Tanggapi Imbauan Kedubes AS, Walikota Risma Sebut Surabaya Aman

Walikota Risma sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian di Surabaya sehingga dia yakin saat ini Surabaya dalam kondisi aman.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 05 Jan 2015, 08:53 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2015, 08:53 WIB
4-walikota-surabaya-lapor-140120c.jpg
Walikota Surabaya Risma Triharini (Liputan6.com/JohanTallo).

Liputan6.com, Surabaya - Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia di Jakarta mengeluarkan peringatan keamanan bagi warganya yang tinggal atau tengah berada di Surabaya, Jawa Timur. Kedubes AS menilai adanya potensi ancaman terkait hotel-hotel dan bank-bank di Surabaya yang dianggap punya hubungan dengan AS.

Menanggapi pernyataan itu, Walikota Surabaya Tri Rismaharani mengatakan, sampai saat ini Surabaya aman. Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian di Surabaya sehingga Risma pun yakin saat ini Surabaya dalam kondisi aman.

"Insya Allah aman. Saya yakin nggak ada apa-apa. Insya Allah ya nggak ada apa-apa. Pak kapolres (Kombes Pol Setija Junianta) tanya ke kedubes, itu ada nggak, nggak ada apa-apa," kata Risma di Mapolda Jawa Timur, Minggu (4/1/2015).

Sementara itu, di lokasi yang sama, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anas Yusuf mengaku belum menerima surat resmi terkait imbauan Kedubes AS kepada warganya yang ada di Surabaya. Ia justru mengetahui dari media online dan media sosial.

"Secara official letter, belum menerima. Tapi saya juga membaca di media sosial, di berbagai media online, tentunya saya harus melakukan antisipasi, dengan menempatkan personel dan deteksi dini terhadap kemungkinan adanya travel warning," tutur Anas Yusuf.

Anas menegaskan, pernyataan dari kedubes AS sama sekali tidak ada kaitannya dengan hilangnya pesawat AirAsia QZ8501. Tapi Anas mengaku belum mengetahui maksud dan alasan dari pernyataan itu. Ia bahkan menambahkan tidak ada kebijakan untuk Siaga 1 di Surabaya atau di Jawa Timur khususnya.

"Saya nggak tahu persoalannya, tapi yang jelas tidak ada kaitan dengan AirAsia," pungkas Anas.

Sebelumnya, pemerintah AS menganggap Indonesia berhasil memberantas kelompok militan lokal menyusul serangan pada 2000-an yang menyasar warga negara asing dan fasilitas-fasilitas asing. Apalagi pihak kepolisian kemudian menangkap dan melumpuhkan sejumlah petinggi kelompok tersebut.

Namun, kekhawatiran baru muncul ketika sejumlah warga Indonesia dikabarkan bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Polri bahkan memastikan bahwa ada 110 WNI yang pergi ke Timur Tengah untuk bergabung dengan kelompok itu. (Ado)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya