Riyo si Anak Buruh Tani Tembus Fakultas Kedokteran UGM

Di rumah sederhana di Dusun Pencitrejo, Dlingo, Bantul, DIY itu, calon dokter dibesarkan oleh pasangan buruh tani, Sukamto dan Sugiyem.

oleh Yanuar H diperbarui 06 Agu 2014, 13:19 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2014, 13:19 WIB
Riyo si Anak Buruh Tani Tembus Fakultas Kedokteran UGM
Di rumah sederhana di Dusun Pencitrejo, Dlingo, Bantul, DIY itu, calon dokter dibesarkan oleh pasangan buruh tani, Sukamto dan Sugiyem. (Fathi Mahmud/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Riyo Pungki Irawan (18) tersenyum lebar bersama ibundanya, Sugiyem di depan rumah mereka yang masih beralaskan tanah dan beratapkan asbes. Di rumah sederhana di Dusun Pencitrejo, Dlingo, Bantul, DIY itu, calon dokter dibesarkan oleh pasangan buruh tani, Sukamto dan Sugiyem.

Riyo adalah anak semata wayang pasangan itu. Meski keluarganya cuma buruh tani, namun tak menyurutkan keinginan Riyo untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Terbukti, Riyo berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

Dia berhasil masuk ke kampus favorit itu lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Riyo juga tak perlu mengkhawatirkan masalah biaya. Berkat beasiswa Bidikmisi, dia digratiskan dari biaya kuliah.

Bangga, sudah pasti.

"Nggak sempat kebayang diterima, dulu pasrah diterima atau tidaknya di Kedokteran. Saingannya kan ketat, pasti teman-teman dari seluruh Indonesia, khususnya dari luar Yogyakarta yang cerdas-cerdas juga memilih kedokteran" kata Riyo di kediamannya, Bantul, DIY, Rabu (6/8/2014).

Riyo bercerita, dari kecil dia memang bercita-cita menjadi dokter. Di kampungnya, hanya ada 2 dokter dan 1 mantri yang melayani seluruh masyrakat di satu desa.

"Apalagi di sini, dokter berasal dari luar desa. Penginnya ada dokter dari kampung sendiri," ucap Riyo.

Riyo sudah terbiasa hidup sederhana. Dia memahami penghasilan ayah dan ibunya sebagai buruh tani yang tak tetap. Pemuda ini juga tidak pernah memaksa dibelikan kendaraan untuk kebutuhan transportasinya ke sekolah.  

Ayah dan ibunya hanya membekalinya uang sekitar Rp 100 ribu untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kecil, tapi butuh perjuangan besar bagi Sukamto dan Sugiyem untuk mendapatkannya.

"Kadang dikasih lebih, kadang kurang," kenang lulusan siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta itu.

Kendati hidup serba kekurangan, tetap tidak mengendorkan semangat Riyo dalam belajar. Bahkan Riyo selalu berprestasi di kelas. Tidak hanya ranking di kelas, Riyo juga memiliki prestasi gemilang dalam berbagai bidang.

Seperti juara 1 lomba debat tingkat nasional yang dilaksanakan Kemendikbud di Bogor, Jawa Barat tahun 2012 dan juara 2 lomba cerdas cermat bidang pendidikan kewarganegaraan di Yogyakarta pada tahun yang sama.

Sugiyem, ibunda Riyo, tidak bisa menyembunyikan rasa senang dan bahagianya karena sang putra bisa diterima dan kuliah secara gratis di Fakultas Kedokteran UGM.

"Semoga cita-citanya tercapai dan menjadi anak yang sukses," doa Sugiyem. (Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya