelbagai platform media sosial, Kerajaan Negeri Melaka yakin pelantikan Fan Bingbing sebagai Duta Setiakawan Pelancongan Melaka adalah satu langkah strategik untuk meningkatkan momentum promosi Melaka ke persada antarbangsa," tulis Ab Rauf Yasoh dalam caption unggahannya di Instagram, dikutip dari AsiaOne, Sabtu (15/6/2024).

Bingbing kemudian mengunjungi Dutch Square sekitar pukul 11.00 waktu setempat dengan mengenakan atasan kebaya Nyonya berwarna merah muda dan kain batik berwarna biru. Rambutnya dicepol, sedangkan wajahnya dipulas makeup dan lipstik merah menyala.

Ratusan orang berkerumun untuk menemuinya, bersorak dan memanggil namanya. Dia membalas dengan hangat orang-orang yang menyapanya dan juga mengucapkan terima kasih kepada salah satu dari mereka ketika dipuji atas kecantikannya.

Bingbing juga sempat terlihat di toko makanan lokal Melaka, San Shu Gong. Ia mengganti bajunya dengan kebaya renda putih dan rok biru muda. Rambutnya terlihat dicepol yang dihiasi dengan aksesori bunga besar berwarna merah pada sisi kanannya.

Setelah sampai di depan toko makanan tersebut, dia keluar dan langsung dikerumuni penggemar yang bersorak sembari mengambil foto dan video dirinya. Ia juga diagendakan untuk menyapa penggemarnya pada malam ini, pukul 19.00, waktu setempat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Fan Bingbing Menyapa Penggemar dengan Mengenakan Kebaya Putih Renda dan Rok Biru Muda
Fan Bingbing Menyapa Penggemar dengan Mengenakan Kebaya Putih Renda dan Rok Biru Muda. (dok. @brianleemy/Tiktok/https://www.tiktok.com/@brianleemy/video/7380231271684885768?embed_source=121374463%2C121433650%2C121404359%2C121351166%2C121331973%2C120811592%2C120810756%2C72248227%3Bnull%3Bembed_name&refer=embed&referer_url=www.asiaone.com%2Fentertainment%2Ffan-bingbing-visits-melakas-dutch-square-nyonya-kebaya-citys-tourism-ambassador&referer_video_id=7380231271684885768/Putri Astrian Surahman)

Asal Usul Nama Kebaya

Kebaya Nyonya
Kebaya Nyonya. (dok. @abraufyusoh/Instagram/https://www.instagram.com/p/C8LvVNJJr-6/?igsh=MW8zczVkNzRoNHNpNA==/Putri Astrian Surahman)

Dia melambai kepada banyak orang yang menunggu untuk bertemu dengannya, berterima kasih atas dukungan mereka, hingga menyentuh tangan salah satu penggemarnya sebelum memasuki gedung untuk makan. Bingbing diperkirakan akan mengadakan sesi temu dan sapa di Encore Melaka pada malam ini, pukul 19.00, waktu setempat.

Kebaya diyakini berasal dari Timur Tengah. Qaba, jaket yang konon berasal dari Turki, mengambil namanya dari kata Persia untuk "jubah kehormatan". Bangsawan Jawa serta perempuan ditemukan mengenakan pakaian serupa dengan bagian depan terbuka ketika Portugis tiba di Jawa pada 1512, menurut profesor sejarah mode Amerika Linda Welters dan Abby Lillethun dalam buku Fashion History: A Global View.

Pakaian tersebut akhirnya mengambil nama dari kata Portugis "caba" atau "cabaya", yang berarti "tunik". Kebaya menjadi kata yang digunakan untuk jubah atau blus pria dan perempuan.

Namun sejak abad ke-19 dan seterusnya, kebaya menjadi sinonim di Asia Tenggara dengan blus perempuan yang dipasangkan dengan sarung batik. Gaya ini menjadi populer di kalangan perempuan Belanda pada masa Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Gaya tersebut juga diadopsi oleh perempuan di Asia Tenggara yang menganut Islam dan ingin berpakaian lebih sopan. Kebaya cocok untuk iklim tropis.


Kebaya, dari Indonesia Menyebar ke Asia Tenggara

Ilustrasi baju kebaya
Ilustrasi baju kebaya. (Image by johnstocker on Freepik)

Selama bertahun-tahun, kebaya hadir dengan banyak bentuk. Pakaian awal kebaya berpotongan panjang, blus bagian depan terbuka selutut yang diikat dengan bros dan berlengan panjang, mengingatkan pada bentuk kebaya labuh yang banyak dipakai para perempuan di Kepulauan Riau. 

Saat ini versi yang paling terkenal termasuk kebaya kartini, yang populer di kalangan bangsawan Jawa; kebaya kutubaru yang memiliki potongan bahan di bawahnya agar terlihat seperti kemben tiruan (kain dada); dan kebaya nyonya yang terbuat dari sutra atau voile warna-warni dan dihiasi sulaman.

Penggunaan kebaya menyebar luas ke Asia Tenggara, termasuk Malaysia dan Singapura. Versi yang paling populer adalah kebaya nyonya, khususnya di Malaka dan Penang Malaysia.

Itu berkat beberapa perempuan Peranakan (keturunan pedagang Cina abad ke-14 yang menikah dengan perempuan lokal di Asia Tenggara) yang mungkin menyulam blus mereka dengan phoenix dan peony sebagai bentuk penghormatan pada warisan leluhur China mereka. Sedangkan di Brunei Darussalam, perempuan mengenakan kebaya yang terbuat dari kain songket yang ditenun dengan benang emas. 


Indonesia Usulkan Kebaya ke UNESCO

Ilustrasi kebaya.
Ilustrasi kebaya. (dok. Liputan6.com/Tri Ayu Lutfiani)

Dengan semangat memperkenalkan kebaya ke mata dunia, komunitas kebaya di Indonesia membentuk tim nasional yang mengupayakan dan mengusulkan kebaya kepada UNESCO.

"Ini sebenarnya semangat dari kita semua, di mana kita sering banget mengadakan kegiatan, dan akhirnya kami ada beberapa orang untuk bertemu dengan PMK untuk meminta dukungan," ujar Ketua Tim Nasional Hari Kebaya Nasional, Lana T Koentjoro dalam acara Talkshow "Kebaya Nusantara Pemersatu Bangsa" di Bentara Budaya Jakarta, pada Sabtu, 27 April 2024.

Mereka diundang mendiskusikan Hari Kebaya agar busana itu diakui sebagai warisan budaya takbenda UNESCO. Tim Nasional Hari Kebaya pun dibentuk. Lewat komunitas itu, ia berharap misi utama bisa terlaksana. "Selain komunitas pengusul, ada juga komunitas pendukung. Yang sudah menandatangani ada 450-an komunitas," jelas Lana.

Komunitas yang telah dibentuk ini harus mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebaya, salah satunya yaitu diadakan acara Parade Kebaya Nusantara. Dengan begitu, pemerintah bisa membantu menyadarkan masyarakat dan mendukung pengajuan usulan tersebut. 

Sementara, Ketua Komunitas Pertiwi Indonesia, Miranti Serad Ginanjar, mengatakan bahwa banyak hal yang perlu dipersiapkan, termasuk dokumen, dalam proses pengajuan ke UNESCO. Dalam hal ini, Indonesia bergabung dengan empat negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand, sejak tahun lalu.

Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO
Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya