Liputan6.com, Jakarta - Gunung Buyung berada dalam sebuah kompleks pegunungan di Bandung dengan beberapa puncaknya seperti Puncak Dungus Malati, hingga Pasir Serewen. Gunung ini memiliki ketinggian memiliki ketinggian sekitar 1.440 mdpl.
Banyaknya sebaran gunung di Bandung ini membawa keuntungan bagi kawasan tersebut. Tanahnya menjadi subur, pemandangannya menarik, penyerapan air berlangsung alami, serta banyak sumber air bermunculan.
Salah seorang pendaki melalui blog pribadinya, Sukumuter yang dilansir pada Rabu, 27 November 2024, menceritakan pengalamannya saat mendaki Gunung Buyung. Menurutnya, pendakian ke Gunung Buyung merupakan salah satu kegiatan trekking yang cukup menantang.
Advertisement
Terlebih dengan pemandangan gunung sekitarnya antara lain Gunung Gajahdepa, Gunung Pabeasan, Gunung Leutik, Gunung Buleud, Gunung Pangradinan, Pasir Masigit, Gunung Sangianganjung, Pasir Kendan, Gunung Dungusmalati, Gunung Paesan, Gunung Serewen, Gunung Palawangan, Gunung Puncak Suji, Gunung Sukmahilang, dan gunung-gunung lain yang terdengar asing, bahkan bagi warga lokal.
Masih banyak hal mengenai Gunung Buyung selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Buyung yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Titik Awal Pendakian
Pendakian dimulai dari Kampung Ciseupang desa Sawah Lega Kecamatan Cicalengka yang memiliki ketinggian sekitar 830 mdpl. Dari titik ini pendakian sebenarnya sudah hampir setengah dari ketinggian puncaknya, sehingga tidak terlalu berat.
Dianjurkan untuk berangkat pagi-pagi, agar mataharinya tak terlalu terik dan untuk mempersingkat jarak dan waktu pendakian, dari titik pendakian pendaki bisa langsung berjalan menanjak menaiki sebuah lembah. Hal ini dilakukan untuk menghindari jalur reguler yang memutar lebih jauh.
2. Melewati Ladang Pertanian Warga
Setelah berjalan sekitar 15 menit dari titik awal pendakian, pendaki akan menemukan rumpun bambu dan ladang pertanian warga. Hingga akhirnya sampailah pendaki di atas lembah, di jalur pendakian yang sebenarnya.
Jalur ini berdampingan dengan sebuah parit yang mengalirkan air dari mata air di hutan menuju Kampung Ciseupang. Di sisi kanan kami adalah jurang cukup dalam, dialiri sebuah sungai.
3. Dekat dari Curug Cowang
Aliran air di dekat sungainya berhulunya ke sebuah curug bernama Curug Cowang. Lokasinya di bawah hutan pinus bukit dungus malati yang berdampingan dengan Pasir Serewen yang juga kawasan pegunungan seperti Gunung Buyung.
Daerah pasir serewen sendiri menjadi lokasi pemancar dari salah satu perusahaan telekomunikasi indonesia. Pada akhir pekan, khususnya hari minggu lokasi ini banyak didatangi para pengunjung yang datang ke pasir serewen untuk hiking atau berjalan-jalan menikmati pemandangan dan suasana pegunungan di sana.
Advertisement
4. Setelah Hutan Bambu Jalur Pendakian Kurang Jelas
Dari hulu sungai berbatu pendaki kemudian akan naik menuju hutan bambu dan berjalan menyusuri jalur di bawah rumpun bambu yang rimbun. Hutan juga diselingi dengan rambatan pohon rotan dengan batangnya yang berduri tajam.
Kurang dari satu jam perjalanan, jalur pendakian seakan menghilang, setelah dilihat di perangkat GPS, ternyata jalur pendakian ada di atas kami pada sebuah punggungan. Akhirnya pendaki harus merintis jalur mendaki menyusuri sebuah lereng terjal. Sebaiknya memang menyewa guide lokal agar perjalanan lebih aman, meski GPS canggih akan menunjukkan jalan Anda perlu membuat jalur baru.
5. Pemandangan Gunung Geulis
Di perjalanan pendaki akan bertemu puncak gunung lainnya. Jika memandang ke sebelah utara kami yang dibatasi jurang menganga yang cukup dalam, Anda akan menyaksikan Gunung Manglayang, Gunung Geulis, Gunung Kerenceng dan Gunung Kareumbi. Pemandangan yang tampak dekat seakan melambai mengajak Anda untuk menyinggahi puncak-puncaknya.
6. Puncaknya Berundak-undak
Sebetulnya untuk mencapai puncak Gunung Buyung dibutuhkan waktu hanya beberapa jam saja. Namun jalur yang tidak jelas membuat pendaki bisa berputar-putar.
Setelah sampai pendaki akan melihat puncaknya yang berundak-undak. Selain itu undakan tertingginya tidak terlalu luas, sekitar 2 x 2 meter, namun di undakan ketiga di bawahnya ada sebuah pelataran yang cukup luas, cukup nyaman dan leluasa untuk dijadikan tempat beristirahat dan makan siang.
Di sini juga terdapat jalur pendakian yang berasal dari kawasan Kareumbi dan sekitarnya. Kondisi di sekitar puncak masih ditumbuhi pepohonan besar sehingga membuat udara di sekitarnya menjadi lembab karena sinar matahari kesulitan untuk menembus daerah sekitar puncak.
Biasanya begitu sampai puncak, pendaki akan makan bekal siang bersama rombongan. Sambil menikmati makan siang, beberapa teman pendaki lain yang membawa kompor portabel biasanya juga segera menyalakannya untuk membuat beberapa cangkir kopi panas.
Advertisement