Angkat Isu Lingkungan dan Pertanian Inklusif di HLF MSP, Bappenas Sebut Indonesia Bisa Jadi Jembatan Negara Berkembang

Bappenas yang menggandeng Wahana Visi Indonesia (WVI) mengangkat isu lingkungan dan praktik bisnis pertanian yang inklusif dalam acara High Level Forum on Multistakeholder (HLF MSP) yang digelar di Bali.

oleh Henry diperbarui 04 Sep 2024, 08:06 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2024, 06:30 WIB
Foto bersama perwakilan stakeholder proyek PHINLA dari Filipina, Indonesia, dan Sri Lanka seusai sesi talkshownya pada event HLF MSP oleh Bappenas.
Foto bersama perwakilan stakeholder proyek PHINLA dari Filipina, Indonesia, dan Sri Lanka seusai sesi talkshownya pada event HLF MSP oleh Bappenas.  foto: dok. WVI

Liputan6.com, Jakarta - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas) mengangkat isu lingkungan dan praktik bisnis pertanian yang inklusif dalam acara High Level Forum on Multistakeholder (HLF MSP) 2024 yang digelar di Bali, 1-3 September 2024.

Bappenas menggandeng Wahana Visi Indonesia (WVI) untuk turut ambil bagian dalam acara yang berlangsng dalam dua sesi tersebut. Acara HLF MSP 2024 ini mempertemukan para pemangku kepentingan utama dan berfokus pada kolaborasi antara lembaga bantuan, NGO, pelaku swasta, dan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS).

Sebagai organisasi kemanusiaan yang bertujuan untuk mennsejahterahkan anak-anak, WVI melibatkan dua proyek didalamnya, yaitu INCLUSION dan PHINLA. INCLUSION yang didanai oleh DFAT, fokus pada penciptaan lingkungan bisnis pertanian yang inklusif di Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara. Sedangkan PHINLA yang didanai oleh BMZ, fokus pada pengelolaan sampah padat berbasis masyarakat di area Jakarta. Kedua proyek ini telah memasuki fase keduanya.

INCLUSION mengangkat tema Removing Barriers: Enabling Inclusive Market System Development for Agriculture pada sesi talkshownya. Para pembicara membahas pendekatan inovatif, model bisnis inklusif, dan berbagi praktik terbaik guna mengatasi kesenjangan dalam fungsi pasar.

Pasar dapat berfungsi lebih baik untuk melayani petani dari kelompok rentan, seperti wanita dan petani dengan disabilitas, serta tetap menghasilkan keuntungan dengan pendistribusian secara adil. Menjurut Angelina Theodora selaku Direktur Nasional WVI, pihaknya sangat menghargai Bappenas yang melibatkan WVI dalam acara ini.

 

Mewujudkan Hidup Anak yang Utuh

Vinda Damayanti selaku Direktur Pengurangan Sampah di KLHK RI menampilkan data sampah yang belum terkelola di Indonesia di tahun 2023 masih sebesar 48%
Vinda Damayanti selaku Direktur Pengurangan Sampah di KLHK RI menampilkan data sampah yang belum terkelola di Indonesia di tahun 2023 masih sebesar 48%.  foto: dok. WVI

"Para petani dari kelompok marginal seperti perempuan dan petani dengan disabilitas, juga para pekerja limbah informal di area perkotaan, adalah potret mereka yang punya keluarga dan anak-anak dan masih hidup dalam kondisi rentan,” ,” teramg Angelian dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa, 3 September 2024.

"Untuk itu WVI selalu berupaya mengimplementasikan proyek yang berperan dalam mewujudkan hidup anak yang utuh sepenuhnya," sambungnya.

Di sisi lain, Hendra Prabandani selaku Direktur Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional Bappenas mengaakan, Forum HLF MSP 2024 ini akan membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya sebagai jembatan. Indonesia bisa penghubung negara-negara berkembang dalam berbagi pengetahuan, praktik-praktik terbaik dalam mengatasi tantangan pembangunan, dan merevitalisasi South-South Triangular Cooperation (SSTC).”

Sementara itu, PHINLA dalam sesi talkshownya mengangkat tema Community-based Solid Waste Management Stakeholder to Enhance Justice for Informal Waste Workers and Community in Circular Economy. Para pembicara berbagi tentang Joint Management Plan (JMP), sebuah model rencana pengelolaan sampah bersama berbasis masyarakat. JMP menyediakan kerangka kerja untuk kolaborasi antara pemerintah daerah, OMS, dan masyarakat untuk mengatasi tantangan pengelolaan sampah secara berkelanjutan.

Pengelolaan Sampah Padat

Pembicara talkshow proyek INCLUSION mendorong transformasi praktik bisnis, kolaborasi lintas stakeholder, dan pemberdayaan petani dengan disabilitas
Pembicara talkshow proyek INCLUSION mendorong transformasi praktik bisnis, kolaborasi lintas stakeholder, dan pemberdayaan petani dengan disabilitas.  foto: dok. WVI

PHINLA juga membagikan pembelajaran dari tiga negara yang terlibat dalam proyek tersebut, yaitu Filipina, Indonesia, dan Sri Lanka. Mereka bertukar pengetahuan mengenai pengelolaan sampah padat, terutama di negara berkembang.

Dibutuhkan advokasi kebijakan dan investasi yang mendukung pemberdayaan pemerintah daerah dan masyarakat atas pengelolaan sampahnya  Dari sesi talkshownya, INCLUSION mendorong transformasi praktik bisnis, mempromosikan kolaborasi lintas pemangku kepentingan, dan memberdayakan para petani.

Hal-hal tersebut akan berkontribusi pada pemberdayaan rumah tangga petani secara ekonomi, termasuk rumah tangga rentan di wilayah Timur Indonesia, melalui pengembangan sistem pasar inklusif

Kedua proyek WVI ini menampilkan sederet pembicara dari para ahli dan praktisi terkemuka. Ada Ray M. Bargamento dari Filipina selaku ketua Global Waste Management Committee, Ellie Wong selaku Manajer Pemberdayaan Ekonomi World Vision Australia.

Lalu ada Vinda Damayanti selaku Direktur Pengurangan Sampah di KLHK RI, Switenia Puspa Lestari selaku Direktur Eksekutif Divers Clean Action, Isra Darma selaku Direktur PT Bio Konversi Indonesia, Bahtiar selaku Manajer Penjualan Regional PT Sygenta, dan Yafas Lay sebagai Kepala Garamin NTT.

 

Infografis Menerapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Infografis Menerapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan. (Liputan6.com/Triiyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya