Liputan6.com, Stockholm - Salwan Momika (38), seorang penista Al-Qur'an tewas ditembak mati di Swedia pada Rabu (29/1/2025). Perdana Menteri Swedia mengungkap dugaan keterlibatan kekuatan asing dalam penembakan Momika, yang terjadi hanya beberapa jam sebelum putusan pengadilan terkait pembakaran Al-Qur'an yang dilakukannya.
Polisi telah menangkap lima orang terkait pembunuhan Momika, yang ditembak pada Rabu malam di sebuah rumah di Kota Sodertalje, dekat Stockholm. Pihak berwenang tidak mengungkapkan apakah penembak termasuk di antara yang ditahan.
Advertisement
Baca Juga
Momika, yang menurut laporan SVT adalah seorang pengungsi Irak yang datang ke Swedia pada tahun 2018 dan diberikan izin tinggal selama tiga tahun pada tahun 2021, membuat seluruh dunia marah dengan aksinya beberapa kali membakar Al-Qur'an.
Advertisement
Pengadilan Stockholm membatalkan kasus terhadap Momika setelah kematiannya. Pengadilan menyatakan putusan untuk seorang pria lainnya dalam proses hukum yang sama terkait dengan "tindak pidana hasutan terhadap kelompok etnis atau nasional" akan ditunda hingga Senin (3/2).
"Saya memastikan bahwa layanan keamanan terlibat secara mendalam karena jelas ada risiko kaitannya dengan kekuatan asing," kata Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (31/1).
Sementara itu, layanan keamanan mengatakan bahwa penyidikan dipimpin polisi, namun mereka menambahkan, "Kami mengikuti perkembangan kejadian ini dengan cermat untuk melihat dampaknya terhadap keamanan Swedia."
Media Swedia melaporkan Momika sedang melakukan live TikTok saat ditembak. Sebuah video yang dilihat oleh Reuters menunjukkan polisi mengambil telepon dan mengakhiri siaran langsung yang diduga berasal dari akun TikTok-nya.
Dideportasi dari Norwegia
Tahun 2023, Swedia menaikkan kewaspadaan terhadap terorisme ke level tertinggi kedua dan memperingatkan adanya ancaman terhadap warga Swedia di dalam dan luar negeri setelah peristiwa pembakaran Al-Qur'an, yang banyak di antaranya dilakukan oleh Momika.
Pada suatu kesempatan di Juni 2023, Momika menginjak-injak Al-Qur'an, membungkusnya dengan daging babi sebelum membakar beberapa halamannya, membantingnya hingga tertutup, dan menendangnya seperti bola.
Juli 2023, pengunjuk rasa Irak menyerbu Kedutaan Besar Swedia di Baghdad dua kali. Pada serangan kedua, mereka melancarkan aksi pembakaran kedutaan.
Pemerintah Swedia mengutuk gelombang pembakaran Al-Qur'an, setelah pada awalnya menganggap tindakan tersebut sebagai bentuk kebebasan berbicara yang dilindungi.
Pembakaran kitab suci Al-Qur'an oleh Momika dan lainnya mempersulit keanggotaan Swedia di NATO. Turki menghentikan pembicaraan dengan Swedia mengenai aplikasi NATO-nya pada Januari 2023 setelah Rasmus Paludan, seorang aktivis Swedia-Denmark yang telah dihukum karena pelecehan rasial, membakar Al-Qur'an di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm.
Swedia akhirnya bergabung dengan NATO pada Maret 2024, hampir setahun setelah Finlandia, meskipun kedua negara Nordik ini mengajukan aplikasi secara bersamaan.
Â
Meskipun Momika mendapat perlindungan polisi selama protesnya dan ketika menghadiri persidangan, pengacaranya, Anna Roth, mengatakan kepada kantor berita nasional Swedia TT bahwa sejauh yang dia ketahui, Momika tidak mendapat perlindungan di rumahnya.
"Dia sangat sadar bahwa ada ancaman besar terhadapnya. Ada harga atas kepalanya," kata Roth.
Pada Maret 2024, Momika meninggalkan Swedia untuk mencari suaka di Norwegia. Dia mengatakan kepada Agence France-Presse bahwa kebebasan berekspresi dan perlindungan hak asasi manusia di Swedia adalah sebuah kebohongan besar. Norwegia mendeportasinya kembali ke Swedia hanya beberapa minggu kemudian.
Badan migrasi Swedia ingin mendeportasi Momika karena memberikan informasi palsu dalam aplikasi tempat tinggalnya, namun tidak bisa melakukannya karena dianggap dia bisa menghadapi penyiksaan dan perlakuan yang tidak manusiawi di Irak.
Advertisement