Liputan6.com, Jakarta - Seorang turis Amerika Serikat berusia 30 tahun baru saja menyelesaikan liburannya di Hawaii, Jepang, dan Thailand. Setelah kembali ke tempat asalnya, ia tak menyangka membawa oleh-oleh tak diharapkan di tubuhnya, yakni cacing parasit langka.
Perempuan asal New England, Amerika Serikat itu alanya mengalami kelelahan setelah pulang yang dianggap bagian dari jet lag usai perjalanan panjang. Namun, kesehatannya memburuk setelah mengalami sakit kepala yang menyiksa dan sensasi terbakar yang misterius di kakinya perlahan menjalar ke lengannya.
Baca Juga
Ia kemudian mendatangi ruang UGD di rumah sakit setempat, tapi dokter tidak menemukan keanehan. Karena itu, ia hanya diberi obat penenang kecemasan dan disuruh pulang.
Advertisement
Perempuan itu baru kembali ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan lanjutan setelah mengalami kebingungan. Dokter kemudian mendiagnosis penyakitnya sebagai angiostrongyliasis, yaitu infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Angiostrongylus cantonensis. Infeksi ini lebih dikenal dengan sebutan cacing paru tikus.
Mengutip The Sun, Selasa (18/2/2025), kebanyakan orang mengalami gejala ringan atau tanpa gejala apa pun, namun parasit ini dapat menginfeksi otak dan menyebabkan sakit kepala, leher kaku, muntah, serta masalah otak dan saraf. Parasit juga dapat menyebabkan meningitis (meningitis eosinofilik), yaitu peradangan pada cairan dan selaput yang ada di otak dan sumsum tulang belakang.
Kasus wanita tersebut dipublikasikan di New England Journal of Medicine. Dr Carlos A. Portales Castillo yang merawat turis Amerika di Rumah Sakit Umum Massachusetts, adalah salah satu penulis studi kasus ini.
Cacing Endemik di Hawaii
Menurut jurnal tersebut, Dr Joseph Zunt, seorang ahli saraf dan spesialis infeksi mengamati penyebab angiostrongyliasis pada wanita tersebut. Dijabarkan bahwa pada minggu pertama perjalanan liburannya, wanita tersebut menghabiskan waktu di Bangkok, Thailand.
Dia menjelajahi kota dan menikmati berbagai jajanan pinggir jalan, namun menghindari hidangan mentah. Dia kemudian menghabiskan lima hari di Tokyo, Jepang, sebagian besar tinggal di hotelnya dan menikmati sushi untuk sebagian besar makanannya.
"Di Hawaii dia berenang di laut beberapa kali dan sering makan salad dan sushi," kata Castillo.
Zunt menulis bahwa parasit cacing paru-paru tikus adalah 'endemik' di Hawaii dan mudah ditemukan. "Penularan dapat terjadi melalui berbagai sumber: konsumsi siput atau siput yang terinfeksi mentah atau kurang matang; konsumsi sayuran atau buah-buahan yang terkontaminasi oleh siput, siput, atau cacing pipih yang terinfeksi, atau melalui lendir dari siput atau siput yang mengandung larva menular; atau konsumsi inang paratenik yang terinfeksi (misalnya kepiting darat, udang air tawar, atau katak) yang telah memakan siput yang terinfeksi," ia menguraikan.
Advertisement
Nasib Turis Amerika yang Terinfeksi Cacing di Otak
Dijelaskan pula bahwa siput dapat terinfeksi dari kotoran tikus yang terinfeksi, yang juga dapat tertular dari memakan siput yang terinfeksi. Tikus juga memuntahkan telur dari paru-parunya dan kemudian memakannya yang dinyatakan dalam jurnal tersebut sebagai "siklus hidup yang rumit".
Menguti The Thaiger, Hawaii telah melaporkan wabah kecil cacing parasit yang menimbulkan kekhawatiran bagi wisatawan di seluruh dunia, dalam beberapa tahun terakhir. Sayangnya, negara bagian AS itu telah menjadi surga bagi cacing gelang, karena tikus menyebarkan larva melalui kotorannya, yang kemudian diserap oleh siput dan siput lendir yang tidak curiga yang akhirnya masuk ke dalam makanan, seperti sayuran mentah dan makanan lezat seperti ikan mentah.
Terkait nasib turis Amerika yang terinfeksi, ia berhasil pulih kembali. Itu dilakukan lewat pengobatan steroid selama 14 hari. Ia beruntung karena intervensi diberikan setelah dokter menemukan bahwa cacing itu bergerak menuju otak, menyebabkan sensasi terbakar, tetapi biasanya mati sebelum mencapai dewasa.
Infeksi Cacing Sebabkan Gangguan di Testis
Tak hanya di otak, infeksi cacing juga ternyata menyebabkan masalah pada seorang pria berusia 80 tahun di India. Ia awalnya mengeluhkan penemuan darah di urinenya. Meski terlihat seperti gejala infeksi saluran kemih, dokter yang memeriksa pria itu menemukan hal lain yang mengejutkan.
Dokter yang memeriksa menemukan kulit abnormal di testis kanan pria itu yang membesar. Hasil CT scan pria itu menunjukkan terdapat kantung berisi cairan di sekitar testisnya yang mulai mengapur dengan endapan kalsium.
Mengutip dari Live Science, kantung berisi cairan yang disebut hidrokel itu bukan bagian dari anatomi testis. Namun, kantung itu bisa berkembang sebagai respons terhadap infeksi.
Penyebab paling umum dari kantung berisi cairan tersebut adalah limfatik filariasis, yakni infeksi yang disebabkan oleh spesies cacing parasit tertentu. Biasanya, larvanya ditransmisikan ke manusia lewat gigitan nyamuk dan berkembang menjadi dewasa di pembuluh limfatik.
Cacing jenis ini biasa ditemukan di daerah tropis, termasuk di India dengan 40 persen kasus filariasis limfatik dunia terjadi. Secara global menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 25 juta pria yang terkena filariasis limfatik memiliki hidrokel dan 15 juta pria yang terkena filariasis limfatik mengalami pembengkakan di lengan atau kaki.
Advertisement
