Liputan6.com, Semarang - Sebelum dieksekusi regu tembak, ternyata Okwudili Oyatanze, terpidana kasus narkoba warga Nigeria pernah menulis surat untuk Presiden Jokowi. Namun, surat tersebut belum sempat terbacakan, dan baru dibaca setelah pemakaman.
Surat itu ditulis hingga 4 halaman kertas folio bergaris. Surat panjang itu diberi judul "God Bless Indonesia". Surat ditulis pada 22 Maret 2015, setelah tahu namanya berada dalam daftar narapidana yang hendak dieksekusi mati.
"Surat ditulis tangan oleh Dili tanggal 22 Maret saat dengar namanya masuk list eksekusi. Tapi dia baru berikan ke saya kemarin," kata pendamping rohani Dili, Rina di Panti Asuhan Eklesia, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Rabu (29/4/2015).
Dalam surat tersebut, Dili mengawali dengan menyapa Presiden Jokowi dan meminta maaf. Ia kemudian menceritakan kehidupannya yang kelam hingga akhirnya harus mendekam di penjara. Pria kelahiran 1974 itu sudah menjadi yatim sejak usia 7 minggu. Ia kemudian dibawa ibunya yang masih muda ke rumah nenek dan tinggal di sana.
"Aku dari Nigeria ke Indonesia tahun 1999. Saat itu aku dibawa sama ipar aku yang biasa bisnis garmen di Indonesia," kata Rina membacakan surat itu.
Dengan harapan besar bisa membantu saudaranya dalam bisnis garmen di Indonesia, ia datang ke Indonesia. Namun pekerjaan itu tidak mudah sehingga dengan sisa uang Rp 1 juta ia mulai memberanikan diri berjualan baju dan celana.
Diawali dari membeli pakaian di pasar Tanah Abang kemudian menjualnya dengan cara mendatangi pembeli. Sementara itu Dili tinggal di penginapan yang akhirnya bisa dijadikan show room. Banyak pihak yang mendukungnya termasuk warga Nigeria yang berkunjung ke Indonesia.
Saat bisnisnya meredup, pada Desember 2000, ia memiliki utang Rp 7,5 juta kepada seseorang bernama Robert yang juga pernah membantunya. Saat itu warga Nigeria yang biasa membantunya sedang pulang ke negara asal hingga akhirnya dia bertemu warga Nigeria lain yang mengaku akan memberikan pekerjaan.
"Dia bilang kalau aku ke Pakistan, ada yang aku bawa, mau dikasih Rp 20 juta setelah pulang," kata Rina membacakan surat Dili.
Advertisement
Berbekal harapan lebih besar, Dili berangkat ke Pakistan. Hanya sesampai di Pakistan ternyata paspor miliknya diambil oleh beberapa orang dan ia dipaksa menelan pil-pil. Jika menolak, paspornya ditahan dan dia tidak bisa pulang. Pil yang ditelan tersebut ternyata heroin yang disamarkan.
Ia pun ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta pada Januari 2001. "Dili itu bukan berawal dari pemakai," kata Rina.
Keluarkan 3 Album Musik
Rina kemudian bercerita, setelah vonis, Dili ditahan di LP Nusakambangan. Sejak 2004, Yayasan Gita Eklesia yang didirikannya kemudian mendampinginya. Pendampingan tidak hanya dari rohani tapi juga sejumlah keterampilan.
Rina mengatakan, sebelum ajalnya, Dili sangat berterima kasih dengan perlakuan yang diterimanya di dalam LP karena berkat itu ia bisa tahu bakatnya yaitu menciptakan lagu. Bahkan dengan dibantu yayasan Gita Eklesia, Dili sudah mengeluarkan 3 album musik.
"Dia suka reggae. Ada tiga album yaitu God Bles Indonesia, God You Know, dan Never be Afraid. Dia menciptakan sangat banyak lagu. Selain itu dia juga terampil membuat kerajinan tangan," kata Rina.
Surat yang dibacakan tersebut, adalah surat terakhir yang dibuat Dili. Ia menyebutkan bahwa video rekaman Dili yang sempat tayang di dua stasiun televisi swasta baru-baru ini bukan video baru.
"Itu bukan last message, itu video diambil tahun 2008. Tidak tahu itu dapat dari mana," kata Rina.
Dili dieksekusi Rabu 29 April dini hari tadi dan sesuai permintaannya ia ingin disemayamkan di panti asuhan Eklesia dan dimakamkan di dekat sana. Kini permintaannya sudah terkabul dengan diiringi tangis anak-anak panti asuhan yang akrab menyapanya sebagai Uncle Dili.
Selanjutnya: Oyantanze Dimakamkan>>>
Oyantanze Dimakamkan
Okwudili Oyantanze Dimakamkan
Okwudili Oyantanze dikebumikan di pemakaman Yayasan Gotong Royong, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Hanya disaksikan satu saudara tirinya dan puluhan anak-anak Panti Asuhan Eklesia Ambarawa, jenazah terpidana mati yang dieksekusi semalam itu memasuki liang lahat.
Sebelum dimakamkan, Dili disemayamkan di Panti Asuhan Eklesia. Rangkaian doa dan lagu-lagu rohani termasuk lagu-lagu ciptaannya mengiringi pesemayaman hingga pemakaman.
Suasana haru dan isak tangis mulai terdengar ketika peti mati mulai dibawa ke dalam mobil ambulans untuk diantar ke pemakaman. Saudara tiri Dili, Charles Banda dan warga panti asuhan mengiringi dengan berjalan kaki.
Pendiri Yayasan Gita Eklesia, Rina mengatakan, tempat pemakaman Dili tersebut bisa dikatakan yang terbagus di Ambarawa. View pemandangan indahnya Rawa Pening terlihat jelas di sana. Pemekaman-pemakaman lainnya pun terlihat bagus dengan batu nisan yang kokoh.
"Kami lakukan ini karena kami merasa Dili pantas menerima. Kami ingin agungkan Tuhan melaluinya," kata Rina. (Mvi/Yus)
Advertisement