Liputan6.com, Jakarta: Hingga Senin (5/2) malam, banjir yang menggenangi sebagian besar wilayah Ibu Kota belum surut. Di Karet Tengsin, Pasar Baru Barat I, Jakarta Pusat, lebih 2.500 orang warga memilih bertahan di rumah masing masing sembari berharap air akan surut. Sedangkan sebagian lainnya pindah sebuah sekolah swasta yang untuk sementara menjadi barak pengungsian.
Data dari petugas kesehatan di tempat pengungsian ini menunjukkan, dari 158 warga yang berobat di antaranya menderita diare, infeksi saluran pernapasan atas dan gatal-gatal. Selain karena banjir, penyakit datang lantaran sanitasi yang tidak memadai.
Selain itu, salah seorang warga di wilayah ini, Samsudin, meninggal karena usia lanjut. Meski sudah diminta mengungsi, keluarga Samsudin tetap bertahan hingga akhirnya kakek tua itu meninggal di dalam rumahnya yang tergenang air.
Sementara di Cilincing, Jakarta Utara, lebih dari 1.000 jiwa warga Kampung Kandang terpaksa mengungsi ke berbagai tempat, di antaranya ke sebuah masjid. Sebagian warga mengaku kelaparan karena belum mendapatkan bantuan apa pun. Tidak hanya itu, kondisi juga diperparah dengan tidak tersedianya sarana mandi, cuci dan kakus (MCK) serta dapur umum.
Di tempat lainnya, ribuan warga Kelurahan Tomang, Jakarta Barat, juga masih bertahan di Mal Roxy Square yang dijadikan tempat pengungsian. Salah satunya adalah Dian bersama bayinya yang masih berusia lima hari. Warga Rukun Tetangga 04/Rukun Warga 11 Tomang ini sudah berada di pengungsian sejak Jumat pekan silam. Penderitaan Dian makin bertambah karena kesehatannya belum pulih usai melahirkan, sementara sang suami sedang berada di luar kota.
Dian serta warga lainnya mengeluhkan belum meratanya bantuan makanan serta minimnya sarana MCK. Mereka juga berharap adanya bantuan pemeriksaan kesehatan gratis, mengingat kondisi kesehatan pengungsi yang semakin menurun.
Sedangkan Sungai Banjir Kanal Tomang yang merupakan terusan Sungai Ciliwung, hingga petang tadi masih meluap. Selain menggenangi rumah warga, luapan air juga menggenangi ruas Jalan Kiai Tapa, Grogol, Jakbar. Akibatnya, ruas jalan ini masih belum bisa dilalui kendaraan.
Begitu juga sebagian jalan tol menuju Bandar Udara Soekarno-Hatta seperti di persimpangan Grogol, masih tergenang air. Banyak kendaraan yang harus berputar arah, bahkan sepeda motor terpaksa memasuki jalan bebas hambatan [baca: Banjir Memacetkan Jakarta].
Korban tewas akibat banjir juga bertambah setelah dua warga ditemukan tak bernyawa di Sungai Ciliwung, Cikini, Jakarta Pusat. Korban bernama Irfan Wijaya (24 tahun) dan Henri Januardi (18 tahun) adalah warga RW 03, Cikini. Keduanya dinyatakan hilang sejak Ahad lalu ketika berusaha menyelamatkan temannya yang terbawa arus Sungai Ciliwung di belakang rumah mereka.
Sementara itu, hingga tadi malam jaringan telekomunikasi dan listrik di sebagian wilayah Jakarta, Tangerang dan Bekasi belum sepenuhnya normal. Pasalnya, berbagai gardu dan stasiun telepon masih terendam air. Akibatnya PT Telkom mengalami kerugian mencapai lebih dari Rp 1,5 miliar. Sedangkan kerugian Perusahaan Listrik Negara mencapai Rp 51 miliar [baca: Listrik dan Telepon Masih Mati].(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)
Data dari petugas kesehatan di tempat pengungsian ini menunjukkan, dari 158 warga yang berobat di antaranya menderita diare, infeksi saluran pernapasan atas dan gatal-gatal. Selain karena banjir, penyakit datang lantaran sanitasi yang tidak memadai.
Selain itu, salah seorang warga di wilayah ini, Samsudin, meninggal karena usia lanjut. Meski sudah diminta mengungsi, keluarga Samsudin tetap bertahan hingga akhirnya kakek tua itu meninggal di dalam rumahnya yang tergenang air.
Sementara di Cilincing, Jakarta Utara, lebih dari 1.000 jiwa warga Kampung Kandang terpaksa mengungsi ke berbagai tempat, di antaranya ke sebuah masjid. Sebagian warga mengaku kelaparan karena belum mendapatkan bantuan apa pun. Tidak hanya itu, kondisi juga diperparah dengan tidak tersedianya sarana mandi, cuci dan kakus (MCK) serta dapur umum.
Di tempat lainnya, ribuan warga Kelurahan Tomang, Jakarta Barat, juga masih bertahan di Mal Roxy Square yang dijadikan tempat pengungsian. Salah satunya adalah Dian bersama bayinya yang masih berusia lima hari. Warga Rukun Tetangga 04/Rukun Warga 11 Tomang ini sudah berada di pengungsian sejak Jumat pekan silam. Penderitaan Dian makin bertambah karena kesehatannya belum pulih usai melahirkan, sementara sang suami sedang berada di luar kota.
Dian serta warga lainnya mengeluhkan belum meratanya bantuan makanan serta minimnya sarana MCK. Mereka juga berharap adanya bantuan pemeriksaan kesehatan gratis, mengingat kondisi kesehatan pengungsi yang semakin menurun.
Sedangkan Sungai Banjir Kanal Tomang yang merupakan terusan Sungai Ciliwung, hingga petang tadi masih meluap. Selain menggenangi rumah warga, luapan air juga menggenangi ruas Jalan Kiai Tapa, Grogol, Jakbar. Akibatnya, ruas jalan ini masih belum bisa dilalui kendaraan.
Begitu juga sebagian jalan tol menuju Bandar Udara Soekarno-Hatta seperti di persimpangan Grogol, masih tergenang air. Banyak kendaraan yang harus berputar arah, bahkan sepeda motor terpaksa memasuki jalan bebas hambatan [baca: Banjir Memacetkan Jakarta].
Korban tewas akibat banjir juga bertambah setelah dua warga ditemukan tak bernyawa di Sungai Ciliwung, Cikini, Jakarta Pusat. Korban bernama Irfan Wijaya (24 tahun) dan Henri Januardi (18 tahun) adalah warga RW 03, Cikini. Keduanya dinyatakan hilang sejak Ahad lalu ketika berusaha menyelamatkan temannya yang terbawa arus Sungai Ciliwung di belakang rumah mereka.
Sementara itu, hingga tadi malam jaringan telekomunikasi dan listrik di sebagian wilayah Jakarta, Tangerang dan Bekasi belum sepenuhnya normal. Pasalnya, berbagai gardu dan stasiun telepon masih terendam air. Akibatnya PT Telkom mengalami kerugian mencapai lebih dari Rp 1,5 miliar. Sedangkan kerugian Perusahaan Listrik Negara mencapai Rp 51 miliar [baca: Listrik dan Telepon Masih Mati].(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)