Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, situs pelacak Turbli.com mengungkapkan daftar rute penerbangan paling bergejolak di dunia untuk tahun 2024. Berdasarkan data dari Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional serta Kantor Meteorologi Inggris, rute antara Mendoza (MDZ) dan Santiago (SCL) di Amerika Selatan dinobatkan sebagai yang paling rentan terhadap turbulensi.
Mengutip dari laman CNN, Senin (13/1/2025), perjalanan ini dimulai di Mendoza, Argentina, dan melintasi Pegunungan Andes menuju Santiago, Cile. Pegunungan Andes dan Himalaya sering menjadi faktor utama dalam turbulensi parah ini, ditambah dengan faktor cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.
Advertisement
Baca Juga
Tahun lalu tercatat sebagai tahun terpanas, dan suhu yang meningkat ini diprediksi akan menyebabkan peningkatan insiden turbulensi udara jernih. Turbulensi jenis ini terjadi tiba-tiba tanpa petunjuk visual, namun para ahli meyakinkan bahwa keselamatan penerbangan tetap terjaga. Meskipun demikian, penumpang disarankan untuk selalu mengenakan sabuk pengaman saat duduk.
Advertisement
Perilaku buruk di pesawat menjadi sorotan dengan sejumlah insiden yang terjadi baru-baru ini. Dari penumpang yang membuka pintu darurat hingga membawa barang-barang terlarang, maskapai penerbangan seperti Ryanair mengambil tindakan tegas dengan menuntut ganti rugi. Namun, ada juga kisah inspiratif seperti pilot United Airlines yang mengejutkan penyelamat hidupnya di bandara Texas, serta kru Delta Air Lines yang membantu reuni emosional seorang ibu dan anaknya.Â
Di sisi lain, kesehatan dan kesejahteraan dalam perjalanan menjadi perhatian utama. Dengan desa-desa Italia yang melarang penduduknya jatuh sakit hingga dokter kapal pesiar yang menangani berbagai kondisi medis, tantangan kesehatan dalam perjalanan semakin disorot. Di Jerman, ada konsep untuk menawarkan liburan spa sebagai solusi mencegah masalah kesehatan saat terbang, dengan penggunaan kaus kaki kompresi direkomendasikan.
Korsel Buat Pedoman Baru Keselamatan Penumpang
Sebelumnya diberitakan, insiden turbulensi pada penerbangan Singapore Airlines SQ321 pada 2024 lalu adalah salah satu yang terparah. Kejadian ini bahkan membuat pesawat harus mendarat darurat di Bandara Internasional Suvarnabhumi Thailand memberi banyak perubahan aturan keselamatan pada dunia penerbangan.
Inisiasi baru juga dilakukan oleh Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan. Melansir laman The Korean Times, Kamis, 15 Agustus 2024, Kementerian tersebut mengeluarkan pedoman baru untuk maskapai penerbangan.
Aturan itu mencakup prosedur standar untuk menangguhkan layanan kabin seperti makanan dalam penerbangan dan penjualan bebas bea jika terjadi turbulensi. Pedoman ini juga menyarankan agar layanan dalam penerbangan berakhir 40 menit sebelum mendarat pada rute jarak menengah dan jauh, serta 15 menit sebelum mendarat pada rute jarak pendek.
Ini adalah penyesuaian sekitar 20 menit lebih awal dari praktik sebelumnya. Maskapai penerbangan besar, seperti Korean Air dan Asiana Airlines, sudah mulai menerapkan kebijakan ini. Maskapai penerbangan berbiaya rendah lainnya pun menyatakan kesediaan mereka mempertimbangkan rekomendasi pemerintah.
Â
Advertisement
Aturan Penyajian Makanan Panas
Pedoman baru ini juga menyarankan maskapai penerbangan untuk meninjau risiko yang terkait dengan penyajian sup dan teh panas di dalam pesawat. Korean Air, misalnya, telah menangguhkan layanan mi instan di kelas ekonomi untuk mencegah luka bakar yang disebabkan oleh turbulensi.
Selain itu, maskapai penerbangan akan meningkatkan pengumuman dalam penerbangan untuk mengingatkan penumpang agar selalu mengenakan sabuk pengaman selama penerbangan. Dalam tiga tahun terakhir, turbulensi udara menyebabkan 111 kecelakaan penerbangan di seluruh dunia, mencakup 61,7 persen dari total 180 kecelakaan.Â
Maskapai penerbangan Korea melaporkan 14.820 kasus turbulensi udara dalam enam bulan pertama tahun ini, yang sudah mencapai 72 persen dari total tahun lalu. Angka ini 78 persen lebih tinggi dari periode yang sama pada 2019.Â
Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi juga memperkenalkan empat langkah baru yang dikembangkan dengan masukan dari para ahli di seluruh industri penerbangan, akademisi, dan bidang penelitian. Otoritas tersebut akan memperluas pembagian data antara badan meteorologi milik negara dan swasta serta maskapai penerbangan.Â
Informasi Akurat Turbulensi ke Pilot
Ini akan memberikan informasi waktu nyata kepada pilot tentang turbulensi yang ada, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan penerbangan yang lebih tepat. Layanan data meteorologi privat, seperti International Air Transport Association (IATA) Turbulence Aware dan Weather Service International Total Turbulence Automated Alerting (WSI-TTA), akan dapat diakses oleh semua penerbangan.
Ini juga termasuk maskapai berbiaya rendah (LCC). Agar pilot mendapatkan informasi yang lebih baik, kementerian juga akan memperluas ketersediaan Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS) untuk lebih banyak pilot.  Â
Di samping itu, platform berbagi informasi meteorologi penerbangan baru akan diperkenalkan bekerja sama dengan Kantor Meteorologi Penerbangan negara tersebut. Langkah lain difokuskan pada pelatihan pilot dan pramugari untuk merespons turbulensi dengan lebih baik selama penerbangan dengan menyelenggarakan seminar dan lokakarya bagi awak pesawat secara berkala.
Untuk meningkatkan kesadaran penumpang tentang turbulensi, kementerian bakal mewajibkan maskapai untuk lebih sering mengumumkan turbulensi di kabin. Selain itu, otoritas akan memperketat pedoman untuk memastikan keselamatan penumpang dengan membatasi layanan makanan dalam pesawat selama pendaratan dan mewajibkan sabuk pengaman tetap terpasang setiap saat.
Advertisement