Cara Mendapat Pengalaman Menarik dan Berkesan di Desa Wisata, Salah Satunya Jangan Jadi Introvert

Riset menjadi hal yang amat penting dalam menentukan arah dan tujuan pergi ke desa wisata.

oleh Henry diperbarui 19 Des 2024, 08:01 WIB
Diterbitkan 19 Des 2024, 08:01 WIB
Desa Penglipuran Bali
Sebagai desa wisata, beberapa warga Desa Penglipuran menyediakan rumahnya untuk dijadikan tempat menginap bagi para wisatawan, Rabu (16/8/2023). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Minat para wisatawan terhadap desa wisata diperkirakan bakall makin meningkat, termasuk jelang liburan akhir tahun ini. Mungkin banyak yang bertanya apa saja yang membuat desa wisata menarik untuk dikunjungi?

Seorang inflluencer atau pemengaruh bernama Nandi membagikan sejumlah cara atau kiat kepada para wisatawan untuk mendapatkan pengalaman yang menarik di desa wisata, terutama saat masa libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.

"Pengalaman liburan itu akan bisa didapatkan bila kita menentukan apa target (goals) dari datang ke desa tersebut,” kata Nandi dalam acara media talkshow yang berlangsung di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Senin, 16 Desember 2024.

Pegiat desa wisata itu menuturkan riset menjadi hal yang amat penting dalam menentukan arah dan tujuan pergi ke desa wisata. Melalui riset, wisatawan bisa menentukan aktivitas yang ingin dilakukan di sana serta mengefisiensi waktu berkunjung ke beberapa destinasi wisata.

Wisatawan juga dapat menentukan musim yang tepat untuk berkunjung, lokasi untuk tinggal, berapa harga yang perlu dibayar serta mengetahui lingkungan dan fasilitas apa saja yang ditawarkan. Hal selanjutnya yang perlu dilakukan yakni menentukan tujuan dari kedatangan ke desa wisata tersebut. Wisatawan dapat menggunakan portal Jaringan Desa Wisata (JADESTA) yang dikelola oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar), untuk menentukan desa mana yang ingin dituju.

"Di sana (JADESTA), ada beberapa kategori desa wisata. Di sana juga ada kontak pengelola desa wisata, nanti kita bisa tanya homestay-nya dimana," ungkap Nandi. “Biasanya, desa wisata yang sudah kategori maju mandiri itu memiliki homestay yang tersertifikasi dan pasti nyaman, enak dan setidaknya seperti di rumah," sambungnya.

Ia mencontohkan bagi wisatawan yang ingin melihat lampion dapat pergi ke Dieng Culture Festival di Wonosobo, Jawa Tengah di sekitar bulan Agustus atau pergi ke tempat tinggal Suku Baduy di Banten bila ingin merasakan pengalaman jauh dari media elektronik.

\-

Pemandangan Matahari Terbenam

TIKI menyediakan solusi logistik inovatif yang mendukung keberlanjutan ekonomi kreatif di destinasi wisata.termasuk desa wisata
TIKI menyediakan solusi logistik inovatif yang mendukung keberlanjutan ekonomi kreatif di destinasi wisata.termasuk desa wisata.  foto: dok. TIKI

Nandi menamnbahkan, untuk mendapatkan pengalaman yang menarik, wisatawan tidak boleh abai terhadap kondisi cuaca. Ia menyarankan jika cuaca sedang hujan, wisatawan perlu menjauhi destinasi di gunung karena curah hujan tinggi berpotensi menyebabkan pendaki tersapu air di jalur pendakian.

Wisatawan lebih disarankan bergerak ke arah daratan seperti ke Kampung Kreatif Braga atau Kampung Kreatif Kunci di Bandung, Jawa Barat yang menawarkan pemandangan matahari terbenam. Kalaupun tidak bisa mendapatkan pengalaman itu, wisatawan masih dapat menikmati pengalaman memakan ubi Cilembu.

Dalam kesempatan itu Nandi turut menyarankan bagi wisatawan yang berkunjung ke desa wisata untuk banyak berinteraksi dengan warga lokal. Tujuannya supaya mendapatkan informasi yang lebih banyak soal daya tarik di desa, serta mempermudah wisatawan mendapatkan pertolongan saat membutuhkan sesuatu. Karena itu, menurut Nandi, liburan di desa wisata dianggap kurang cocok bagi orang yang introvert atau tertutup.

"Kalau orangnya introvert agak susah ya, jadi kurang menukmati karena di desa wisata kita harus berusaha berinteraksi dengan penduduk setempat, kalo di dalam penginapan aja jadi nggak enak aja suasananya, jadi orang terasing gitu," kata Nandi.

Interaksi dengan Warga Lokal

Sandiaga Uno
Sandiaga Uno kunjungi Desa Wisata MEAT di Toba, Sumut (Reza Efendi/Liputan6.com)

"Padahal kita justru mencari interaksi dengan warga lokal supaya dapat banyak pengalaman menarik yang belum tentu bisa dijumpai di desa atau tempat wisata lainnya," lanjutnya.

Peluang sektor pariwisata Indonesia, terutama open trip dan desa wisata, terus berkembang seiring meningkatnya minat wisatawan nusantara dan mancanegara. Melihat potensi ini, PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) memperkuat perannya dengan menyediakan solusi logistik inovatif yang mendukung keberlanjutan ekonomi kreatif di destinasi wisata.

Komitmen TIKI dalam sektor pariwisata disampaikan oleh Yulina Hastuti, Direktur Utama TIKI, dalam kesempatan yang sama. "Tren meningkatnya minat masyarakat terhadap wisata open trip dan kemajuan desa wisata sebagai destinasi unggulan bukan hanya mengangkat potensi pariwisata Indonesia, tetapi juga mendorong pertumbuhan usaha lokal. Mulai dari produksi oleh-oleh khas, kuliner, hingga kerajinan cendera mata," terang Yulina.

"Berbagai peluang ekonomi juga akan tercipta bagi masyarakat lokal, yang butuh dukungan logistik andal untuk menjangkau pasar yang lebih luas. TIKI hadir untuk memastikan pengelolaan logistik berjalan lancar, sehingga mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi kreatif di daerah-daerah wisata Indonesia,” sambungnya.

Pengembangan Desa Wisata

Desa Wisata Hanjeli, Sukabumi, Jawa Barat.
Desa Wisata Hanjeli, Sukabumi, Jawa Barat. (Instagram:@desawisatahanjeli/https://www.instagram.com/p/CkE6OPiPj5G/Geiska Vatikan Isdy)

Dengan layanan kurir yang andal, destinasi desa wisata menjadi lebih terhubung dengan pasar nasional maupun internasional, sehingga membantu mereka mendapatkan pendapatan yang lebih berkelanjutan dan tidak hanya bergantung pada wisatawan yang datang langsung. Hal ini juga dapat meningkatkan daya tarik destinasi tersebut bagi wisatawan yang ingin mengakses produk lokal atau jasa terkait wisata.

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan perjalanan wisatawan domestik meningkat 21,87 persen menjadi 839,39 juta perjalanan sepanjang Januari-Oktober 2024. Tren ini turut didorong oleh wisata open trip, yang semakin diminati karena menawarkan biaya terjangkau.

Menurut Co-Founder & CEO Atourin, Benarivo Triadi Putra, open trip membuka peluang wisata berkelanjutan bagi individu maupun kelompok kecil.

"Open trip itu bisa mempermudah dan pengalaman sosial yang unik dalam berwisata. Namun, wisatawan perlu memastikan penyelenggara yang terpercaya agar perjalanan tetap nyaman dan aman," ucap Benarivo.

Di sisi lain, pengembangan desa wisata juga menjadi kunci menarik wisatawan ke berbagai pelosok daerah. Menurut data Jejaring Desa Wisata per Oktober 2024, terdapat 6.026 desa wisata yang tersebar di Indonesia. Nandi, menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam memajukan desa wisata.

 

Infografis 6 Desa Wisata yang Wajib Dikunjungi
Infografis 6 Desa Wisata yang Wajib Dikunjungi (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya