Polisi Tembak Polisi, Pukulan Telak Kapolda Metro Jaya Baru

AKBP Pamudji tewas di tangan anak buahnya, Brigadir Susanto di Mapolda Metro Jaya, Selasa 18 Maret malam.

oleh Edward Panggabean diperbarui 19 Mar 2014, 10:26 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2014, 10:26 WIB
Pistol
(Antara Foto)

Liputan6.com, Jakarta - AKBP Pamudji tewas di tangan anak buahnya, Brigadir Susanto di Mapolda Metro Jaya, Selasa 18 Maret malam. Insiden itu pun dinilai sebagai pukulan telak bagi korps Bhayangkara, khususnya Polda Metro Jaya.

"Sebab kasus penembakan itu terjadi saat Kapolda Metro Jaya dan jajarannya sedang melakukan acara pisah sambut antara Kapolda lama dengan Kapolda baru di Auditorium PTIK," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (19/3/2014).

Peristiwa itu dinilai telah mencoreng dan mencederai situasi keamanan Jakarta yang sangat kondusif setelah 3 hari masa kampanye Pemilu 2014. Bila pada tahun-tahun sebelumnya muncul tren aksi penembakan misterius terhadap polisi, kini yang terjadi adalah polisi menembak polisi.

"Kasus ini harus dituntaskan dengan cepat. Jika tidak dikhawatirkan akan menjadi tren, yakni anak buah yang emosional akan dengan gampang menembak atasannya," ujar Neta.

Belajar dari peristiwa tersebut, Neta meminta Polri harus kembali mengevaluasi penggunaan senjata api di jajarannya. Tes psikologi secara reguler terhadap polisi pemegang senjata api harus dilakukan dengan serius. Tujuannya agar kasus serupa tak terulang, apalagi di Jakarta sebagai barometer kamtibmas Indonesia.

"Bagaimana pun peristiwa ini telah menjadi pukulan psikologis bagi Kapolda baru Irjen Dwi Priyanto. Karena itu para pimpinan Polri harus menyadari bahwa belakangan ini cukup banyak polisi yang stres."

"Mungkin tekanan tugas yang tinggi, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta kerap membuat polisi tidak punya waktu luang, sementara penghasilan mereka sangat terbatas kerap memunculkan problem di rumah tangga," imbuh dia.

Menurutnya, polisi stres akibat tekanan psikologi yang berat itu kerap menimbulkan 2 hal. Pertama, polisi gampang bunuh diri --trennya meningkat dari tahun ke tahun. Kedua, polisi gampang kalap dan emosional serta gampang melepaskan tembakan, termasuk kepada rekannya atau atasannya.

"Kondisi ini perlu dicermati agar kasus polisi tembakan polisi atau polisi tembak atasan tidak terus berulang," tandas Neta.

Kepala Detasemen Polda Metro Jaya AKBP Pamuji ditembak anak buahnya Brigadir Susanto di ruang piket Yanma Polda Metro Jaya. AKBP Pamuji tewas seketika akibat luka tembak di kepala.

Menurut keterangan salah satu saksi, Aiptu Dede Mulyani yang berada di lokasi bersama korban dan pelaku sebelum kejadian, antara atasan dan anak buah itu sempat terjadi cekcok mulut beberapa saat sebelum terjadi penembakan.

Namun, hanya sesaat setelah saksi meninggalkan ruang tempat korban dan pelaku terlibat adu mulut atau tepatnya pukul 21.50 WIB letupan tembakan langsung terdengar sebanyak 2 kali.

Pelaku kemudian langsung diamankan di ruang piket Provost Polda Metro Jaya. Sementara korban yang sudah tewas di lokasi sempat diperiksa ruang medis sebelum akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta. (Shinta Sinaga)

Baca juga:

AKBP Pamuji Sempat Cekcok dengan Anak Buah Sebelum Ditembak

AKBP Pamuji Ditembak Anak Buah karena Tidak Terima Dimarahi?

Jenazah Kadenma Polda Metro Jaya Dibawa ke RS Kramat Jati

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya