BNPB: Longsor Pangalengan Mirip di Ciwidey

Kedua lokasi berada di perkebunan teh yang menimbun rumah pekerja. Hujan menyebabkan retakan di punggung bukit, kemudian longsor meluncur.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Mei 2015, 21:24 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2015, 21:24 WIB
Hiks, Korban Longsor Pangalengan Bayar Pengobatan Sendiri
Kedua lokasi berada di perkebunan teh yang menimbun rumah pekerja. Hujan menyebabkan retakan di punggung bukit, kemudian longsor meluncur. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kejadian longsor seringkali jarang menjadi pembelajaran di masa berikutnya. Saat terjadi bencana semua sibuk. Namun selesai tanggap darurat, semuanya lupa untuk memperbaiki agar longsor tidak berulang kembali.

"Akhirnya longsor menjadi bencana yang paling mematikan dalam rentang tahun 2014-2015," beber Kapusdatin Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu (10/5/2015)

Sutopo menjelaskan, pada tahun 2014 ada 600 kejadian longsor dengan 372 orang tewas. Pada 2015 hingga Minggu 10 Mei 2015, telah terjadi 251 longsor dengan 74 orang tewas.

"Bencana longsor di Pangalengan, Kabupaten Bandung pada Selasa 5 Mei 2015 mirip dengan longsor di Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu (Ciwidey), Kabupaten Bandung pada 23 Februari 2010 lalu," ujar Sutopo.

Persamaan

Persamaannya, imbuh Sutopo, kedua lokasi berada di perkebunan teh yang menimbun rumah pekerja. Hujan menyebabkan retakan di punggung bukit, kemudian longsor meluncur ke bawah menghantam permukiman sejauh sekitar 1,2 kilometer dengan lebar timbunan longsor 300 meter dan tebal 4 meter.

Demikian pula jenis tanah yang sama, yaitu vulkanik dengan solum tebal, telah lapukan, dan di bagian bawah kontak dengan lapisan batuan dasar sebagai bidang gelincir longsor.

"Bedanya longsor Pangalengan disertai dengan ledakan pipa panas bumi, sedangkan di Ciwidey tidak ada kaitan dengan pipa panas bumi," urai Sutopo.

Saat itu korban longsor Ciwidey 33 orang tewas, 11 orang tertimbun, 2 orang terluka, dan 200 orang mengungsi. Sedangkan longsor di Pangalengan hingga Minggu 10 Mei 2015, 6 orang tewas, 3 orang masih tertimbun, 6 luka berat, 7 luka ringan dan 170 orang mengungsi.

Rawan Longsor

Sementara itu, Kepala BNPB Syamsul Maarif mengatakan sekitar 50% wilayah di Jawa Barat adalah rawan longsor tinggi. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor harus dilatih melalui pembentukan kelompok siaga bencana.

Di mana 32 unit rumah di Kampung Cibitung, Kecamatan Pangalengan yang saat ini sebagian terkena longsor harus direlokasi di tempat yang aman.

"Pemda perlu me-review Rencana Tata Ruang Wilayahnya. Dunia usaha, seperti PT Star Energy dan PTPN juga melakukan mitigasi bencana dengan memasang EWS (early warning system atau sistem peringatan dini) longsor dan melakukan mitigasi bencana," pungkas Syamsul Maarif. (Ans/Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya