Liputan6.com, Jakarta - Sekali lagi pemandangan kontras lanskap Gaza sebelum dan setelah serangan Israel beredar di jagat maya. Kali ini, rekaman tersebut dibagikan akun media sosial @towardseternity, baru-baru ini, yang mana klip itu telah mencatat lebih dari satu juta penayangan di Instagram.
Di rekaman singkat yang dimaksud, terlihat pemandangan area ditandai berlokasi di Gaza, Palestina. Bangunan di wilayah pesisir itu semula tampak normal, dengan jalan-jalan dipenuhi mobil yang berlalu-lalang, sementara di salah satu sudut, bangunan masjid dilengkapi dua menara berdiri gagah.
Baca Juga
Israel Umumkan Wajib Militer 7.000 Orang Yahudi Ultra-Ortodoks, Akan Ikut Perang di Gaza dan Lebanon?
Hamas Kasih Syarat Ke Donald Trump untuk Gencatan Senjata Gaza, Perang Israel Vs Hamas Bakal Berakhir?
Infografis Putra Mahkota Arab Saudi Tuding Israel Lakukan Genosida di Gaza dan Pernyataan Pelapor Khusus PBB
Kapal, disebut milik nelayan setempat, juga terlihat di parkir di tepian. Dalam transisi sedetik, pemandangan itu berubah jadi mimpi buruk. Hampir seluruh bangunan berubah jadi gunungan puing atau dalam kondisi rusak berat. Masjid di video juga bukan pengecualian.
Advertisement
Dua menara dan beberapa kubahnya hilang sama sekali, sementara jalan yang semula beraspal kini hanya menyisakan debu yang mengepul. "Tidak ada anak-anak di jalan, tidak ada nelayan di laut, tidak ada masjid di ujung jalan," begitu keterangan yang dituliskan dalam Bahasa Inggris.
Pada Mei 2024, citra satelit telah menunjukkan skala pengungsian di Gaza sejak tentara Israel mengusir mereka secara paksa dari kota Rafah pada 6 Mei 2024, lapor The National News, dikutip Kamis, 11 Juli 2024. Gambar dari Maxar Technologies menunjukkan peningkatan besar dalam jumlah tenda dan tempat berlindung di sebelah barat Khan Younis pada 15 Mei 2024 jika dibandingkan dengan gambar di area yang sama kurang dari dua minggu sebelumnya.
Warga Palestina di Gaza Mengungsi Berkali-kali
Keluarga-keluarga Palestina di Gaza terpaksa mengungsi berkali-kali setelah menerima peringatan dari militer Israel. Ratusan ribu orang di daerah kantong tersebut tinggal di tenda-tenda yang disebut "zona aman" Al Mawasi, yang hampir tidak dilengkapi layanan dasar.
Sebagian besar penduduk Gaza yang berjumlah lebih dari 2,3 juta orang telah mengungsi sejak pertempuran dimulai pada 7 Oktober 2023. Para pejabat Israel mengatakan "evakuasi" tersebut bertujuan menyelamatkan nyawa warga sipil ketika tentara berperang melawan Hamas.
Namun, banyak orang di Gaza menyebut, mereka tidak punya tempat tujuan, dan seluruh wilayah hancur. Ketakutannya sekarang adalah jika warga Palestina meninggalkan Gaza, mereka tidak akan diizinkan kembali. Keadaan mereka akan seperti orang-orang yang terpaksa hengkang pada Nakba tahun 1948.
Di kota Rafah di Gaza selatan, PBB mengatakan bahwa 600 ribu orang telah mengungsi sejak Israel mengintensifkan operasi militer di kota Gaza selatan pada awal Mei 2024. Pada saat yang sama, 100 ribu orang meninggalkan rumah mereka di tengah pertempuran di Gaza utara, kata badan PBB, yang berarti sekitar seperempat penduduk Gaza telah mengungsi lagi hanya dalam waktu seminggu.
Advertisement
Israel Dituduh Sengaja Bikin Warga Palestina Kelaparan
Setelah sembilan bulan Israel melakukan blokade total terhadap bantuan kemanusiaan, 10 pakar PBB mengatakan, mereka sudah cukup melihat, dan menyatakan Israel terlibat dalam "kampanye kelaparan yang ditargetkan" di Gaza. Tindakan ini digarisbawahi sebagai "kesengajaan."
"Kami menyatakan bahwa kampanye kelaparan yang disengaja dan ditargetkan Israel terhadap warga Palestina adalah bentuk kekerasan genosida dan telah mengakibatkan kelaparan di seluruh Gaza," kata para ahli, Selasa, 9 Juli 2024, dikutip dari Middle East Eye, Rabu, 10 Juli 2024.
Mereka menyambung, "Kami menyerukan komunitas internasional untuk memprioritaskan pengiriman bantuan kemanusiaan melalui darat dengan cara apapun, mengakhiri pengepungan Israel, dan melakukan gencatan senjata."
Michael Fakhri, pelapor khusus hak atas pangan, bersama para ahli lain, seperti Francesca Albanese, pelapor khusus situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina, dan Paula Gaviria Betancur, pelapor khusus hak asasi manusia pengungsi internal orang, mengeluarkan pernyataan itu.
Setidaknya 33 anak, sebagian besar di Gaza utara, meninggal dunia karena kekurangan gizi sejak operasi militer dimulai pada Oktober 2024, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Kelompok yang terdiri dari 10 pakar hak asasi manusia tersebut mengutip kematian tiga anak berusia tiga belas, sembilan, dan enam bulan, akibat kekurangan gizi di Khan Younis dan Deir al-Balah sejak akhir Mei 2024.
Seberapa Parah Kelaparan di Gaza?
Kondisi ini membuat mereka menyatakan bahwa kelaparan di Gaza sedang berlangsung. "Dengan kematian anak-anak ini karena kelaparan, meski telah mendapat perawatan medis di Gaza tengah, tidak ada keraguan bahwa kelaparan telah menyebar dari Gaza utara ke Gaza tengah dan selatan," kata para ahli.
Bulan lalu, sebuah laporan yang dikeluarkan kelompok ahli independen yang dikenal sebagai Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan, atau Fews Net, memperingatkan bahwa kelaparan di Gaza mungkin telah terjadi sejak April 2024. Kondisi nahas ini kemungkinan akan berlanjut hingga Juli "jika tidak ada tindakan yang diambil."
Ini termasuk perubahan mendasar dalam cara bantuan pangan didistribusikan dan diakses memasuki Jalur Gaza. Sementara itu, Israel terus memblokir penyeberangan Rafah dengan Mesir, dan membatasi masuknya bantuan melalui penyeberangan Karem Shalom dengan Gaza selatan.
“Akses masyarakat terhadap dan pemanfaatan bantuan pangan yang tersedia belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga saat ini, dan masih banyak hal yang harus dilakukan segera untuk memastikan bantuan pangan kemanusiaan didistribusikan secara efektif begitu bantuan tersebut memasuki Gaza," tulis laporan tersebut.
Advertisement