Jokowi 'Kebanjiran' Pertemuan Bilateral Saat KAA

Konferensi Asia-Afrika ke-60 di Indonesia telah dibuka. Presiden Joko Widodo atau Jokowi langsung kebanjiran permintaan pertemuan bilateral.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 19 Apr 2015, 12:10 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2015, 12:10 WIB
Keakraban Jokowi dan Menlu China
Pertemuan antara Jokowi dan Wang Yi dilakukan secara tertutup di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (3/11/2014). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke-60 di Indonesia telah dibuka. Presiden Joko Widodo atau Jokowi langsung kebanjiran permintaan pertemuan bilateral.

"(Permintaan bilateral kepada Presiden Jokowi) Ada 19 negara," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Minggu (19/4/2015).

Banyaknya permintaan ini, dipastikan Retno akan diakamodir. Namun hal tersebut juga akan dicocokan dengan jadwal dari kedua kepala negara.

"Kami coba mengatur karena Presiden harus memimpin sidang dan bertemu beberapa pemimpin lain. Jadi kami coba untuk mencocokan jadwal dari Presiden dan kami akan akomodasi semua sebisa mungkin," jelas Retno.

Menurut dia, pengakomodiran permintaan pertemuan bilateral harus dilakukan. Sebab, negara-negara yamg meminta pertemuan adalah tamu Indonesia selama KAA.

Juru Bicara Kemlu, Arrmanatha Nasir menyebut sebelum KAA dimulai permintaan bilateral sudah deras. "Permintaan bilateral dengan Presiden Jokowi antara lain dari Tiongkok, Myanmar, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Iran, Palestina, Afsel, Zimbabwe, Mozambik, Nepal, Swaziland, Nepal, Yordania, Seychelles," sebut Arrmantha.

"Itu adalah kepala negara atau kepala pemerintahan yang minta pertemuan bilateral dengan Presiden," jelas pria yang kerap disapa Tata itu.

Pertemuan bilateral ditunjukkan untuk memperkuat hubungan Indonesia dengan negara-negara sahabat. Pertemuan yang bertepatan dengan KAA itu bertujuan memajukan relasi negara Asia-Afrika. (Mut)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya