Liputan6.com, Jakarta - Rumah korban kasus pembunuhan dan pemerkosaan gadis penjual gorengan, Nia Kurnia Sari, di Padang Kabau, Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, menjelma jadi tempat wisata dadakan. Fenomena ini kemudian mendulang kontroversi di jagat maya.
Di sebuah utas X, dulunya Twitter, yang dibagikan akun @sanhualangc, Rabu, 13 November 2024, tangkapan layar video media sosial, yang kebanyakan bersumber dari TikTok, tentang kunjungan ke rumah Nia Kurnia Sari banjir kritik. "Fomo banget orang-orang rumah korban malah kaya dijadiin tempat wisata gini," ungkap pengguna yang sepertinya kesal itu.
Advertisement
Baca Juga
"Sampe ada yg jualan di depan rumah nia ini yaampun," sambung akun tersebut. "Buat yang bilang 'ambil positifnya buat yg berjualan,' no guys lihat ada yg bikin stiker dan diperjualbelikan gini."
Advertisement
Ia juga berbagi tangkapan layar berisi komentar warganet yang menyarankan keuntungan penjualan stiker itu diberikan pada keluarga almarhumah. Akun penjual membalas, "Mungkin kalo itu susah. Saya niatkan pahalnya untuk Nia, yaitu sisihkan untuk kucing jalanan, anak yatim dll yang butuh."
Ada juga warganet lain yang nimbrung, "Gue kan satu kabupaten ama Nia. Kemarin ngobrol ama kakak ipar ampe geleng-geleng kepala liat kelakuan orang-orang yg eksploitasi kematian dia:) bayangin siapapun yang di sana live tiktok, anggep dia wali Allah, berdoa di tempat kjadian dia dibunuh ampe urusan mak bapak dia disuruh balikan🗿."
Kritik Warganet
Ada juga warganet yang menyorti pengunjung yang berdoa di lubang jasad Nia ditemukan. "Ga ngerti lagi, berdoa di lobangnya pdhl udah ada police line juga😭😭😭," timpal seorang pengguna.
"Ini bukan soal bawa berkah atau enggak buat yang jualan di sana, tapi gimana hormatin almarhum yang meninggal secara tragis. Kenapa sih orang-orang," menurut seorang pengguna X, sementara yang lain berkomentar, "Di FB jg sampe ada grupnya😭 Nia kurnia sari lovers namanya."
"Salah satu hal jelek di negara kita tuh nganggap sepele hal yang gak bener dengan dalih, 'biarin aja gak sih, kan gak ngerepotin lu pada,' atau perkataan dengan tujuan pembiaran lainnya. Banyak hal jelek di negara ini jadi melekat sampe sekarang gara-gara kita terlalu mudah menormalisasi sesuatu," beber warganet lain.
"Ngelayat boleh tapi ngapa segala masuk ke kamar almarhumah, terus juga ngapain berdoa ke lobangnya kan itu ada police line nya, parahnya sampe dibikinin tugu lagi hadeh," menurut seorang pengguna.
Advertisement
Diadaptasi Jadi Film
Kisah tragis Nia juga akan diadaptasi jadi sebuah film oleh sutradara Aditya Gumay, lapor kanal Regional Liputan6.com, 8 November 2024. Di akun media sosialnya, Aditya mengaku telah melakukan riset selama beberapa hari di daerah tempat korban tinggal.
"Untuk memfilmkan kisah Nia Kurniasari, aku melakukan riset 4 hari di daerah Kayu tanam, padang Pariaman. Mewawancarai banyak pihak, keluarga terdekat, guru bahkan hingga pelaku pembunuhannya," tulisnya di unggahan pada Senin, 28 Oktober 2024.
Aditya juga menuturkan bahwa film tersebut akan mengusung konsep drama yang diharapkan jadi inspirasi masyarakat. "Semakin tahu sosok Nia, semakin aku mengaguminya. Ia sungguh teladan anak muda masa kini. Ia wafat saat berjuang mencari nafkah dan bukan dalam kondisi usai bersenang2 atau keluar malam hingga naas datang," katanya.
Selain itu, Aditya menuturkan keinginannya membangun rumah Tahfiz Quran Nia Kurnia Sari dari sebagian hasil film tersebut. Ia mengaku pihak keluarga sudah mengizinkannya untuk mengangkat kisah tersebut ke layar kaca.
Kata Keluarga
Melansir KapanLagi.com, salah satu perwakilan keluarga Nia yang tampil di sebuah acara di televisi pada Rabu, 6 November 2024, menyebut bahwa pihaknya memberikan izin untuk penggarapan film tersebut. Pihak keluarga berharap film itu tidak hanya berfokus pada tragedi Nia, tapi perjuangannya.
Dia juga menegaskan tujuan film tersebut tidak hanya mengenang tragedi nahas tersebut, namun diharapkan jadi inspirasi, khususnya generasi muda agar pantang menyerah menggapai cita-cita dan mensejahterakan keluarga. Film itu pun diharapkan jadi penghormatan yang pantas untuk Nia dan inspirasi banyak orang.
Kasus pembunuhan Nia terungkap setelah keluarga khawatir perempuan berusia 18 tahun itu tidak kunjung pulang ke rumah setelah berjualan gorengan di daerah Nagari Guguak, Padang Pariaman. Pencarian dilakukan pihak keluarga dan warga setempat dengan mengelilingi sekitar perkampungan yang biasa dilewati Nia saat berjualan.
Saat pencarian, ditemukan petunjuk sisa gorengan yang dijual Nia berada di semak-semak pada Sabtu, 7 September 2024. Warga juga menemukan hijab hitam yang digunakan Nia ketika berangkat berjualan. Sehari kemudian, warga menemukan gundukan tanah tertutup ranting dan daun di area perkebunan.
Warga dan tim pencarian melakukan penggalian hingga ditemukan adanya tangan dan langsung melapor ke pihak kepolisian. Kepolisian kemudian menggali gundukan itu dan menemukan jasad Nia dalam keadaan meninggal dunia dan tidak mengenakan pakaian.
Advertisement