Liputan6.com, Jakarta - Didong adalah kesenian rakyat Dataran Tinggi Gayo di Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Kesenian ini memadukan olah vokal, tari, dan sastra menjadi satu rangkaian.
Seperti ditayangkan Potret Menembus Batas SCTV, Senin (18/8/2014), satu kelompok atau kelop terdiri dari ceh (seniman didong), pemimpin didong, dan penunung (anggota kelompok). Jumlah satu kelompok bisa mencapai 30 orang.
Ceh menjadi sosok sentral menentukan urutan syair dan petuah. Bakat seni dan olah vokal yang mumpuni menjadi suatu keharusan bagi seorang ceh. Ceh juga dituntut kreatif, termasuk saat pentas.
Kabri salah seorang ceh mengatakan, didong bukan sekadar seni. Didong menyatu dalam setiap sendi kehidupan warga sekitar danau Laut Tawar di Takengon, Aceh Tengah, Aceh.
Didong juga bukan semata-mata seni berbalas syair. Didong menjadi wahana interaksi warga dan perekat struktur sosial masyarakat Gayo.
Keindahan serta kesuburan Dataran Tinggi Gayo adalah nikmat tak terhingga dan berkah yang melimpah dari Tuhan semesta alam. Seperti wilayah lain di Tanah Rencong, Islam menjadi pegangan hidup masyarakat Gayo.
Di Dataran Tinggi Gayo, didong menjadi media syiar paling penting dalam sejarah perkembangan Islam. Melalui didong, para ulama dan mubaligh memanfaatkan seni sebagai sarana berdakwah.
Beberapa pendapat menyelimuti makna didong. Didong diyakini berasal dari kata din dan dong yang berarti agama dan dakwah. Pendapat lain mengatakan, didong mendekati kata denang yang artinya nyanyian sambil bekerja untuk menghibur hati.
Terlepas dari perbedaan pendapat, didong merupakan identitas masyarakat Gayo khususnya di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, Provinsi Aceh.
Dalam perkembangannya, unsur dakwah tidak lagi kental dalam tradisi didong. Perubahan besar terjadi saat masa penjajahan. Syair pun berubah. Dan didong telah menjadi medium kritik sosial maupun protes terhadap penguasa.
Seberapa penting kesenian didong dalam kehidupan masyarakat Dataran Tinggi Gayo? Saksikan penelusuran selengkapnya di video di bawah ini.
Didong, Syiar Dalam Syair dari Tanah Rencong
Didong bukan semata-mata seni berbalas syair. Didong menjadi wahana interaksi warga dan perekat struktur sosial masyarakat Gayo.
Diperbarui 18 Agu 2014, 05:56 WIBDiterbitkan 18 Agu 2014, 05:56 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Keren, Aneka Kerajinan Tangan Warga Binaan Rutan Maumere
Reaksi KH Quraish Shihab usai Real Madrid Dihajar Arsenal di UCL, Singgung Ancelotti
Hasil Liga Champions: Barcelona Lumat Borussia Dortmund 4 Gol, PSG Bungkam Aston Villa
Warga Depok Bingung Muncul Opsen Pajak di Lembar STNK Usai Pemutihan, Ini Penjelasannya
350 Kata Semangat Pagi yang Menginspirasi untuk Memulai Hari
Sungai Tamborasi, Keajaiban Alam 20 Meter yang Mengalir ke Teluk Sulawesi
Cara Membuat Chia Pudding Timun Kelapa, Menu Sarapan untuk Bantu Menurunkan Berat Badan
Profil Ryan Adriandhy, Komika yang Kini Sukses Debut sebagai Sutradara Film Jumbo
Mengenal Fosil Duonychus, Nenek Moyang Kukang
Tradisi Minum Air Bekas Cuci Kaki Ibu, Apakah Dibenarkan dalam Islam? Buya Yahya dan UAS Menjawab
Sakit Hati Bikin Pemuda Kalap dan Bunuh Bapak Kandungnya
Respons KPK soal Wacana Memiskinkan Keluarga Koruptor