Liputan6.com, Jakarta - Penantian sejak 28 Desember 2014 terjawab sudah di tengah-tengah perairan Selat Karimata. Pagi itu air laut memuntahkan apa yang ditelannya. Hempasan ombak mengantarkan kelegaan sekaligus kepedihan dalam penantian.
Di seberang lautan sana, Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur berselimut duka. Isak tangis membahana di salah satu sudut ruangan di bandara itu. Ada yang berteriak hingga pingsan.
Dari tayangan televisi di sudut bandara itu, mereka menyaksikan Kepala Basarnas Marsdya TNI F Henry Bambang Sulistyo mengumumkan kepingan pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang sejak 3 hari lalu telah ditemukan berikut dengan 3 jenazah korban.
Advertisement
"Saya pastikan benda-benda itu adalah bagian dari pesawat yang kita cari (AirAsia QZ8501)," kata Bambang di Kantor Basarnas, Jakarta, Selasa (30/12/2014).
Pahit yang Melegakan…
Beberapa kilometer dari Bandara Juanda, Soewarno tak bisa menyembunyikan wajah sendu di rumahnya di Malang, Jawa Timur. Harapannya untuk bisa bertemu dengan sang menantu, Nanang Priyo Widodo makin tipis. 28 Desember 2014 lalu, Nanang ikut menumpang AirAsia QZ8501 yang rencananya terbang ke Singapura.
Air mata membayang di wajahnya. Meski sedih, Soewarno tak larut. Dia mengakui kabar terlacaknya jejak pesawat nahas tersebut memberikan kelegaan dalam hatinya.
"Mendengar kabar ada penemuan jenazah, saya sedikit lega. Karena lokasi jatuhnya pesawat sudah diketahui," ujar Soewarno.
"Mendengar kabar ada penemuan jenazah, saya sedikit lega. Karena lokasi jatuhnya pesawat sudah diketahui."
Sementara itu penyisiran di tengah laut terus berlangsung. Ada tas dan koper berwarna biru di antara pintu darurat pesawat, perosotan karet darurat, respirator assembly flight truck, part number, dan serial number yang ditemukan dari perairan Kalimantan dekat Selat Karimata.
Â
Semua bermula pada pukul 08.00 WIB, ketika pesawat C-295 TNI AU menemukan benda warna putih dari ketinggian laut. Lalu pukul 10.05 WIB, pesawat tersebut kembali menemukan serpihan benda mengapung pada posisi 43 derajat. Kemudian pukul 11.30 WIB, pesawat C-130 TNI AU A 1319 menemukan potongan logam.
Jam berganti jam, pencarian berujung pada penemuan 3 jenazah korban. Semua temuan-temuan itu bakal dievakuasi ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah sebelum dibawa ke Surabaya, Jawa Timur untuk diidentifikasi.
Kapolri Jenderal Sutarman mengatakan, tim Informasi Teknologi (IT) Polri ikut andil dalam melacak jejak AirAsia. Polri, kata dia, memanfaatkan sinyal telepon seluler (ponsel) untuk melacak lokasi pesawat dan keberadaan korban.
"Kadang penumpang ada yang lupa (nonaktifkan). Kita minta penumpang yang megang HP siapa (untuk nonaktifkan). Kemudian saat dia bawa HP, mungkin lupa dimatikan. Kita ada beberapa nomor HP di antaranya itu ada di sini," kata Sutarman.
Sebelum dinyatakan menghilang pada Minggu pagi itu, pesawat yang dipiloti Kapten Iriyanto tersebut hilang kontak dari radar. Beberapa saat setelah mengudara. Saat itu, pesawat nahas tersebut tengah menunggu konfirmasi dari menara pengawas Jakarta (air traffic controller/ATC) untuk menaikkan ketinggian.
Sementara ketika itu ATC Jakarta juga tengah menunggu konfirmasi dari ATC di Singapura untuk menjawab kontak dari AirAsia QZ8501. Belum sempat dikonfirmasi, pesawat itu sudah menghilang.
Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Marsekal Muda Hadiyan Sumintaatmadja menilai, pesawat hancur setelah sempat tenggelam. Karena itu, fisik penumpang maupun pesawat baru muncul beberapa hari setelah hilang.
Meski pahit, nasib AirAsia bisa dibilang lebih beruntung dari Adam Air DHI 574 yang juga menghilang pada 1 Januari 2007 silam. Seperti AirAsia QZ8501, pesawat Boeing 737-400 bernomor registrasi PK-KKW itu juga tinggal landas dari Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur. Namun kemudian hilang begitu saja tanpa ada jejak.
8 Bulan kemudian titik terang muncul. Pesawat diduga jatuh di perairan Majene, Sulawesi Barat. Dugaan ini berdasarkan penemuan kotak hitam di perairan Majene pada 27 Agustus 2007. Tahun berganti tahun, namun belum ada satu pun jenazah yang ditemukan. (Ndy)