Liputan6.com, Jakarta - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pesimistis pemerintahan Jokowi-JK dapat merealisasikan sejumlah agenda penegakan HAM. Koordinator Kontras Haris Azhar mengatakan, dalam perayaan Hari HAM sedunia yang jatuh 10 Desember 2014 masih diwarnai tragedi-tragedi kemanusiaan yang mereduksi agenda akuntabilitas negara.
"Politik pencitraan seharusnya dijadikan energi untuk merebut dukungan publik dan memopuliskan isu-isu HAM pada banyak sektor seperti pembangunan, hukum, politik, dan relasi warga negara," kata Haris Azhar di Cikini, Jakarta, Minggu (14/12/2014).
Dalam catatan akhir tahun, Kontras memotret dimensi pemenuhan akuntabilitas negara lewat 3 indikator utama, mulai dari pertanggungjawaban negara (state responsibility), kemampuan negara menjawab tantangan-tantangan HAM (state answerbility), dan kapasitas negara dalam menegakkan agenda kebijakan, hukum, dan instrumen HAM (state enforceability).
"Sejumlah sektor publik yang harusnya layak mendapat sorotan akuntabilitas berdimensi HAM seperti pembangunan, politik, hukum, etika, maupun bisnis, dan aktivisme masih minim dapat perhatian pemerintah," ucap Haris.
Padahal, sambung dia, dalam kampanye pemilu yang lalu, Jokowi gencar menjanjikan penanganan kasus pelanggaran HAM. Tak tanggung-tanggung, Jokowi pun telah membuat agenda Nawacita yang di dalamnya terdapat penanganan kasus pelanggaran HAM.
"Jokowi muncul dengan agenda Nawacita atau isu-isu HAM. Akan tetapi dalam 2 bulan (menjabat) tidak ada yang disasar," tegas Haris.
Malahan, kata Haris, Jokowi memiliki kecenderungan hanya menangani kasus-kasus pelanggaran HAM yang membuat pemerintahannya nyaman. Dengan kata lain, Jokowi terlihat ogah menyelesaikan permasalahan HAM yang diduga telah melibatkan orang sekeliling dia.
"(Pemerintah Jokowi) bicara masalah hukuman mati tapi tidak bicara masalah Talangsari. Di dua bulan pemerintahan Jokowi banyak indikasi pemerintahannya enggan untuk menyelesaikan pelanggran HAM berat. Ada pilih-pilih dan arahnya mengambil kasus yang minim risiko tapi yang berat dihindari," terang Hariz.
"Munir terkait agen-agen BIN di tingkat tinggi tapi diam. Kalau cuma yang kecil-kecil saja kita nggak butuh selevel presiden. Harusnya presiden bicara yang lebih," tutup Hariz. (Mut)
Evaluasi 2 Bulan Kinerja Jokowi-JK Terkait Penegakan HAM
Kontras pesimistis pemerintahan Jokowi-JK dapat merealisasikan sejumlah agenda penegakan HAM.
Diperbarui 14 Des 2014, 14:53 WIBDiterbitkan 14 Des 2014, 14:53 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Perkuat Kepedulian Sosial, DWP Kemensos Salurkan Bantuan ATENSI dan Donasi ke Sentra Handayani
Danantara Harus Bebas dari Kepentingan Politik
Jelang Ramadan, Pemerintah Akan Operasi Pasar di 4.000 Titik Mulai Pekan Depan
Darah Implantasi Seperti Apa: Panduan Lengkap Mengenali Tanda Awal Kehamilan
150 Kepanjangan THR Lucu Bikin Ngakak, Meriahkan Lebaran Bersama Keluarga
Saksikan Sinetron Ikrar Cinta Suci Episode Jumat 21 Februari Pukul 19.55 WIB di SCTV, Simak Sinopsisnya
Memahami Karakter dan Kepribadian: Perbedaan, Tipe, dan Pengaruhnya
Nusron Wahid: Jangan #KaburAjaDulu, Nanti Jadi Gelandangan di Luar Negeri
Jarang Diketahui, Inilah Alasan Tidur saat Puasa Berpahala Besar Menurut Gus Baha
VIDEO: Soal Hasto Ditahan, PDIP: Ini Penahanan Politik dan Serangan Terhadap Partai
Adegan Asmara Gen Z di SCTV: Kiara Sesak Napas, Gema Kasih Semangat untuk Olahraga Bareng
Aksi Michael Douglas Dalam Black Rain di Vidio: Perang Geng Yakuza yang Mendebarkan di Osaka