Liputan6.com, Jakarta - Kulit manusia adalah organ terbesar yang kita miliki, dengan luas permukaan sekitar 1,4 hingga 1,9 meter persegi. Bahkan, beberapa penelitian memperkirakan luasnya bisa 10 kali lebih besar jika memperhitungkan lipatan kulit, folikel rambut, dan saluran keringat.
Kulit berfungsi sebagai pertahanan pertama tubuh, menjaga keseimbangan antara lingkungan luar dan dalam tubuh.
Baca Juga
Di Amerika Serikat (AS), kebersihan kulit menjadi perhatian utama, terbukti dari besarnya industri produk perawatan pribadi yang mencakup sabun, sampo, kosmetik, dan wewangian. Pada 2024, industri ini bernilai lebih dari 100 miliar dolar AS dan diprediksi akan terus berkembang.
Advertisement
Namun, seberapa penting sebenarnya kebiasaan membersihkan diri dengan sabun dan sampo?
Mengutip CNN, Jumat (31/1/2025), Dr. James Hamblin, seorang dokter kesehatan masyarakat dan penulis, mencoba menjawab pertanyaan ini melalui sebuah eksperimen unik.
Dalam bukunya berjudul "Clean, The New Science of Skin", Hamblin mengungkapkan bahwa ia berhenti mandi dalam cara tradisional selama lima tahun. Namun, bukan berarti ia benar-benar tidak membersihkan tubuhnya sama sekali.
"Saya tidak mandi dengan cara konvensional, tapi saya tetap melakukan eksperimen dengan berbagai metode pembersihan," ujarnya dalam podcast CNN Chasing Life.
Menurutnya, penggunaan sabun sebenarnya tidak selalu diperlukan. Fungsi utama sabun adalah menghilangkan minyak dan kotoran, tetapi dalam banyak situasi, mencuci dengan air dan gesekan mekanis saja sudah cukup efektif.
"Ketika kita menggosok tangan di bawah air, kita sudah menghilangkan banyak kotoran," jelas Hamblin.
Namun, ia menegaskan bahwa ini tidak berlaku bagi pekerja makanan atau tenaga medis yang perlu menjaga sterilisasi dengan ketat.
Â
Perbedaan antara Kesehatan dan Kebersihan
Hamblin kemudian membedakan antara kesehatan dan kebersihan.
Kesehatan berkaitan dengan pencegahan penyakit menular seperti mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau menutup mulut saat bersin agar tidak menularkan penyakit. Sementara kebersihan, lebih bersifat pribadi dan ritualistik, bertujuan untuk merasa segar dan nyaman.
Ia juga menyoroti tren baru dalam kesehatan kulit yang mirip dengan probiotik untuk usus. Kulit manusia memiliki mikrobioma, yaitu triliunan mikroba yang membantu menjaga keseimbangan alami kulit. Penggunaan sabun dan produk pembersih berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ini, seperti halnya antibiotik yang bisa mengganggu flora usus.
"Mandi setiap hari dengan sabun dari ujung kepala hingga ujung kaki adalah pilihan kosmetik dan rekreasional, bukan kebutuhan kesehatan," tambahnya.
Advertisement
Apakah Kita Harus Berhenti Mandi?
Menurut Hamblin, seseorang bisa saja tidak mandi selama berhari-hari dan tetap sehat, selama ia menjaga kebersihan yang diperlukan, seperti mencuci tangan dan mengganti pakaian.
Namun, faktor sosial tetap berperan besar.
"Seseorang bisa saja berbau tidak sedap dan terlihat lusuh, tetapi tetap tidak menularkan penyakit kepada siapa pun. Namun, ada sejarah panjang yang mengaitkan kebersihan dengan status sosial dan kesehatan," ujarnya.
Pada akhirnya, keputusan untuk mandi setiap hari kembali pada preferensi pribadi. Yang terpenting adalah memahami perbedaan antara menjaga higienitas yang esensial dan kebersihan yang bersifat estetika.