Ahok: Nenek di Kursi Roda Itu Disandera Pengacara, Bukan Warga

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sempat dibuat naik pitam oleh seorang pria yang mengadukan sengketa lahan.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 20 Feb 2015, 11:50 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2015, 11:50 WIB
Kilas Balik Ahok, Gubernur Baru Jakarta
Ahok terkenal temperamental. Ia meledak-ledak. Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos membuat sebagian orang memuji dan sebagian lainnya mencibirnya (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Rabu 18 Februari siang, sempat dibuat naik pitam oleh seorang pria, yang mengadukan sengketa lahan yang kini dibangun Rumah Sakit Puri Indah, Jakarta Barat‎.

‎Laki-laki yang diketahui bernama Khaerudin itu juga membentak Ahok sambil menunjuk-nunjuk sang Gubernur dan mencegat mobil dinas gubernur dengan menempatkan seorang nenek di kursi roda di depan mobil tersebut. Adu mulut keduanya pun tak terelakkan.

Ahok menduga ‎pria yang mencegatnya 2 hari lalu itu adalah seorang pengacara yang berusaha memenangkan kasus tanah girik garapan. Ia meluruskan dirinya bukan marah-marah pada warga.

"Kalian nggak tahu persoalannya kan. Itu bukan warga, tapi pengacara yang mau memenangkan kasus tanah girik garapan orang. ‎Lalu itu dia bagi hasil pasti umumnya," kata Ahok di Balaikota, Jakarta, Jumat (20/2/2015).

Mantan Bupati Belitung Timur itu juga menuturkan nenek di kursi roda hanya dimanfaatkan pengacara tersebut. Ia melihat sang nenek begitu lemas, seakan-akan tidak paham apa yang terjadi.

"Nenek itu yang saya salamin nggak ‎buka mata, sudah saking lemes gitu. Anak perempuannya minta maaf kok melihat kelakuan orang yang dia suruh kayak gitu. Itu namanya mau menyandera orang‎," imbuh Ahok.

Terkait tanah garapan tersebut, Ahok mengatakan tanah tersebut tidak bisa diwariskan karena bukan milik orang yang menggarapnya. Pengacara yang marah-marah tersebut, lanjut Ahok, berusaha mendapatkan surat untuk bisa diajukan ke pengadilan sebagai bukti kuat.

"‎Ada namanya oknum pengacara yang nawarin bisa menang, tapi dia nggak bisa ke pengadilan karena nggak punya data. Dia mau maksa camat, lurah kami, kasih surat keterangan untuk memperkuat itu tanah dia. Baru dia bisa ngajuin ke pengadilan. Ya camat, lurah kita nggak mau kasih dong. Nah dia mau minta sama saya, saya nggak kasih dong," terang Ahok.

"Jadi bukan sama warga kita mau marah, cuma kalian nggak tahu masalahnya, kalian (wartawan) tulis seolah saya marah sama warga. ‎Itu salah," cetus Ahok.

Kepada Khaeruddin, Ahok telah mencoba menjelaskan sengketa lahan bukan wewenang Pemprov DKI Jakarta untuk menyelesaikan, tapi di meja hijau. "Kalau permasalahan tanah bukan di saya, tapi di pengadilan," kata Ahok dengan nada tinggi di halaman Balaikota, Rabu lalu.

Khaeruddin yang tak terima penjelasan Ahok, ‎malah balik membentaknya. Bahkan, ia menyuruh seorang nenek di kursi roda menghadang mobil dinas gubernur. "Sudah ibu diam saja di situ (depan mobil dinas Ahok). Biar dia (Ahok) nggak bisa jalan," seru Khaerudin.

Pamdal dan petugas keamanan pun mencoba menasihati Khaerudin. "Bapak jangan jadikan ibu ini sebagai alat, kasihan ibunya sudah tua." Namun Khaerudin tak peduli dan kembali mengkritik Ahok. "Ini contoh pemimpin nggak benar urus warganya," seru Haerudin dengan nada meninggi seraya menunjuk ke arah Ahok.

Seorang pengawal pribadi Ahok, Ivan, langsung meraih dan 'mengunci' tangan Khaerudin hingga membuatnya terjatuh. Staf Pamdal langsung membawa Khaerudin ke ruang Pamdal yang berada di gerbang Balaikota. Setelah kondisi aman, ‎Ahok bergegas naik ke mobil dinasnya. "Tunggu saya jadi Presiden, ‎baru saya bisa selesaikan," ujar Ahok. (Tya/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya