Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin mencium Al-Qur'an telah jadi viral di media sosial. Momen ini dilaporkan dari kunjungannya ke Masjid Nabi Isa yang baru dibangun di ibu kota Chechnya, Grozny.
Melansir New Arab, Sabtu, 24 Agustus 2024, Putin ditemani pemimpin Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov, yang telah berperan penting dalam invasi Rusia ke Ukraina. Di klip tersebut, Putin terlihat disodori Al-Qur'an berlapis emas, sebelum mencium dan mengangkatnya, sementara Kadyrov berdiri di sampingnya.
Menurut situs web Presiden Rusia, dijelaskan bahwa pembangunan Masjid Nabi Isa dimulai pada Juni 2020. Bangunan ini dirancang dengan gaya arsitektur Asia Tengah pada awal milenium kedua. Masjid ini dikelilingi empat pintu setinggi 20 meter dan empat menara setinggi 52 meter.
Advertisement
"Fasadnya dilapisi granit hijau yang dihiasi pola bunga yang terbuat dari batu warna-warni dan ayat-ayat Al-Qur'an," sebut laman tersebut. "Masjid ini memiliki dua lantai dan dapat menampung hingga lima ribu jemaah."
Putin melakukan perjalanan pertama ke Chechnya dalam hampir 13 tahun pada Selasa, 20 Agustus 2024. Ia dilaporkan berada di sana untuk mendorong pendaftaran orang-orang Chechen ke angkatan bersenjata Rusia saat perang di Ukraina terus berlanjut.
Presiden Rusia tersebut mengunjungi akademi pasukan khusus tempat para prajurit dilatih sebelum dikerahkan ke Ukraina, dan memuji para relawan Chechen. Ia mengatakan bahwa selama memiliki orang-orang seperti mereka, Rusia "tidak terkalahkan."
"Kami telah menunggu kalian selama 13 tahun, dan saya tahu bahwa kalian memiliki banyak masalah, isu-isu yang kalian tangani secara manual, termasuk republik kami," kata Kadyrov pada Putin saat menyambutnya.
Â
Menarik Perhatian Umat Muslim
Kadyrov telah memimpin pemerintahan pro-Rusia di Chechnya sejak 2007. Republik tersebut sebelumnya telah mencoba melepaskan diri dari kendali Rusia, yang menyebabkan dua perang yang menghancurkan pada 1990-an dan awal 2000-an.
Kadyrov telah memerintahnya dengan tangan besi di bawah pengawasan Rusia, menekan perbedaan pendapat, serta gerakan separatis dan memimpin warga Chechen ke Ukraina untuk berjuang bagi Rusia. Di sisi lain, para pejuang pro-kemerdekaan Chechen diyakini berjuang bagi Ukraina melawan Rusia.
Sikap Putin terhadap Al-Qur'an merupakan pendekatan terbaru dalam serangkaian langkah yang dirancang untuk menarik perhatian umat Islam. Setelah serangkaian pembakaran Al-Qur'an di negara-negara Eropa dan upaya melakukan hal yang sama di Rusia, Putin mengatakan bahwa siapa pun yang mencoba membakar Al-Quran di wilayah Rusia akan menghadapi hukuman penjara.
Kanal Global Liputan6.com merangkum dari DW.com, 11 Agustus 2024, bahwa Putin telah berkuasa selama 25 tahun, sejak 9 Agustus 1999, dan sepertinya kekuasaan tersebut tidak akan segera berakhir. Bagaimana dia melakukannya?
Advertisement
25 Tahun Kekuasaan Putin
Selama dua dekade lebih, Vladimir Putin telah memimpin Rusia sejak diangkat jadi perdana menteri oleh presiden saat itu, Boris Yeltsin, pada 9 Agustus 1999. Dalam kurun waktu tersebut, ia memperkuat kekuasaannya dan mengubah Rusia jadi kediktatoran pribadi terkuat di dunia, kata ilmuwan politik Rusia, Mikhail Komin.
Ilmuwan politik Rusia lainnya, Grigory Nishnikov, yang tinggal di Finlandia, memiliki pandangan serupa. "Jika mengingat kembali masa-masa awal pemerintahan Putin di Rusia, kita dapat menunjuk pada beberapa pusat kekuasaan otonom, baik konstitusional maupun informal, seperti oligarki," kata Nishnikov.
"Mereka semua membentuk semacam penyeimbang terhadap Kremlin." Tapi Putin menghancurkan semua ini, memusatkan segalanya dan memfokuskan sistem kekuasaan Rusia pada dirinya sendiri. Menurut Nishnikov, ini bukan satu-satunya alasan Putin bisa bertahan begitu lama.
Meski demikian, selama 25 tahun terakhir, ada banyak kejadian yang dapat membahayakan kekuasaan Vladimir Putin. Di antaranya, yaitu:
- Protes di Lapangan Bolotnaya Moskow setelah pemilihan parlemen tahun 2011.
- Risiko ketidakstabilan di Krimea setelah aneksasi semenanjung Ukraina pada 2014.
- Kerusuhan setelah reformasi sistem pensiun yang kontroversial tahun 2018.
- Protes besar-besaran mendukung kritikus Kremlin, Alexei Navalny, di seluruh Rusia.
- Dimulainya perang di Ukraina, disertai dengan protes di jalan-jalan Moskow dan St Petersburg.
Kabinet Bayangan Vladimir Putin
Setiap tindakan perlawanan rakyat dijawab Putin dengan represi yang lebih besar. ",usuh-musuh baru selalu tersingkir dalam peristiwa-peristiwa ini," kata Nishnikov. Jadi dia yakin, sekarang tidak ada lagi orang yang bisa menantang Putin.
Komin menambahkan, faktor penting lain yang memungkinkan Putin mempertahankan kekuasaan adalah pelemahan pengadilan selama masa jabatan keduanya. Jaksa agung yang setia pada penguasa diberi kekuasaan lebih besar atas rekan-rekan bawahannya.
Akibatnya, pengadilan Rusia tidak lagi independen. Hal ini diperparah dengan perubahan sistem pemilu yang menguntungkan Putin dan partainya, Rusia Bersatu.
Putin juga mengelilingi dirinya dengan semacam kabinet bayangan, menurut sosiolog Rusia, Alexander Bibkov. Ia mengumpulkan orang-orang yang memiliki kepentingan bisnis tertentu dengannya. Perusahaan mereka mendapat kontrak negara yang besar, menghasilkan banyak uang bagi mereka.Â
"Putin selalu memegang kendali, dan secara pribadi terlibat dalam bisnis ini," kata Bikbov. "Pada saat yang sama, citra Rusia dipoles di mata masyarakat. Semua aspek negatif dihapuskan, termasuk semua konflik masa lalu." Ia menggambarkan hal ini sebagai "manipulasi memori sejarah kolektif."
Advertisement